The Playground's Short Story: Bullying Masa Kecil yang Memengaruhi Masa Dewasa

the-playground-ray-bradbury-bullying-masa-kecil


Judul buku     : The Playground 
Penulis            : Ray Bradbury
Tebal buku.    : 31 halaman
Genre.             : Fiksi horror
Bahasa.           : Inggris
Sumber buku : online/ Play Books

Setelah membaca Karya Osamu Dazai yang No Longer Human, aku pun menarik napas. Ternyata hati manusia itu begitu kompleks. Seperti seorang Yozo yang terperangkap dalam ketakutan seumur hidup. Hingga ia memutuskan untuk jadi seorang 'badut'. Tak pernah jujur dengan isi hatinya.

Bingung? Nggak apa kok. Buku-buku Osamu Dazai emang nggak bisa dibaca sekali duduk.

Begitu pun buku tipis yang hanya 31 halaman ini. The Playground's short story Karya Ray Bradbury yang menceritakan tentang ketakutan akibat bullying di masa kecil. Rasa takut yang memengaruhi tindakan Charlie di masa dewasa.

Baca juga: Mengenal Bullying dan Pencegahannya 

Sementara Yozo dalam No Longer Human diceritakan seperti sebuah autobiography, kisah Charlie dalam The Playground ini pun nggak kalah bikin hati bergetar. Risau.

Nah, penasaran? Ini nih sinopsisnya.

Sinopsis The Playground Karya Ray Bradbury

Underhill selalu melewati taman bermain itu. Tapi, ia nggak pernah memperhatikannya. Namun, saat Carol adiknya mengungkit tentang taman bermain itu, ia terusik. 

Sayang, meski Charlie Underhill berusaha menghindari perbincangan tentang taman bermain itu, Carol terus mendesaknya. Menganggap sudah waktunya bagi Jim untuk bermain. Apalagi usianya sudah 3 tahun.

Keengganannya muncul saat bayangan masa lalu menghantuinya. Ia bertekad untuk melindungi Jim dari bencana bullying anak-anak yang pernah ia alami.

"Jika harus jadi pertapa, biarlah. Asalkan Jim selamat," tegasnya pada Carol.

Namun, Carol memaksanya untuk datang ke taman itu. Ia pun bertemu dengan bayangan anak kecil yang memanggilnya. Sementara Jim terpukau melihat anak-anak berlarian di playground itu. Ia pun begitu ingin bermain di taman itu. 

Nah, bagaimana sikap Charlie? Apakah keputusannya? Lalu, siapa sosok anak kecil itu?

Apa sih Bullying itu?

Bullying adalah aktivitas agresif berulang yang dilakukan oleh seorang atau kelompok yang dapat mengakibatkan orang lain terluka atau tak nyaman baik secara fisik atau mental. 

Contoh sederhananya sih, seperti kisah Charlie dalam The Playground karya Ray Bradbury ini. Charlie nggak pernah merasa nyaman berada di taman bermain. Kenangan di-bully saat ia masih kecil menjadikannya cemas. Rasa yang tetap ada, hingga ia khawatir untuk membiarkan Jim, anaknya bermain di taman itu.

Karena kecemasan berlebihan itulah, ia marah besar saat mengetahui Carol membawa Jim ke taman. Apalagi, ia menemukan Jim menangis dan penuh luka akibat di-bully oleh anak-anak itu.

Bullying Masa Kecil Carlie memengaruhi Masa dewasanya

Nggak cuma mengalami kecemasan berlebihan, Charlie pun nggak pernah ingin Jim ikut bermain di taman. Ia ingin melindungi Jim dari kejamnya bullying seperti yang pernah ia alami.

Namun, Charles sadar, ia harus membiarkan Jim dewasa. Mengatasi masalahnya sendiri. Bukankah itu yang orang tua lakukan? Bukankah orang tua yang dewasa itu harus melatih anak-anaknya untuk menjadi orang dewasa juga? Tapi, Charles cemas. Kalau saja, ia bisa menukar dirinya.

Menurut data yang kubaca, gangguan pikiran seperti kisah Charles ini dialami oleh 20% dari penyintas bullying. Sementara, ada kurang lebih 30% orang pernah mengalami bullying. Sebuah angka yang cukup besar mengingat hanya beberapa saja yang kita ketahui.

Apalagi, kita tahu bahwa nggak ada asap kalau nggak ada api.

Àrtinya apa? Secara teori sih, bisa saja bully itu pun merupakan korban bullying, hingga kita harus bersama-sama untuk memutus rantai bullying

PTSD yang dialami  Charles dalam The Playground 

Berbeda dengan Carles atau Carlie yang menghindari masalah, seorang penyintas bully harus mengatasi PTSD dengan baik. Kenapa? Karena penanganan PTSD yang keliru nggak akan memberikan solusi yang baik bagi hidup sang penyintas.

Contohnya seperti Carles yang selalu dihantui mimpi buruk.

...He quivered like jellyfish hurled violently into a concrete-mixer...

Beberapa tips yang bisa diatasi untuk mengatasi trauma adalah bernapas dengan dalam, menyayangi diri sendiri, dan strategi resolusi konflik. Kalau perlu, kita pun bisa minta bantuan ahli.

Apa sih PTSD itu? 

PTSD atau posttraumatic syndrome disorder merupakan respon yang muncul akibat pengalaman yang buruk dan menyakitkan, seperti: kematian, kecelakaan tragis, pelecehan seksual, penyerangan fisik atau mental, perang, dan lain-lain.

Biasanya orang dengan PTSD mengalami gangguan pemikiran, seperti bayangan masa lalu atau mimpi buruk. Gangguan yang terjadi berulang dan intens dalam kehidupan pasti akan mengurangi kwalitas hidup kita. 

Untuk itu, seorang dengan PTSD sebaiknya menyadari masalahnya dan mencari bantuan agar pulih dan dapat hidup lebih bahagia.

Cara Mengatasi PTSD akibat bullying di masa kecil

Selain meminta bantuan ahli, seorang dengan PTSD dapat mengatasi masalah traumanya dengan beberapa aktivitas ini. 

Learn about trauma dan PTSD

Seperti yang kita ketahui, Charles dalam The Playground tidak membahas trauma bully di masa lalunya. Hingga, ia nggak bisa mengatasi rasa cemasnya.

Padahal, ia dapat belajar dan mengenal trauma dan PTSD yang ia miliki. Lalu, aku pikir, ia pun nggak akan mengambil keputusan yang membuat hidupnya menderita.

Join a PTSD support Grup

Aku nggak tahu, apakah grup ini ada di Lampung. Namun, ada semacam pelatihan Advanced Trauma Life Support (ATLS) yang bisa diikuti. Kalau pun belum bisa gabung, kamu bisa mengikuti program sejenis, seperti: Cups, MyPTSD, r/PTSD, After Science dan lain-lain yang bisa diakses online.

Praktik teknik relaksasi

Selain bernapas dalam, beberapa teknik relaksi lain adalah yoga, aroma terapi, atau berdoa. 

Dari kisah abid (ahli ibadah) yang pernah kubaca, seseorang yang rajin berdoa dan membaca kitab suci pun dapat mengatasi masalah berat yang ia hadapi. Pikiran dan hatinya tenang, hingga ia dapat menemukan insight terbaik untuk penyelesaian masalahnya.

Ikut kegiatan outdoor

Menghirup udara segar akan memicu rasa bahagia. Perasaan ini akan memudahkan kita berdamai dengan masa lalu. Toh, kita nggak bisa mengubahnya. Kita hanya bisa hidup di masa sekarang. Menikmati kegiatan atau aktivitas membahagiakan, seperti: bersepeda, traveling, atau sekedar jogging. 

Bicara dengan orang terpercaya

Pernah merasa plong setelah bicara dengan teman? Yup, dada ini rasanya enak setelah mengeluarkan uneg-uneg. Beberapa orang bahkan bisa menangis dan hilanglah stress-nya. 

Tentunya, teman terpercaya dapat menjaga privasi kita. Mendengarkan dan menyimpan rahasia kita. Hal yang sangat dibutuhkan oleh siapa pun yang memiliki masalah. Kita hanya butuh didengarkan. Ya kan?

Gabung dengan orang baik

Memilih teman baik itu susah-susah gampang. Cara termudahnya sih ya ikutlah komunitas yang baik, seperti komunitas blogger. Insya Allah, kita lebih mudah betemu orang baik.

Hindari alkohol dan obat terlarang

Orang bilang, "Dekat penjual minyak wangi kita harum. Dekat penjual kambing, maka kita ikutan bau." 

Àrtinya, kita harus menghindari barang yang buruk, seperti alkohol dan obat terlarang, agar hidup kita baik.

Nikmati keindahan alam

Melihat sesuatu yang indah akan memicu hormon endorphin. Rasa bahagia karena melihat keindahan alam akan membuat kita lebih santai dan rileks. Lalu, rasa stress pun akan hilang.

Kelebihan Buku The Playground karya Ray Bradbury

Meskipun tidak tebal, buku ini asyik dibaca. Buku ini mememberikan insight agar kita tidak overthinking dalam hidup ini. Apalagi sebagai orang tua yang selalu diliputi rasa khawatir akan nasib anak-anak kita. Sikap yang justru akan menghambat kedewasaan anak-anak. Akibatnya, kita yang akan merana.

Anyway, buku ini cukup bagus dibaca buat orang tua agar mengerti tentang bullying. Harapannya, kesadaran kita dapat mencegah aktivitas bullying terjadi di sekitar kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

RPP Bahasa Inggris Kelas XI KD 3.4 Invitation Letter