Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2019

Dora Emon di Nanjing

Dora Emon di Nanjing “Aku tak suka perang,” kata Nobita. “Aku juga,” sahut Dora Emon sambil memeluk bantalnya erat. “Aku takut mati.” “Aku lebih suka kita berteman saja,” LIep  Nio mengangguk sambil makan bakso buatan toko nyonya Damaisan. Tapi, ledakan meriam yang terdengar dari radio yang dihidupkan Tuan Tanaka membuat bakso yang akan dikunyahnya tertelan bulat-bulat. Ia tersedak. Nobita dan Dora Emon menepuk-nepuk punggungnya. “Ayah akan berangkat ke Nanjing,” kata Nobisuko Nobi yang lengkap memakai baju chef. Doraemon, Nobita dan Liep Nio melongo melihat penampilan ayah Nobita. “Ayah kan takut darah,” kata Nobita yang langsung memegang kaki ayahnya. Mencegahnya pergi. “Tapi semua orang ikut berperang membela negara.” Wajah Nobisuko tegang. Ia telah menetapkan keputusannya. Tak peduli dengan Nobita dan Tamako, istrinya yang menangis mengiringi langkahnya menuju pintu keluar rumah.  Sebuah mobil tentara Jepang telah menunggunya. Dengan bangga ia masuk ke dalam mobil

Ulasan Novel "Kesusasteraan Melayu Tionghoa dan Kebangsaan Indonesia Jilid 8" karya Kwee Tek Hoay dan Monsieur d'Amour

Gambar
Sinopsis Pendekar dari Chapei Aykok, rasa cinta tanah air yang digembor-gemborkan oleh para pemuda dalam Kong-ek. Perkumpulan sosial Tionghoa untuk membela Tiongkok dari serangan brutal Jepang di tahun 1930an. Semangat aykok yang digaungkan oleh warga keturunan Tionghoa , termasuk Ke Khiang, menjadikan Liep jatuh cinta.  Liep Nio yang naif dan lugu terbutakan oleh kasih dan kagum atas sikap satria Ke Khiang. Liep Nio yang tergila-gila dengan cerita roman Melayu murahan tak menyadari kebodohannya. Ia tertipu oleh akal muslihat Ke Khiang. Liep Nio mabuk oleh kekaguman yang ia angankan dalam roman percintaan yang biasa dibacanya. Apalagi saat Ke Khiang sesumbar untuk naik kapal ke Tiongkok untuk jadi volunteer, tentara di Tiongkok. Untunglah, Beng Nio dan Boen Lok, sahabat-sahabatnya berusaha keras menyadarkan Liep Nio dan membuktikan kebohongan Ke Khiang. Akal bulus Ke Khiang menarik simpati Liep Nio dengan bejanji Ayciong Aykok dengan berangkat ke Tiongkok. Menjadi tentara. Pa

Review The Bonesetter's Daughter karya Amy Tan

Gambar
Novel setebal 383 halaman ini membuatku teringat akan ungkapan lama, "Kata-kata buruk itu tidak mematahkan tulangmu, atau menggores kulitmu, tapi membunuhmu perlahan-lahan" . Ya, buku yang banyak berbicara tentang kehidupan keluarga keturunan Cina yang hidup di Amerika untuk mengubah nasib ini sarat dengan penyesalan, kesedihan dan kemarahan karena kata-kata yang diucapkan dan tidak diucapkan.  Kata -kata yang berdasar atas kepercayaan dan pemahaman keluarga Cina yang meski sudah membaur dan beradaptasi dengan budaya Amerika, tetapi tetap membawa budaya dan kepercayaannya, seperti: kepercayaan pada hantu, tahyul, dan nasib buruk yang disebabkan perbuatan masa lalu. Novel yang sarat dengan pesan tentang hidup yang dituturkan oleh LuLing Young dan Ruth Young dengan keluguan seorang pencerita yang seakan baru mengenal dunia baru. Dunia yang berbeda dari desanya di Jantung Abadi. Pesan bahwa dalam hidup ini kebahagiaan itu bukanlah dari kebencian, ketamakan akan harta, atau

Ulasan Novel "The Memory Keeper's Daughter" karya Kim Edwards

Gambar
Dalam hidup, kita terkadang tidak menyadari bahwa satu keputusan yang kita buat akan mempengaruhi hidup kita dan orang-orang di sekitar kita untuk selama-lamanya. Hingga penyesalan yang datang seperti ombak. Bergulung-gulung. Hidup pun akan seperti laut. Tenang, dan menyimpan badai. Menurut saya, cinta adalah alasan dari sebuah kehidupan. Tak ada yang klise dari kata abadi ini jika pengetahuan yang dalam menyertainya. Sayangnya, perasaan ini datang lengkap dengan emosi lain yang melingkupinya. Marah, kecewa, kesal, benci, sayang dan rindu. Emosi yang bisa mengaburkan logika. Emosi yang menjadikan seseorang bisa disebut manusia biasa. Manusia biasa yang berusaha meraih kebahagiaan dengan cara pandangnya masing-masing. Cara pandang yang didasari pengalaman hidup, pengamatan, dan pengetahuan kita.  Hal yang mungkin saja terefleksi dalam sebuah karya, seperti novel “The Memory Keeper’s Daughter karya Kim Edwatds.  Sinopsis Novel “The Memory Keeper’s Daugter karya Kim Edwat

Menulislah dan Bahagia, Kelak Kamu Menjadi Kenangan

Tabik pun, Menjelang akhir tahun ini, aktivitas semua orang mencapai titik tertinggi. Hampir semua profesi berusaha menuntaskan target tahunan yang telah disusun di bulan-bulan sepanjang tahun. Belajar, kuliah, bekerja, menyusun laporan, audit, resolusi, target dan rencana-rencana lain yang menyertainya.  Siklus yang terus berulang sepanjang hari.  Sepanjang tahun. Selama napas masih berhembus, semua masih berjalan. Sesuai perannya. Seperti juga saya yang seorang guru, dan murid di sekolah tempat saya bekerja selama beberapa tahun ini. Hari ini pun, saya dan teman-teman melakukan tugas kami sebagai guru dan murid di sekolah. Kami mengikuti workshop tentang Penilaian Mutu Pendidikan High Order Thinking Skill (HOTS) dengan pembicara dari Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, bu Sumarsih, M.Pd. Pengawas sekolah kami yang baru, menggantikan pak Setyo. Target workshop hari ini adalah menghasilkan perangkat pendidikan yang sesuai dengan peraturan dirjen 462 tahun 2018 yang mengatur tenta

Sekolah Relawan, Sebuah Solusi Permasalahan Bangsa

Pasar Koga, salah satu pasar tradisional di Bandarlampung terlihat sepi. Saya adalah satu-satunya pembeli di sebuah Toko Kelontong Mak Inul, langgananku yang dulu ramai pembeli.  Pedagang yang lain, saya lihat sedang mengobrol tentang banyak hal. Tentang sulitnya membayar tagihan sales, naiknya harga beras, hingga kemiskinan yang menyebabkan banyaknya pengemis yang berkeliaran di pasar.  Sehari ini saja, saya melihat ada 6 orang pengemis yang sudah berada di posnya masing-masing. Ya, mereka punya tempat biasa untuk duduk dan mengemis. Seperti layaknya pedagang yang punya lapak di pasar.  Mereka pun punya tempat, waktu dan cara mengemis yang khas. Saya sering memperhatikan mereka ada di tempat yang sama, jam yang sama di hari-hari tertentu, dan menggunakan pakaian khas pengemis untuk memperoleh simpati untuk mendapatkan uang sedekah.  Seolah mereka pekerja professional yang punya ritme kerja dengan jadwal teratur. Profesi pengemis. Hal yang memprihatinkan mengingat profesi ini adalah

Aku Bisa, Kamu pun Bisa!

Gambar
gambar guru-guru dari Sukarame saat acara puncak PGRI, 9 Desember 2019  di Kwarcab Pramuka Rajabasa Bandarlampung Pagi itu pak Riyanto, kepala SMK BLK Bandarlampung yang juga koodinator acara PGRI di Bandarlampung meminta kami untuk ikut meramaikan acara puncak PGRI di Rajabasa. Perlombaan tarik tambang, kasti, dangdut solo song, paduan suara dan lomba-lomba lain. Perlombaan ini akan dihadiri oleh walikota Bandarlampung, pak Herman HN. Acara yang diadakan untuk membina persahabatan antar guru se-Bandarlampung ini membuktikan bahwa apa pun bisa kita lakukan asalkan kita punya semangat. Mengapa kubilang begitu? Pak Riyanto, yang juga kepala sekolah tempatku mengajar ini meminta kami untuk ikut lomba pada hari Jumat, 6 Desember 2019. Sedangkan lomba diadakan hari Senin, 9 Desember 2019. So, teman-teman ikut lomba tanpa persiapan. Beda dengan guru-guru dari sekolah lain yang sudah bersiap-siap dan berlatih sebelumnya. "Gimana, Pak, kami belum latihan." kat