Lebaran tahun ini nggak seramai dulu. Kalau dulu, pas lebaran anak-anak sibuk berlebaran ke tetangga. Ngobrol dan main bersama teman-teman sebayanya.
Sekarang sih, anak-anak sibuk dengan gawainya. Kalau pun main, mereka lebih memilih ke mall atau tempat hiburan dibandingkan ke rumah teman atau kerabatnya. Eh, sekalinya main, aku perhatikan anak-anak sibuk scrolling gawai. Dan, orang tua juga gitu. wkwk.
Terkadang, untuk memberikan senyum sebagai sedekah berharga pun lupa. Mereka sibuk dengan teman online-nya.
Anyway, aku nggak menyalahkan gawai. Aku juga bukan anti modernisasi atau teknologi. Aku sadar bahwa sama halnya dengan teknologi nuklir, gawai pun saat bijak digunakan pasti kasih manfaat bagi penggunanya.
Dan, arti senyum ini nggak sesederhana yang aku pikir. Senyum, saat digunakan dengan baik, dapat membuat orang lain merasa bahagia.
Senyum pun bisa membantumu untuk memperoleh keinginan. Ya, sebut aja influencer dengan endorsement-nya. Aku pikir, mereka nggak mungkin laku kalau tidak punya senyum tulus dan menawan. Ya kan?
Minimal, senyumnya harus secerah mentari pagi wkwk..
Arti senyum sebagai sedekah berharga
Sebagai orang biasa yang mood-nya sering naik turun, aku sering ngerasa down saat melihat atau bertemu teman yang wajahnya tanpa senyum. Rasanya seperti aku itu ada salah atau gimana gitu wkwk. Perasaan yang nggak penting, karena suasana hati orang lain itu bukan tanggung jawab kita.
Padahal, mungkin aja teman itu sibuk berpikir konten medsos yang baru ia tonton. wkwk. Mungkin juga, ia sibuk memikirkan menu makan hari ini dan besok.
Anyway, aku mengerti bahwa aku hanya bisa bertanggung jawab atas perilaku dan responku terhadap semua peristiwa yang terjadi di sekitarku. Sikap yang mungkin nggak mudah, tapi InshaAllah bisa aku lakukan.
Lucky me, aku sering merasa dapat mood booster saat teman-teman atau keluargaku menyapa sambil tersenyum padaku. Rasanya, sesaat semua masalah itu tidak ada artinya.
Dan, bukankah masalah itu terasa berat karena kita membiarkannya (masalah) hidup di kepala kita? Bukankah seharusnya masalah itu dikomunikasikan atau diselesaikan satu persatu dan bukan dibiarkan mengendap di kepala?
Tapi, emang lebih mudah diucapkan dibandingkan untuk dilakukan.
Perasaan manusia yang sering tak menentu, menjadikan kita terkadang sulit mengendalikan emosi atau perasaan. Kita pun tenggelam dalam diri sendiri. Ah, jadi gloomy ya? wkwk.
Lalu, bagaimana cara senyum dapat mengatasi rasa overthinking? Senyum yang akhirnya bisa jadi sedekah yang berharga bagi diri kita sendiri dan orang di sekitar kita.
Bagaimana Cara Senyum dapat Mengatasi Rasa Overthinking?
Nah, untuk itu, yuk kita cek cara senyum dapat mengatasi rasa overthinking versi aku..
1. Alihkan perhatian dengan senyum
Kalau mulai merasa overthinking, aku biasanya mengalihkan perhatian ke hal lain. Tersenyum pada pencapaian diri sendiri dengan rasa bahagia.
Aku ingat temanku yang emak-emak itu, membelokkan motornya ke kiri. Padahal ia menghidupkan lampu sen kanan. Alhasil, emak itu dimarah oleh bapak-bapak yang hampir aja menabrak doi.
Tapi, si emak ini nggak ikutan marah seperti kebanyakan emak-emak lain kok. Ia membalas dengan senyum dan permintaan maaf. Lha, kan emang salah. Jadi harus minta maaf kan?
Dan, masalah pun selesai. Meskipun, mungkin si bapak-bapak itu masih ngedumel. wkwk
Tapi, kalau pun ada yang marah tanpa sebab, seperti cerita aku yang dimarahi gara-gara temanku yang nggak ngisi jam di kelas. Lha, orang lain yang salah kok aku yang dimarahi. Aneh ya?
So, aku cuma bilang, "mungkin dia sibuk, Pak.." Dan, lucunya bosku jawabnya gini, "kalau sibuk, ntar saya kurangi jam ngajarnya.." Matanya melotot ke aku sambil melihat berkas di tangannya.
Lha ya aneh, pikirku. Kok, marah ke aku ya? Tapi, aku sekali lagi hanya bisa menepuk dada sambil tersenyum dalam hati.
Ya gitu deh.. itu kenapa aku bisa bilang bahwa senyum itu bisa jadi sedekah buat diri sendiri. wkwk..
Jika takut dibilang aneh saat tersenyum sendiri, kita bisa tersenyum secara mental aja. Minimal, kita bisa membayangkan diri kita berada di tempat yang menyenangkan sambil menepuk punggung kita.
Aku yakin sih, suasana hati saat kita berusaha berpikir positif dengan tersenyum, nantinya dapat mengubah suasana hati kita yang sesungguhnya.
Biasanya aku memikirkan hal yang menyenangkan atau mengalihkan pikiran dengan nonton film komedi atau film yang auranya positif. Dan, aku pun bisa tertawa dan tersenyum karena film tersebut.
2. Tantang pikiran negatif dengan senyum
Sebagai manusia biasa, kita mungkin pernah menghadapi masalah yang kita belum tahu solusinya. Bukan karena kita bodoh, tapi, karena saat kita pusing, pikiran negatif mungkin memenuhi kepala kita. Hingga, kita tidak bisa berpikir jernih.
Lalu, gimana caraku menantang pikiran negatif itu dengan senyum?
Biasanya sih, caraku simple aja. Ya, pikiran negatif itu dilupakan aja. Gak usah dibicarakan dan gak usah diingat-ingat. Cuekin aja. Senyumin aja secara mental.
Pikirkan aja hal baik yang kita miliki, bukan hal buruk yang sudah terjadi dan gak bisa kita ubah. Kita juga gak perlu memikirkan hal buruk yang mungkin terjadi dan belum terjadi.
Ngapain pusing memikirkan hal-hal tersebut. Pikirkan aja yang bisa kita lakukan dan langsung eksekusi. Ya kan?
Dan, senyumin aja semuanya.
3. Latih kemampuan interpersonal
Pernah ada humor terkadang nggak pas. Seperti menanyakan pertanyaan begini. "Kok, umur segini belum nikah? Nanti keburu kiamat lho. Nggak usah terlalu pemilih. Ntar nggak laku lho..
Lalu, orang yang bicara itu tertawa yang diikuti orang lain yang ada di sekitarnya.
Mungkin, jika kamu di posisi penerima candaan ini, kamu sulit untuk ikut mentertawakan dirimu sendiri. Karena, percayalah. Candaan ini tidak lucu sama sekali.
Ah, jadi ingat kisah
Bao Mao yang dipanggil muka goreng dalam kisah oleh neneknya sendiri. Panggilan yang mungkin candaan. Tapi, sangat menyakitkan.
Tapi, aku pun berpikir, jika kamu menerima candaan ini dengan tersenyum, ini adalah cara termudah dan tersulit melatih kemampuan interpersonal kita.
Belajar menghargai pendapat orang lain, meskipun pendapat tersebut tidak menyenangkan bagi kita. Nggak bikin kita nyaman.
Yah.. kalau nggak kuat ya, tinggalin aja temen atau orang model gini. Nggak usah deket-deket, kecuali terpaksa. wkwk
Tapi, sekali lagi, jika pendapat orang nggak penting itu, anggap angin lalu aja. Senyumin aja dan tinggal pergi.
Dan, doakan dia jadi orang yang lebih baik. Okey? Jadi, saat kita bertemu lagi, mungkin kita bisa berteman. Semoga..
4. Latih penerimaan diri
Aku tahu , aku hanya bisa mengatur responku sendiri. Aku nggak bisa memaksa orang lain bersikap baik padaku.
So, aku harus melatih penerimaan diri. Melatih diriku untuk menerima bahwa aku adalah diriku sendiri. Aku nggak bisa jadi orang lain.
Aku nggak bisa memaksa diriku jadi orang lain. Karena, percayalah, memaksa diri jadi orang lain itu sangat melelahkan. Dan, menguras waktu, uang, dan tenaga.
Mirisnya lagi, jika kita tetap memaksa untuk jadi orang lain adalah kita harus bayar mahal. Dan, harga yang paling mahal adalah hati kita mungkin merasa kosong dan nggak bahagia.
Aku sih, butuh waktu bertahun+tahun untuk menerima keadaanku. Menerima bahwa hidup itu nggak semuanya bisa dipaksakan.
Kalau kata temanku sih, "hidup itu kayak air mengalir aja. InsyaAllah, pasti sampai tujuan.."
6. Lakukan terapi
Dan, jika sulit banget mengatasi masalah overthinking, mungkin kita butuh terapi. Ya, kita bisa mencari bantuan ahli agar masalah nggak berlarut-larut.
Yakinlah, kita nggak pernah sendiri. Allah bersama kita. La tahzan..
Senyumlah maka Dunia akan tersenyum bersamamu
Dan, hari ini pun, aku mau bilang ke diriku sendiri. Berbahagialah dan tersenyumlah, aku akan selalu ada bersamamu..
Komentar
Posting Komentar