Postingan

Cerita Jali

Perjalanan itu tak selalu berwarna hitam dan putih. Seperti juga rasa permen yang selalu manis. Begitu pun rasaku padamu. Catatan Jali, 2019 Rasa Cemburu Rasa kesal membakar dada Jali. Ia selalu merasa bahwa ibunya lebih mencintai ayah tirinya. Perasaan yang selalu dipendamnya dalam hati, hingga ia ingin menjerit. Dengan kesal ia menendang kaleng yang tergeletak di depannya.  Ujung matanya melihat orang yang dipanggil ibunya dengan sebutan Mas Sarjo itu datang. Lelaki kurus dan berkulit hitam manis itu tersenyum pada ibunya sambil menyodorkan sebungkus kue pie kesukaan ibunya.    “Makan, Dek.” Lelaki itu berkata dengan nada lembut pada ibunya. Mendengarnya, Jali ingin tertawa keras. "Pura -    pura," desisnya kesal. Ia ingin sekali merebut kue itu dan menjejalkannya ke mulut lelaki yang selalu tersenyum itu.  Selama bertahun – tahun ini ia selalu melihat wajah itu tersenyum. Rasanya ingin muntah. Apalagi ibunya selalu tertawa di dekatnya. Terlihat selalu gembi

Batik Lampung: Sebuah Kebanggaan Sebagai Warga Lampung

Gambar
'Di mana langit dijunjung, di situ bumi dipijak' adalah peribahasa lama yang mengingatkanku tentang rasa cintaku pada Lampung. Tanah kelahiranku. Lampung yang terletak di daerah paling selatan di pulau Sumatera ini memiliki kekayaan khasanah budaya yang mungkin belum sepopuler daerah lain seperti Jawa. Hal ini membuatku ingin menceritakan kreasi budaya yang khas milik Lampung, yaitu: batik Lampung. batik Lampung motif Perahu. Sejarah batik Lampung Ide pembuatan batik Lampung datang dari seorang transmigran dari Jawa yang lama menetap di Lampung. Gatot Kartiko .  Beliau menggabungkan corak kreasi kain tenun tradisional Lampung, kain tapis dan siger. Ide segar perpaduan budaya lokal dan pendatang. Menciptakan batik Lampung yang bernilai seni tinggi.  Batik Lampung yang awalnya diperkenalkan oleh budayawan Lampung, Andrean Sangaji ini sebenarnya telah ada di awal abad 18. Budayawan Lampung ini juga  yang mempopulerkan motif batik perahu, dan batik hayat.  

Cerita Darmi

Rasa Syukur “Mak minta uang!” Darmi menoleh dan menyerahkan uang ke tangan Jali, putra sulungnya yang menyodorkan tangan ke arahnya. “Kok, hanya segini?!” Jali melambaikan uang lima ribuan itu di depan wajah Darmi. “Sabar Nak. Ibu belum dapat penglaris.” Darmi tersenyum ke arah Jali. “Besok ibu tambah kalau dagangan ibu laris. Insya Allah.” Jali merebut dompet yang ada di tangan ibunya dan mengambil selembar dua puluh ribuan. “Jangan diambil, Nak. Itu buat beli daun untuk lontong.” “Kan Mamak bisa ngutang. Aku perlu uang buat cari kerja. Ini juga masih kurang. Makan apa uang segini.” Jali menggerutu, tak menghiraukan ibunya. “Aku ngambil rokok dan roti di warung Andi. Mak, yang bayar!” Jali membalikkan tubuhnya sambil menyambar potongan kue dagangan ibunya. Memakannya sambil berjalan. Darmi memandang punggung anaknya dengan sedih. “Tega sekali kamu, Nak,” gumamnya. “Bu, yang sabar ya.” Hibur bu Ani, langganan pecel yang duduk di hadapannya. Menunggu pecelnya yang sedan

Sosialisasi UKBI bagi Tenaga Profesional dan Calon Tenaga Profesional Se-Kota Bandarlampung

Gambar
Pagi itu aku melaksanakan tugas di sekolah seperti biasa, saat pak Riyanto, Kepala Sekolah di tempatku mengajar berkata, "Bu, siap ikut pelatihan hari ini, ya? Surat Tugas sudah disiapkan."  Aku mengangguk dan berkata, "Siap, Pak." Well, kapan lagi bisa ikut pelatihan. Meski aku tidak tahu pelatihan apa yang akan kuikuti, aku yakin pelatihan ini akan membuatku menjadi seorang guru yang lebih baik. So, setelah mengabsen kelas dan memberi tugas, aku meluncur ke Hotel Kurnia Perdana. Tempat pelatihan akan diadakan. Sesampai di sana, aku diterima dengan ramah oleh petugas hotel, dan diarahkan menuju ke lantai 4. Ruang pelatihan. Alhamdulillah. Aku sampai tepat saat acara akan dimulai. Meski aku dapat di bangku paling akhir. Peserta pelatihan sudah memenuhi ruang dan pembawa acara sedang meminta seorang ustadz untuk mengawali acara dengan doa. Aku pun ikut berdoa sambil mengatur nafasku. Aku kan baru sampai. Jadi agak nervous dan ngos-ngosan. Pak Ahrul sedang me

Surat buat Guruku

Gambar
sumber gambar public domain vektor Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh Selamat Malam, Pak, Bu, Kutuliskan ini sambil menatap bintang, menghirup udara dingin malam yang berhembus di kulitku. Aku tahu, mungkin surat ini pun tak akan sampai padamu karena surat ini akan berhenti di sini. Tertimbun besama surat - surat lain yang kutuliskan padamu. Surat yang kutulis sebagai curahan rasa yang tak mungkin kukatakan padamu, meski waktu berlalu dan ruang kadang mempertemukan dan memisahkan kita. Pak, Bu, malam ini aku memikirkanmu seperti malam - malam lain yang telah berlalu. Aku pun mendoakan kesehatanmu. Semoga kau selalu bisa beraktifitas dengan baik, meski umurmu tak semuda dulu lagi. Pak, Bu, aku tahu aku tak bisa mengatakan betapa aku sayang padamu. Betapa aku berutang budi pada kebaikanmu. Aku masih ingat saat kau membimbingku membaca, dan menghitung. Membantuku belajar mengeja dan mengenal huruf dengan sabar. Tak pernah marah meski aku kadang membuatmu k

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Gambar
Resensi Buku Karya Dee Lestari "Inteligensi Embun Pagi" #Resensi Buku Supernova Episode: Inteligensi Embun Pagi Oleh : Yoharisna Judul Buku   : Inteligensi Embun Pagi Penulis          : Dee Lestari ISBN            : 978-602-291-131-9 Penerbit        : Bentang Harga            : - Tebal buku    : 710 hln, 20 cm Editor            : Adham T Fusama Cetakan         : Februari 2016 Membaca sebuah karya sastra bagiku seperti menjelajahi tanah baru. Dunia baru. Mempelajari hal - hal baru yang belum kuketahui. Mendatangi tempat - tempat eksotis dan misterius yang mungkin tak akan pernah kudatangi, kecuali aku punya uang dan kesempatan.  Membaca pun dapat membawaku jauh menemui khayalan tertinggi. Tak perlu bayar. Gratis. Aku hanya perlu duduk, dan membaca buku di mana pun. Kali ini buku yang kubaca adalah trilogi Supernova,  Inteligensi Embun Pagi. Kisah perjalanan sekumpulan anak manusia yang mencari rahasia di balik Supernova. Buku Inteligensi Embun Pagi y

Part 2

Sofi Angin membelai pipinya. Tak ada yang lebh menyenangkan selain memperhatikan orang yang kita suka. Sofi mendengar ada suara helaan napas. Napasnya sendiri. Matanya mengikuti gerak langkah, senyum dan lekuk bibir Agli. Tak lama kemudian ia mendengar tawa Agli yang diselingi canda teman - temannya. Tawanya seperti musik di telinga Sofi. Rasanya mendengarnya seharian pun tak akan bosan. Seandainya. Ia menghela napasnya lagi. "Agli emang ganteng, ya?" kata Tatiana sambil mengunyah permen di mulutnya. Sofi tak menoleh. Ia tahu Tatiana pun menyukai Agli. "Tapi Dia bukan tipeku. Worries not !" Tatiana mengangkat tangannya dan tertawa melihat mata Sofi yang melotot ke arahnya. "Aku tak khawatir denganmu. Aku khawatir dengan hatimu," Sofi tersenyum. Matanya menatap ke arah Agli, "Bila kamu lebih mengenalnya, kamu pun akan mencintainya. Dia begitu ..." Sofi menghela napasnya. Lagi. Tatiana menggelengkan kepalanya. "Lebih mengenal