Postingan

Surat Buat Ibu

Bandar Lampung, 12 Desember 2017 Assalamualaikum Ibuku Sayang, Ibu, hari ini kutuliskan surat ini untukmu sambil mendengar rintik hujan yang turun menyentuh bumi. Mengingat hari – hari yang telah kau lalui untuk anak-anakmu. Mengingat bagaimana hari – hari yang kau lalui dalam doa demi anak-anakmu sampai hari ini. Ibu, maafkan aku anakmu ini yang sampai hari ini belum bisa membahagaiakanmu. Maafkan anakmu yang hanya bisa menyusahkanmu. Bu, tahukah kau kalau anakmu ini merasa begitu tak berguna. Tapi, karena ibu, aku harus tetap tersenyum dan tegar menghadapi semuanya. Karena yang ku alami sungguh tak sebanding dengan yang telah kau lakukan dan korbankan demi anak-anakmu. Ibu, masih kuingat saat kau merawat adikku, Yogis yang sakit hingga mengantarnya ke peristirahatannya yang terakhir. Aku masih ingat bagaimana kau menyuapi, memandikan, dan menemaninya hingga ia tertidur sambil berdoa sepanjang malam seperti saat ia kecil. Aku juga masih ingat saat kau ikut memandikan dan

Ratu Menak

Bagian Pertama Raja Raja tertawa. Gemanya menggelegar memekakkan telinga Ratu yang hanya duduk di pinggir kursinya yang reot. Hampir patah. Ratu tak mengira Raja yang ia kenal akan berubah seperti orang asing. Tubuh Raja yang dulu tak sekekar sekarang. Otot - otot lengan yang bertonjolan itu membuat Ratu bergidik. Membayangkan lengan itu menghantamnya. Ia pasti remuk. Seperti kerupuk. Ratu menatap tangannya yang bahkan ia pikir lebih lembut dari tangan Kanjeng, adik perempuannya. Duh, bagaimana caranya membela diri. Sementara jalan keluar dijaga ketat oleh Raja. Pintu satu - satunya terkunci. Kuncinya dibuang Raja ke luar jendela. Jendela yang kini dijadikan tempat bersandarnya. Seandainya Raja tidur. Ratu bisa kabur. Seperti tahu yang ia pikirkan, Raja menatapnya. Matanya merah. Tawanya berubah jadi kekehan yang menakutkan. Gigi yang dulu putih dan rata. Kini hitam dan terlihat tajam. Ratu tak tahu apa yang terjadi dengan gigi Raja.  "Kamu ingin tahu apa yang terjadi

FMCG dan Geliat E-Commerce

Aku bengong melihat seorang bapak berpakaian sederhana membuka tas besarnya. Memperlihatkan tumpukan penuh uang merah. Ratusan ribu. Tanpa sadar aku bertanya," Kerja apa, Pak?" Ia tersenyum dan menjawab,"Jual Rongsokan besi, Bu. Sudah 10 tahun." Aku menelan air ludah di tenggorokanku. Pantes uangnya banyak, pikirku. Lalu, aku mengecek kantongku untuk mengambil uang yang tersisa selembar sepuluh ribu.  Cukup buat bayar es krim yang sudah kupesan pake go-food. Alhamdulillah. Bicara tentang wirausaha yang bisa menghasilkan pundi - pundi uang erat kaitannya dengan kerja keras dan konsistensi. Seperti juga bapak penjual rongsok besi tadi, kita pun harus pintar melihat peluang berbisnis untuk punya usaha yang terus produktif . Belajar dan terus belajar. Boomingnya bisnis  e-commerce  sebagai akibat maraknya penggunaan android, membuka peluang baru yang juga dilirik oleh pebisnis  FMCG . Sebut saja Unilever yang menggandeng Blibli untuk menjawab kompetisi pasar yang m

Bumi Terbakar di Langit Merah Putih

Gambar
Langit memerah dalam gemetarnya pepohonan yang jadi lautan api Asap menyerbu ruang pandang bagi akar rumput yang kini mulai meranggas Kabut yang menyelimuti alam, menyiksa bagiku dan kamu, sang pengelana Menatap lekat pada para pembawa api, pimpinan api, angin dan tanah (24 September 2019) Panas, debu, keringat dan lapar tak mengurungkan niat para pendemo yang berusaha menyuarakan aspirasi rakyat. Menolak RKUHP yang dianggap bermasalah. Tidak demokratis. Bahkan pukul 18.35  menurut berita yang kubaca, pedemo masih berkumpul di depan JCC (Jakarta Convention Center). Panas yang berganti dengan dinginnya malam. Debu, keringat dan rasa lapar telah menempel di kulit. Melekatkan rasa semangat memperjuangkan hak rakyat. Demi perbaikan. Perubahan. Gerakan damai. Gerakan turun ke jalan ini bukan hanya terjadi di Jakarta saja. Hampir semua mahasiswa di daerah pun melakukannya, termasuk mahasiswa di kota tempat tinggalku Bandar Lampung. Rasa kritis dan cinta pada Indonesia membawa pa

Sepenggal Kisah Guru SMK: Rumput yang Tumbuh

Sungguh, mungkin telah kukatakan padamu atau pada diriku sendiri tentang betapa pandainya aku diam dan bicara dalam benakku? Membacamu dengan gerakan mataku. Menerjemahkannya dalam hatiku saja. Sungguh, sulit bagiku untuk bicara meski hanya dalam goresan kata di kertas. Tulisanku membingungkanku. Suaraku sendiri membuatku gugup. Aku terbiasa mengagumi tulisanmu. Membaca karyamu. Mendengarkan suaramu. Mengingatmu. Mengeja tulisanmu tiap malam. Hingga suatu ketika kau memanggilku. Tersenyum padaku dan memintaku menuangkan yang kubaca. Tanganku gemetar. Kakiku terasa kaku. Rasanya aku ingin pipis di celana. Tapi, aku berhasil menulis di papan tulis. Kau tersenyum padaku. Memujiku. Memberiku sebuah keinginan. Kelak aku akan menjadi sepertimu. Seorang guru. Alhamdulillah, hari ini aku bersyukur. Keinginanku telah tercapai. Menjadi seorang guru. Meski bukan guru SD yang sering menghadapi anak - anak yang sering gugup sepertiku. Aku yang mudah gugup dan pemalu ini mengajar di SMK. It's

Kecenderungan Hiburan yang Menjadi Tuntutan Hidup

Gambar
Aku masih ingat saat aku kecil dulu, aku mudah sekali bahagia. Nonton televisi hitam putih senang. Nonton layar tancap juga senang. Bahkan nonton bareng tempat tetangga karena televisi di rumah rusak pun tetap merasa senang. Senang itu simple. Bahagia itu sederhana. Murah. Gratis. sumber gambar: google. TV Jadul Home Lain dulu, lain sekarang. Sekarang kita terbiasa dijejali hiburan tiada henti dari youtube, netflix, fb, ig dan banyak situs medsos lain yang mungkin kamu lebih tahu. Semua media tersebut menawarkan hiburan tak terbatas yang murah dan beragam. Hiburan yang akhirnya memenuhi ruang pikir. Menina-bobokan daya kritis terhadap kecenderungan perubahan yang idealnya tak sehat. Bukankah yang berlebihan itu tak baik? Tapi, pertanyaan kemudian datang. Adakah batasan hal tersebut? Siapa yang memberi batas? Dan, adakah yang terbebas dari batasan tersebut? Atau, apakah itu berlaku pada semua orang? Atau, itu sama dengan hukum yang berlaku pada yang lemah dan meluntur pada yang

Black and White

Mungkin pernah kau dengar term lama Nothing is new under a sun.  Tak ada yang baru di bawah sinar matahari.  Sebuah kisah yang tak pernah baru kecuali dalam hiasan kata dan bumbunya.  Selebihnya, itu bukan yang pertama dan terakhir. Seperti sinar matahari yang bersinar cerah dan bulan yang terus terlihat indah bagi yang sedang bahagia. Dan, terlihat menyedihkan dan menyakitkan bagi yang sedang kecewa dan putus harapan. Banyak cerita yang melatar - belakangi sebuah pilihan atas tindakan sadistic atau heroic.  Cerita yang bisa saja dijadikan alasan. Alasan yang berdasarkan emotional sesaat atau pemikiran dan perencanaan yang panjang. Saat bicara tentang tindakan sadistic yang mungkin terjadi di sekitar kita, mungkin kita jadi teringat kata ASPD (Anti Social Personal Disorder). Kurang familiar dengan kata ini? Jangan khawatir, aku pun begitu.  Tak begitu paham dengan tipe Personal Disorder yang ternyata malah sering ditayangkan lewat berita atau sinetron yang kita tonton. Istilah lain