Perlukah Membayar Utang Budi?

perlukah-membayar-utang-budi


Kemarin seorang teman bertanya begini, "Perlukah Membayar Utang Budi?" Pertanyaan yang terdengar sederhana, tapi mungkin membutuhkan perenungan untuk menjawabnya. Hingga aku pun terdiam sejenak.

Kalau langsung jawab, aku takut salah ngomong. Karena kalau aku jawab, nggak, nanti ada pertanyaan lanjutan. 

Bukankah utang harus dibayar? Bukankah nggak bayar utang itu dosa? Bukankah orang itu pada dasarnya mengharapkan imbalan atas apa pun yang ia lakukan? 

Karena, kalau nggak mengharapkan bayaran atas kebaikan, untuk apa ada surga dan neraka?

Lalu, jika kujawab, ya, nanti pertanyaan lanjutannya adalah gimana kalau orang tersebut menolak atau marah dan tersinggung karena ia hanya mau kamu terima bantuannya tanpa mengharapkan  imbalan apa-apa? 

Atau gimana kalau orang tersebut sudah meninggal dunia? 

Ah, manusia itu emang rumit ya? Apalagi kalau yang suka overthinking kayak aku ini. wkwk.. Sering punya prasangka dan dugaan yang bikin mumet sendiri. wkwk.

Tapi, okelah, manusia kan memiliki cara berpikir yang berbeda. Mungkin saat ia berpikir sederhana, maka keinginannya pun sederhana juga. Atau bisa juga sebaliknya, makin sederhana keinginannya, saat ia menyadari rumitnya memikirkan cara mencapai sesuatu yang nggak sederhana.

Mungkin seperti seorang pemikir yang hidupnya sederhana, karena ia tahu kehidupan berlebihan itu memerlukan pemikiran dan tanggung jawab yang kompleks

Apa sih utang Budi itu?

Lalu, apa sih utang Budi itu? Utang Budi itu, menurutku, bisa diartikan sebagai perbuatan baik yang diberikan pada orang yang membutuhkan baik dalam bentuk perbuatan, seperti dukungan moral, pendampingan, atau sekedar ucapan penyemangat dan bentuk material, seperti uang, rumah, mobil, atau sekedar baju bekas.

Utang budi biasanya diberikan oleh orang yang memiliki posisi lebih, baik dalam posisi mental atau pun kebendaan. Orang baik itu bisa saja lebih bijak, lebih tua, atau lebih banyak uangnya.

Dan, jika kamu bertanya begini, "gimana jika seseorang memberikan sesuatu pada orang lain padahal orang tersebut tidak membutuhkannya? Misalnya, kamu memberikan baju bekas pada orang yang memiliki uang dan baju bagus. 

Menurutmu, apakah orang tersebut akan merasa utang budi atau merasa tersinggung, marah, atau biasa aja? Mungkin, mereka akan merasa aneh ya? "Untuk apa aku dikasih ini? Aku gak butuh kok." 

Kecuali (mungkin) pemberian berupa uang atau makanan, mungkin, hampir semua orang mau menerimanya. Kalau pun gak suka, mereka bisa berikan uang atau makanan tersebut ke orang lain atau keluarganya di rumah.

Kenapa seseorang merasa berutang budi?

Menurutku sih rasa utang budi itu muncul, karena seseorang merasa dibantu saat ia sangat membutuhkan bantuan orang lain. Apa pun bentuknya. 

Seperti aku yang dulu pernah dibantu oleh mbak Maya saat PPG di tahun 2018. Aku ingat banget beliau membawakanku laptop miliknya saat aku gak punya laptop. Padahal, aku baru mengenalnya.

Kamu tahu, mbak Maya membawa laptop itu dari rumahnya di Lampung Tengah. Ia mengendarai motor dari Bandar Jaya, Lampung Tengah sampai Unila, Bandar Lampung sambil membawa laptop untukkku juga.

Duh, saat itu aku begitu terharu. Hingga, aku lupa ngomong terima kasih. Aku baru mengucapkan terima kasih keesokan harinya. Kamu tahu, aku merasa berutang budi pada kebaikan hati temanku ini.

Kadang, merasa nggak enak, karena aku nggak bisa membayar kebaikannya. Dan, mbak Maya, seperti tahu isi hatiku bilang padaku, "Mbak, aku ikhlas bantuin karena Allah. Mbak nggak usah mikir macem-macem."

Saat itu, aku hanya mengangguk sambil menikmati camilan di rumahnya. Ia juga menjamu makan siang untukku. Bahkan menghadiahkan sekaleng nanas dan satu jilbab yang sampai sekarang masih aku pakai. Aku senang sekali.

Perlukah Membayar Utang Budi?

Aku pikir, berbuat baik pada siapa pun merupakan kewajiban kita sebagai seorang manusia. Apalagi, berbuat baik pada orang yang baik pada kita.

Kalau kita bisa membayar utang budi kita pada orang yang berbuat baik pada kita secara langsung, itu adalah baik. 

Dan, jika bisa membayar utang budi kita pada semua orang, maka tindakan itu lebih baik. Seperti membayar utang budi pada orang yang sudah meninggal, mungkin bisa dilakukan pada keluarga orang tersebut. 

Kita juga bisa membayar utang budi dengan berbuat kebaikan sepanjang hidup kita, karena Allah. Sambil mendoakan orang baik tersebut dan keluarganya.

Nah, mungkin itu lah yang dikatakan bahwa kebaikan itu pun buahnya adalah kebaikan.

Komentar

  1. Aku setuju ini mbak, kita bisa membayar utang budi dengan berbuat kebaikan kepada orang yang menolong kita

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter Siswa SMK : Oase yang Hampir Hilang

Keseruan Kunjungan Industri Jakarta Jogja SMK BLK Bandar Lampung 2022

3 Tips to Speak English