Review Buku Persepolis 2 Karya Marjane Satrapi

 

review-buku-persepolis2-karya-marjane-satrapi

Masih ingat dengan kisah Marjane kecil yang harus meninggalkan negerinya karena perang? Kepergiannya ke Eropa ini membawa duka bagi kedua orang tua Marjane. Apalagi, ia adalah anak mereka satu-satunya.

Eh, bagi kamu yang belum baca Persepolis 1 ini mungkin bingung, ya? So, sebelum aku lanjutkan review buku Persepolis 2 ini, aku akan bahas sekilas Persepolis 1, ya.

Kisah dimulai saat Marji kecil tergoda dengan segala hal yang ada di sekitarnya. Termasuk perang dan keadaan sosial yang mengganggu daya pikirnya yang kritis.

Sebagai anak yang lahir dalam keluarga menengah Iran yang menjunjung kebebasan berpikir dan berpendapat, Marji bisa mempertanyakan segala yang terjadi pada ayah dan ibunya. Pertanyaan+pertanyaan yang kadang bikin orang tua Marji speechless.

Hingga akhirnya, keadaan perang yang berkobar di Iran dan Irak mengakibatkan orang tua Marji khawatir. Mereka pun mengirim Marji kecil ke Autria. Demi keselamatan Marji.

Nah, kisah Persepolis 2 ini dimulai di Austria. Cerita seorang anak yang awalnya bertabur kemudahan dan kasih sayang. Kini, keadaan Marji berubah.

Sinopsis-buku-persepolis-2-marjane-satrapi-

Sinopsis Persepolis 2 Karya Marjane Satrapi


Marje merasa sudah dewasa. Namun, hatinya tetap sedih melihat air mata di pipi ibunya saat melepasnya di bandara. Ia mengerti bahwa janji ayah dan ibunya untuk menyusul ke Austria tidak mungkin ditepati.

Perang merubah segalanya. Termasuk cara berpikir orang perantauan di Austria. Ia pun membenci sikap Zozo yang kebarat-baratan. Konsumtif. Menganggap mereka menghianati tanah airnya yang sedang dilanda perang.

Pertengkaran Zozo dengan suaminya yang terjadi tiap hari membuat Marji nggak betah. Ia nggak pernah melihat kedua orang tuanya bertengkar. Mungkin, karena ayahnya yang bukan seorang pengangguran, pikir Marji.

Setelah beberapa hari, Zozo menitipkan Marji di sebuah biara yang diasuh oleh biarawati. Saat itulah untuk pertama kalinya Marji harus merasakan berbagi kamar dengan orang asing.

Sayang, kebiasaan Lucia, teman sekamarnya menggunakan pengering rambut sering mengganggu Marji. Perasaan yang berubah setelah mereka berlibur saat natal di Tyrol, rumah Lucia. 

Marji mendapatkan kehangatan keluarga baru. Sejak itu, Marji nggak mempermasalahkan kebiasaan buruk Lucia lagi.

Di sekolah, Marji mengenal Julie. Seorang gadis 18 tahun di antara teman-temannya yang 14 tahun. Ia tertarik dengan Marji yang terlihat berbeda. Dari Julie, Marji mengenal Momo, Olivier, dan Thierry.

Lalu, peristiwa nggak menyenangkan terjadi. Seorang biarawati menghina dirinya. Mengatakan bahwa orang Iran itu nggak berpendidikan. Sebagai balasan, Marji bilang bahwa sebelum jadi seorang biarawati, mereka adalah prostitute.

Akibatnya, Marji diusir. Untunglah, Julie menawarkan Marji untuk tinggal bersama keluarganya. 

Armelle, ibu Julie yang bekerja di kantor PBB merasa senang. Menurunya, Marji memberi pengaruh positif pada anaknya. Ia nggak tahu, saat ia pergi bekerja, Julie berpesta ganja. Dan, Marji menyaksikan Julie dan pacarnya yang ke-19 melakukan hubungan layaknya suami istri.

Marji makin tenggelam dalam pergaulan anak-anak muda. Menghisap ganja. Mabuk. Meski ia pura-pura meniru perilaku mereka, Marji merasa malu. Ia merasa telah mengecewakan orang tuanya yang mengorbankan segalanya. 

Malu karena harus berbohong pada orang tuanya. Ia nggak mengira saat mendengar Julie dan orang-orang yang ia pikir adalah teman, menghina dirinya di belakang. Ia marah.

Untuk pertama kalinya, Marji bangga sebagai orang Iran. Ia pun mengerti ucapan neneknya bahwa "Kita akan merasa bahagia, jika kita nyaman dengan diri kita sendiri."

Setelah Julie dan ibunya pergi dari Vienna, Marji tinggal di Wohnnemeinschaft. Apartment komunal. Ia tinggal serumah dengan 8 pria yang semuanya homosexual.

Lalu, setelah 18 bulan terpisah, ibunya mengunjungi Marji di Vienna. Mereka bertemu. Marji baru menyadari betapa waktu berlalu. Rambut ibunya telah memutih. Tubuhnya pun sekarang lebih kecil darinya. Bukan bertambah besar, tapi bertambah tua.

Pertemuan dengan ibunya mengingatkan Marji bahwa apa pun termaafkan, jika kalian jarang bertemu. Bahkan, ibunya seolah menahan diri untuk tak menanyakan keadaannya. 

Kedatangan ibunya menguatkan hati Marji. Ia nggak butuh siapa pun. Sikap yang membuatnya tampak misterius di mata anak-anak lain.

Marji pun berpikir cinta akhirnya menemuinya. Enrique, seorang mahasiswa literatur. Kembali lagi, Marji kecewa. Enrique ternyata seorang homosexual. Marji patah hati.

Kesepian melanda Marji. Ia pun bertemu Markus. Pria yang terlihat begitu mencintainya.

Nah, bagaimana perjalanan cinta Marji dan Markus? Bagaimana dengan pendidikannya? Apakah Marji akan kembali ke Iran?


Kelebihan Buku Persepolis 2


Buku setebal 200 halaman yang kubaca online ini mengisahkan konflik seorang anak dari dunia ketiga yang harus hidup di negera asing.

Stereotype yang diucapkan oleh Dokter Holler, mencerminkan anggapan negara Barat terhadap Iran. Belum lagi, bullying Julie dan teman-temannya yang membuat Marji kesepian. 

Perasaan yang digambarkan secara gambling oleh penulis, karena kisah ini nyata. Berdasarkan pengalaman hidupnya.

Berbeda dengan A Thousand Splendid Suns, buku ini ditulis oleh penulis wanita keren. Marjane Satrapi. Wanita kelahiran Iran yang kini tinggal di Prancis.

Bagi kamu yang ingin mengetahui sejarah Iran, mungkin komik strip untuk anak 18 tahun keatas ini bisa jadi buku referensimu. 

Apalagi, jika kamu ingin mengetahui perasaan seorang anak perempuan yang lahir dan besar di negara mullah (Iran) yang dikenal cukup ketat menjalankan syariah Islam. Konflik pemikiran seorang Marji yang lebih cenderung moderat dan kebarat-baratan. 

Konflik makin meruncing saat pemikiran barat yang ingin ia tiru berbenturan dengan pemikiran yang telah tertanam di negerinya. Hingga, kebencian pada diri sendiri, rasa malu karena Marji merasa menjadi seorang pecundang. Nggak bisa membuat orang tuanya bangga.

Perasaan yang umum dialami pendatang dari negara ketiga di Eropa. Bahkan, banyak pendatang yang di negerinya adalah orang penting, tapi di Eropa menjadi bukan siapa-siapa. Seperti Hoshang, suami Zozo yang akhirnya kehilangan harga diri, karena hidup dari kerja keras istrinya.

So, ingin mengetahui kisah Marji lebih mendalam? Yuk, baca bukunya bareng. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

RPP Bahasa Inggris Kelas XI KD 3.4 Invitation Letter