Review Buku Sang Alkemis Paulo Coelho

 

Review-buku-sang-alkemis-paulo-coelho

Hidup ini adalah perjalanan menuju takdir mimpi. Begitulah yang dipahami Santiago. Seorang anak lelaki penggembala domba yang memilih nasibnya sendiri.

Seorang anak lelaki yang ingin sekali menjelajahi negeri melebihi desanya. Kisah sederhana tentang hidup Sang Alkemis yang ditulis penulis keturunan Brazil ini membuatku tertarik. 

Kisah tentang pencarian diri seorang anak muda hingga ia bertemu seorang raja tua, penipu, pedagang kristal, dan perempuan Gipsi. Ia bahkan hampir bertemu dengan kematian. Untunglah, waktunya belum tiba. 

Penasaran, kan? Yuk, baca sinopsisnya!

Sinopsis Sang Alkemis Karya Paulo Coelho

Tidak ada yang mengenal gembalaannya seperti dirinya. Penggembala yang mengenal dan telah mempelajari domba-dombanya melebihi orang lain.

Selain gembalaannya, anak lelaki itu tak merasa ada hal lain yang lebih penting. Ia nggak perlu memikirkan apa pun selain mencari makanan dan minuman untuk gembalaannya. 

Setiap hari is mengikuti ritme gembalaannya. Bangun di pagi hari sebelum matahari terbit. Lalu, berjalan menyusuri desa-desa untuk mencari tempat gembalaan.

Anak lelaki itu membawa buku tebal untuk ia baca. Buku itu pun dapat ia gunakan untuk bantal tidurnya. Hingga makin tebal makin baik.

Selain buku, ia pun punya jaket tebal yang berat. Jaket yang membuatnya bersyukur, karena melindunginya selama musim dingin. 

Dalam perjalanannya, anak lelaki itu bertemu raja tua yang memberi pertanda. Melkisedek, raja Salem itu meminta upah untuk petunjuknya. Ia minta sepuluh persen dari domba gembala anak lelaki itu.

"....segala sesuatu di dunia ini ada harganya..." (Hal.36)

Awalnya, anak lelaki itu keberatan. Ia berpikir, kenapa ia harus memberikan upah pada seseorang untuk memberitahukannya sesuatu yang sudah ia ketahui?

Namun, raja tua itu mengatakan bahwa kita nggak bisa meminta upah dengan sesuatu yang belum dimiliki. Dan, seseorang nggak akan merasa sesuatu itu berharga kecuali membayar upahnya.

Lalu, anak lelaki itu pun membayar upah raja tua itu.

Setelah memberikan enam dombanya, anak lelaki itu menjual semua domba gembalaannya. Ia mengikuti pesan raja tua Salem. Di kantungnya tersimpan dua batu pemberian raja tua.  Urim dan Tumim.

Anak lelaki itu mulai perjalanannya. Mencari harta karun. Hatinya lega saat bertemu seseorang yang terlihat baik.

Sayang, anak lelaki itu tertipu oleh pencuri itu. Seluruh harta yang ia cari selama ini hilang. Ia bahkan nggak ada sekeping uang pun untuk makan. 

Dalam keputusasaannya di tengah negeri asing dan tanpa uang, ia teringat ucapan raja tua itu. Ia pun meneguhkan hati untuk memulai dari awal lagi.

Anak lelaki itu memandang pasar asing dengan orang-orang yang menggunakan bahasa asing yang tak ia pahami. Lalu, ia melihat seorang pedagang permen yang membuka dagangannya. Setelah membantunya, anak lelaki mendapat hadiah sepotong permen.

Kemudian, ia menyadari sesuatu. Ia bisa mengerti bahasa asing itu, karena menggunakan bahasa hatinya.

Sementara itu, seorang pedagang kristal tua yang berpuluh tahun berjualan, melihat anak lelaki melewati tokonya. Ia membersihkan kristal di tokonya. Lalu, mereka berdua makan di kafe satu-satunya di daerah itu.

Perubahan cara berjualan kristal yang dilakukan oleh anak lelaki menjadikan toko ramai. Anak lelaki itu pun berhasil mengumpulkan uang dan melanjutkan mengejar mimpinya. Mencari harta karun di piramida-piramida Mesir.

Namun, perjalanan berat anak lelaki ini baru dimulai. Ia harus melewati gurun pasir yang terkenal ganas. Kelak, ia akan bertemu dengan orang-orang yang akan mengubah dirinya. Termasuk Sang Alkemis.

Bahkan, ia pun dapat bicara dengan gurun, angin, dan matahari. Ia pun bertemu dengan gadis gurunnya. Meski harus berpisah, ia berharap dapat kembali pada kekasihnya.

Sang Alkemis Karya Paulo Coelho

Memang, membaca sebuah buku akan memberi sensasi yang berbeda. Begitupun buku ini. Penuh nasihat dan pelajaran hidup.

Bahasa sederhana yang digunakan penulis buku ini memberikan kesan kedalaman pemikirannya. Hingga rasa yang hadir pasti berbeda bagi pembaca yang punya pengalaman hidup berbeda.

Dan, yang menggelitik hatiku adalah ucapan Sang Alkemis,

"Aku hanya memunculkan apa yang telah kau ketahui di dalam dirimu.." (hal. 199)

Ucapan yang menggambarkan sikap terbaik orang tua pada anak-anaknya.

Eh, itu menurutku. Gimana denganmu?

Judul Buku : Sang Alkemis

Penulis        : Paulo Coelho

Tebal buku : 220

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa