Carla
CARLA Panas matahari membakar kulitku meski aku telah menggunakan payung. Pohon-pohon telah menggugurkan daunnya seperti siklus alam yang wajar di musim panas ini. Debu-debu tipis bertebangan tertiup angin di sekitarku. Aku mengusap mataku yang pedih terkena debu, lalu aku mengambil tisu dari tas mengajarku untuk mengusap wajahku. Mataku lalu melihat sepatuku yang kusam karena tertutup debu. Aku berhenti melangkah dan jongkok untuk mengusap sepatuku menggunakan tisu bekas mengusap wajahku.’Ah, sekarang jadi lebih baik, gumamku terseyum sendiri. Aku melanjutkan perjalananku menapaki gang menuju perumahan tempatku tinggal. Perumahan sederhana di pinggiran kota Bandar Lampung. Perumahan yang cicilannya baru kumulai satu tahun ini, sejak suamiku meninggalkan ku bersama wanita yang kini dinikahinya. Aku tinggal bersama putriku, Sari. Putriku satu-satunya dari mantan suamiku itu. Sari lah penghiburku. Penyemangatku. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kehidupan di Bandar Lampu