Si Jago
Si Jago Yang Pemalas Pagi itu si Jago baru bangun tidur. Ia keluar dari kandangnya sambil mengepakkan sayapnya. Lalu ia berkokok. Kukuruyuuuuk. “Selamat pagi, pak Jago,” sapa si Hitam, ayam betina yang tinggal di samping kandangnya. Si Hitam baru dibeli tuan mereka beberapa hari yang lalu dari sebuah peternakan ayam di Pringsewu. “Kukuuruuuyuuuk. Ya.” Si Jago mengangguk. “Aku capek, jadi kesiangan.” Ia mengucek matanya dengan ujung sayapnya. Si Hitam mengangguk. “Oh, aku sih sudah bangun dari jam 5.30 pagi. Aku dan teman-teman pergi ke kebun belakang. Di sana banyak nasi sisa pesta semalam.” Si Hitam menepuk temboloknya yang penuh. “Kami semua makan kenyang sekali. Pak Jago bisa ke sana kalau mau.” Si Hitam menunjuk si Putih yang sedang menyeker tanah dengan ke lima anak-anaknya. “Tuh, bisa pergi bareng si Putih dan anak-anaknya.” Mendengar namanya disebut si Putih mendongak dan menghampiri mereka. “Pagi, pak Jago.” Si Putih tersenyum. “Mau pergi ke kebun belakang bersa