Pengalaman Pertama Liburan Naik Kapal Ferry

pengalaman-pertama-liburan-naik-kapal-ferry


Masa liburan pasti bikin senang. Bukan hanya bagi anak-anak yang telah menyelesaikan ujian semester, tapi juga bagi pekerja yang membutuhkan refreshing dari penatnya rutinitas sehari-hari.

Di pertengahan tahun ini, biasanya kita sudah mempersiapkan diri untuk liburan. Terutama bagi keluarga yang memiliki anak-anak usia sekolah. Biasanya sih, anak-anak sudah libur di tanggal 15 Juni - 15 Juli. Liburan kenaikan kelas.  Wuih, mantap ya? Sudah terasa deh senangnya hehe.

Nah, kalau aku sih senang banget, karena aku bisa merasakan perjalanan jauh di luar Lampung. Ah, aku masih ingat pengalaman pertama liburan naik kapal Ferry di Pelabuhan Bakauheni. Ramai dan hangat. Rasanya hati ini penuh, sehingga aku nggak merasakan kantuk semalaman hehe.

Pengalaman Pertama Kali liburan Naik Kapal Ferry

Sebagai anak rumahan sejati yang hampir nggak pernah ke mana-mana, aku selalu mudah terpesona melihat hal-hal baru. Termasuk saat pertama kali naik sepeda, motor, mobil, atau kapal Ferry.

Aku ingat dulu itu, sepertinya aku sudah lulus SMK di tahun 1998, aku liburan naik kapal Ferry untuk pertama kalinya. Wah, rasanya itu nggak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Dari aroma laut, debur ombak laut, hingga bau keringat orang-orang yang berdesakkan di dermaga pun terasa mendebarkan. 

Saat itu aku berangkat ke Bekasi dengan cara ngeteng. Cara ngeteng ini beda dengan cara naik bus langsung, seperti Damri. Kalau naik Damri, kita tinggal datang ke pull Damri di stasiun Damri Tanjungkarang dan duduk manis di bangku penumpang hingga sampai tujuan. Kalau ngeteng, kita naik kendaraan mutus-mutus. Pertama ke Rajabasa naik bus tujuan Bakauheni. Lalu, kita naik kapal di Bakauheni dan turun di Merak. Selanjutnya, kita naik bus ke kota tujuan.

Vibe petualangannya sih lebih kental kalau kamu ngeteng. Tapi, rasa lelahnya juga lebih terasa. Apalagi kalau ngajak anak kecil. Kenapa? Karena saat ngeteng kita harus berjalan kaki dari stasiun bus ke dermaga. 

Lalu, berjalan lagi di dermaga kapal sepanjang 1 km lebih. Ya, kalau lenggang kangkung sih enak. Orang-orang dengan bawaan banyak akan merasa keteteran. Belum lagi saat liburan kan ramai banget. Wah, rasanya seru sekali!. wkwk. Berdesakkan.

Mungkin itu sebabnya, aku pikir sebaiknya, kalau kamu mau ngeteng ya travel light aja. Nggak usah bawa barang banyak. Bawa barang seperlunya aja. Jika kamu mau bawa oleh-oleh, kamu bisa minta teman atau orang lain untuk membantumu. 

Jika kamu nggak mempunyai teman, kamu bisa bawa barangmu sendiri. Seperti aku. Ya, siap-siap untuk urut pas sudah sampai tujuan wkwk.

Nah, saat itu aku membawa barang banyak. Maklumlah, ini adalah pengalaman pertamaku. Kamu tahu, rasanya vibe-nya pun masih tertinggal di ingatanku. Bagaimana aku mengangkat tas jinjing dan ranselku yang berat. Belum lagi, aku ditarik-tarik oleh calo di stasiun. Duh, bukan main deh. 

Dan, saking hatiku lagi seneng, aku santai aja pas ditarik-tarik calo. Eh, bapakku yang marah. Lha, iya ya..wkwk. Tangan ditarik-tarik sakit kan?

Oya, fyi, dulu itu stasiun Rajabasa kan termasuk rawan (banyak preman). So, kami sering turun bukan di stasiun Rajabasa. Tapi, di pinggir jalan di dekat stasiun. Untuk jaga-jaga. Sebenarnya, mereka pun nggak berani ganggu penduduk sini (Lampung). Ya, untungnya sih, sekarang aku nggak pernah masuk stasiun Rajabasa. Biasanya, kalau mau ke Bakauheni, kami langsung ke stasiun Damri di Tanjungkarang. Lebih praktis dan aman.

Anyway, kamu tahu, pas berjalan sepanjang 1 km di dermaga kapal Bakauheni tersebut, aku bisa memperhatikan banyak orang di sekitarku. Dari orang tua, wanita, pria, muda, hingga bayi, semuanya tumpah ruah melangkah menuju kapal Ferry. Beberapa petugas sibuk mengingatkan penumpang untuk hati-hati saat menyeberangi jembatan penghubung dermaga dan kapal.

Selanjutnya, kita akan berjalan menuju dek kapal melalui tangga yang cukup kecil. Biasanya tangga ini hanya bisa muat untuk satu orang aja. Kamu harus hati-hati saat menaiki tangga ini. Kalau aku sih pegangan rail tangga hehe. Jujur, saat itu, aku degdegan. Takut jatuh. 

Lama Perjalanan Naik Kapal Ferry Bakauheni - Merak

Untuk perjalanan kapal Ferry Bakauheni Merak biasanya sekitar dua setengah jam. Saat pertama kali, aku ingat perjalanan kapal Bakauheni Merak sekitar tiga jam, karena sandar kapalnya agak lama. 

Tapi, aku pikir itu lebih cepat dibandingkan naik kapal lewat Pelabuhan Panjang -Tanjung Priok yang memakan waktu 16 jam. Duh, rasanya itu beda. Kenyang tidur wkwkwk.

Bedanya sih, kapal Ferry Pelabuhan Panjang -Tanjung Priok berukuran lebih besar. Mungkin, kapal ini lebih besar, karena kapal barang ya?

Oya, selama di kapal itu,  aku duduk, makan, dan jalan-jalan di sepanjang dek kapal. Sambil berpegangan railing kapal, aku melihat debur ombak laut, kelap-kelip lampu kota Jakarta yang terlihat seperti kunang-kunang, dan dermaga Pelabuhan Merak. Udara laut malam itu, kupikir, mengingatkanku pada cerita Hemingway The Old man and The Sea. Yah, meskipun tujuanku waktu itu bukan untuk memancing Merlin.

Dan, lama perjalanku di laut hanya dua setengah jam, bukan empat puluh hari.

Semangat liburan di kapal Ferry

Musim liburan di bulan Juni-Juli dan Desember adalah waktu mengasyikkan buat anak-anak. Tawa dan canda mereka dapat terdengar di kabin penumpang kapal. Beberapa anak-anak terlihat bergerombol, persis seperti ikan teri. 

Sementara, para orang tua duduk-duduk di kabin penumpang sambil menikmati hiburan musik atau sekedar nonton tivi. Suasana hangat terasa, meskipun gelap telah menyelimuti langit. Lucky me, angin laut di malam hari pun terasa lebih dingin dibandingkan angin malam di dalam rumahku. Adem gitu.

Aku melihat beberapa pasangan muda dan tua duduk di tikar sewaan sambil makan atau tiduran. Beberapa pria duduk atau berdiri di dekat railing kapal sambil menghembuskan asap rokok yang mereka isap. Dan, aku duduk sambil meniup kuah pop mie yang panas dan menyendok mie panas pelan-pelan ke mulutku. Slurp.

Kamu tahu, kata temenku, "Nggak afdol naik kapal tanpa makan Pop mie. So, pas liburan kamu harus bawa bekal pop mie." Aku hanya tertawa.

Semangat liburan sebagai Healing dan Rekreasi

Bertemu keluarga atau teman pas liburan itu bikin hati senang, lho! Kamu bisa ngobrol puas tanpa takut dikejar dead line. Kamu juga bisa ngajak teman atau keluargamu itu jajan, jalan-jalan, atau makan tanpa sibuk ganti baju, karena kamu baru pulang ngantor. Pokoknya, liburan itu temanya happy!

So, liburan itu bisa jadi healing dan rekreasi buat fisik dan mental kita. Nggak perlu membebani diri dengan jadwal yang ketat, hingga kamu kehilangan esensi dari tujuan liburan itu sendiri.

Seperti saat liburanku dulu, ya santai aja, nggak buru-buru seperti dikejar maling. Kuncinya sih, nggak gupek. Kita mau healing, bukan jadi stress karena marah-marah terus. 

Selain itu, kita sudah merencanakan liburan sejak jauh-jauh hari. Persiapan sudah dilakukan. So, nggak perlu terlalu khawatir ketinggalan bus, kapal, dan barang bawaan. Kalem aja.

Mungkin, analoginya seperti penumpang kapal yang terburu-buru, lalu ia jatuh dan sakit. Perjalanannya jadi terhenti, karena ia harus dirawat. Dan, ia pun terlambat tiba di tujuan. Sementara, orang-orang yang menikmati perjalanan di kapal dan melakukan saran dari ABK kapal, maka mereka bisa tiba di tujuan dengan happy dan selamat.

Mereka dapat melakukan healing dan rekreasi bersama keluarga dan orang-orang tercinta. Dan, bukankah bertemu dan menikmati kebersamaan dengan orang-orang tersayang bagi kita adalah healing dan rekreasi terbaik? Sementara, makanan enak dan tempat liburan yang indah adalah bonus dan hadiah terbaik dalam momen hidup kita tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Keseruan Kunjungan Industri Jakarta Jogja SMK BLK Bandar Lampung 2022

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi