Tip Bahagia Menjadi Diri Sendiri

tip-bahagia-menjadi-diri-sendiri

"Sudah nikah? Anaknya berapa? Kok, nggak lanjut kuliah? Kenapa kamu nggak bisa? Dan, masih banyak pertanyaan lain yang pasti sering kamu dengar baik dari teman dekat atau keluargamu. Ya kan?

Bahkan, mungkin aja orang yang kenal biasa denganmu ikut bertanya hal-hal seperti itu. 

Padahal, bisa aja, mereka hanya sekedar bertanya karena kepo. Bukan karena benar-benar peduli dengan kamu. Karena orang yang peduli, tidak hanya bertanya, mereka akan mendukung apa pun pilihan hidupmu. Asalkan kamu bahagia. 

Ah, itu hanya pemikiranku lho hehe.. no pun intended.. as long as you know you, everything is gonna be okay. Dan, kalau pun hidupmu sedang nggak baik-baik aja, yakin aja, semua pasti berlalu.

So, anyway, aku ingin berbagi tip bahagia menjadi diri sendiri ala diriku yang sudah sekitar 4 dekade hidup di dunia ini. 

Tersenyum aja

Pernah dimarahi orang pas lagi di jalan? Atau pernah dimarahi karena kesalahan orang lain? Padahal kamu nggak kenal orang itu dan kamu pun nggak mengganggunya. Aneh kan? Tapi, aku pernah mengalami masalah ini. 

Mungkin, kejadian ini mirip dengan netizen yang julid dengan orang lain di media sosial. Padahal mereka nggak kenal, nggak tahu, dan nggak mau tahu tentang orang tersebut. Tapi, mereka (netizen) bisa dan tega memberi komentar yang mungkin menyinggung perasaan orang lain.

Lalu, apa responku? Tak peduli? Tak mendengarkan? Yups, opsi tersebut bisa aku lakukan. Tapi, layaknya manusia biasa, aku kadang pun tidak dalam kondisi yang dapat mudah menerima omelan orang lain yang tanpa sebab. 

Kalau kata temanku sih, loe jual gue beli. 

Tapi, aku sadar apa pun yang dilakukan dengan emosi berlebihan, dapat menghasilkan masalah baru dan penyesalan di masa depan.

Jadi, bagaimana sebaiknya? 

Aku ingat temanku, Daisy namanya, ia bilang begini, "Semarah apa pun orang lain pada kita, kalau kita hadapi dengan senyum, pasti akan reda juga." 

Aku pun mencoba trik ini. Eh, orang yang marah itu tambah kesal melihat aku tersenyum. Lalu, ia pun pergi, karena nggak aku ladeni..hehe.

Mungkin, orang itu pikir, ia benar dan aku yang salah ya? Kadang-kadang emang gitu ya? Si doi yang salah, eh, si doi sendiri yang marah-marah dan menyalahkan orang lain. What a twisted mind wkwk..

Memang ya, kita nggak bisa mengatur cara orang bersikap pada kita. Tapi, kita bisa mengatur respon kita atas sikap orang lain. Ya kan? Dan, tersenyum mungkin nggak menyelesaikan masalah, tapi, paling nggak masalah nggak akan bertambah. 

Lalu, dengan tersenyum, hati yang terasa panas karena marah perlahan akan tenang. Kita pun bisa berpikir jernih untuk mencari solusi terbaik dari masalah yang sedang kita hadapi.

Sayangnya, mungkin kita nggak terbiasa atau sulit tersenyum saat sedang emosi. Rasanya dada ini berat banget. Ya kan? Nah, kalau aku pernah mencoba trik yang disampaikan oleh seorang mentor saat pelatihan mindfulness kemarin.

1.Duduklah di tempat yang nyaman. Usahakan dirimu sesantai mungkin. 

2. Pejamkan mata. Hitunglah dalam hati dari 1 sampai 20. Lalu, perlahan tarik napas. Tahan hingga hitungan kesepuluh atau limabelas. Selanjutnya, hembuskan napas perlahan lewat mulut.

3. Buka mata perlahan dan bernapaslah dengan tenang. Fokus aja pada hal positif dalam hidup ini. Fokus pada hal yang bisa kamu selesaikan saat itu. Insha Allah, kamu bisa tersenyum.

Jika posisimu nggak memungkinkan untuk duduk atau memejamkan mata, kamu bisa bernapas perlahan dan mengeluarkannya pelan-pelan. Tenangkan diri. Fokus aja pada hal positif dalam hidupmu. InsyaAllah, kamu bisa tersenyum. 

Dan, kamu tahu, tersenyum itu bisa membuat wajahmu terlihat lebih menawan. Percaya deh!

Jalanin aja

Urip mung mampir ngombe. Hidup itu seperti mampir minum. Nggak usah terlalu nemen dipikir. Kalau kata anak gaul sih, do not overthink. Toh, hidup hanya sesaat. Nikmati aja yang ada saat ini.

Ucapan di atas biasa kita temukan dan dengar di YouTube atau podcast motivasi. Memang sih, ucapan seperti ini bisa jadi pedang bermata dua bagi beberapa orang.

Kadang ucapan ini, bikin orang malas untuk bekerja keras dalam hidupnya. Alasannya ya hidup kan hanya sebentar, nggak perlu ngoyo-ngoyo. Tapi, kalau nggak kerja keras, emang mau hidupmu jadi beban orang lain? Tentu nggak, kan?

So, gimana seharusnya? Ya, kita jalanin aja hidup ini tanpa berlebihan. Salah satu caranya ya dengan membagi waktu dengan baik. Kita harus bisa membagi waktu untuk bekerja, keluarga, dan diri sendiri. 

Tip manajemen waktu yang efektif yang bisa kita lakukan adalah

1. Membuat perencanaan. Biasanya sih dalam bekerja, kita sering lupa untuk melakukan perencanaan. Alasannya sih, pekerjaan yang dilakukan merupakan rutinitas sehari-hari. Istilahnya sih, sambil memejamkan mata aja, pekerjaan bisa selesai. Bener juga sih, sambi memejamkan mata, perkerjaan beres. Tapi, pasti, waktunya nggak diketahui dan hasilnya pun mungkin aja nggak sesuai dengan ekspektasi.

Lha ya iya, kan tidur? Gimana mau beres? wkwk.

Aku bisa ambil contoh seorang ibu rumah tangga yang asyik ngobrol pagi-pagi dengan tetangganya. Beliau belum masak, cuci piring, cuci baju, apalagi mandi. 

Ia bilang sih, "gampang, bentar lagi juga beres." Dan, seperti yang kita duga, beberapa pekerjaan tersebut belum selesai dikerjakan dan ditunda keesokan harinya, karena beliau harus mengerjakan pekerjaan lain. Akhirnya, pekerjaan di rumah berantakan dan konflik terjadi, seperti: anak belum makan, telat pergi ke sekolah, dan lain-lain.

Dengan kata lain, meskipun pekerjaan rutin terlihat sederhana, kita perlu perencanaan waktu dan to do list. Tujuannya agar pekerjaan selesai sesuai target.

2. Disiplin waktu. Manajemen waktu yang baik akan memudahkan kita dalam menyelesaikan pekerjaan. Saat kita disiplin dalam pekerjaan, kita bisa meluangkan waktu untuk hal lain, seperti rekreasi atau melakukan hobi.

Oya, kalau pekerjaan sudah selesai, kamu bisa tidur kok. Asalkan, jangan kelamaan, takutnya bablas wkwk. 

Anyway, kata disiplin waktu inilah yang sering jadi kata kunci bagi kesuksesan seseorang. Kebiasaan yang sampai saat ini pun masih belum bisa aku kuasai. Aku masih berlatih agar bisa disiplin waktu. 

Aku sadar bahwa dengan disiplin waktu, aku bisa memudahkan diriku untuk mengerjakan pekerjaan lain.

3. Fokus dengan apa yang sedang dikerjakan. Kita bisa selesaikan pekerjaan satu per satu. Biasanya saat kita mengerjakan satu tugas dan memikirkan pekerjaan lain, maka penyelesaian tugas akan lebih lama. 

4. Berani mengambil keputusan. Dalam mengerjakan apa pun, kita harus berani mengambil keputusan. Contohnya sih, seperti saat kita mengendarai kendaraan, kita harus memutuskan waktu keberangkatan, jalan yang kita tempuh, dan lain-lain. Artinya, dalam hidup ini kita harus berani ambil keputusan dan risikonya. 

Nggak ada aktivitas yang berjalan baik di dunia ini tanpa keberanian untuk mengambil keputusan. Ya kan?

5. Menjaga kesehatan. Dan, aku pikir, saat kita mampu mengatur waktu kita dengan baik, hidup akan lebih mudah. 

Kalau kata guruku sih, "kita semua punya 24 jam dalam sehari. Tinggal dibagi aja, 8 jam kerja, 8 jam tidur, 8 jam lagi untuk hobi atau aktivitas lain.." Yah, paling nggak, kamu bisa atur waktumu, agar sesuai dengan kebutuhanmu sendiri. 

Kenapa? Karena tiap orang itu berbeda. Manajemen waktu ibu rumah tangga dan pekerja wanita pasti berbeda. Masing-masing harus bisa menyesuaikan diri dengan kebutuhan dalam hidup mereka.

Contohnya sih, temanku yang ibu rumah tangga, memiliki jam kerja di rumah yang lebih panjang. Mereka bisa bekerja lebih dari 14 jam sehari. Lebih panjang dari pekerja pabrik. So, mereka harus pintar mengatur waktu agar selalu sehat dan bahagia.

Fokus pada diri sendiri. Nggak perlu membandingkan diri dengan orang lain

Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Itu sebabnya, kita disebut unik. Nggak ada seorang pun yang sama, meskipun dengan kembarannya sendiri. 

Aku ingat dengan kisah seorang guru dalam kisah Matilda yang dengan sabar membantu suswanya. Karena fokus dengan tujuannya, guru ini sukses membantu peserta didiknya.

Seperti aku yang guru honor, nggak mungkin membandingkan diri dengan guru ASN baik dalam hal honor, penghargaan prestasi, atau pun jam kerja. Aku sangat sadar bahwa membandingkan diri sendiri dengan orang lain itu bisa jadi aktivitas yang melelahkan. 

Selain bikin lelah, membandingkan diri dengan orang lain pun dapat membuat seseorang terkena depresi dan jatuh sakit. Ah, jadi ingat dengan peserta PPG yang meninggal dunia karena kelelahan dan stress. Ia terlalu membandingkan kemampuan dirinya dengan orang lain. 

So, belajar dari peristiwa ini, aku berusaha untuk mengukur kemampuan diri. Fokus aja dengan kekuatan diri. Lalu, kalau aku merasa lelah, aku istirahat sejenak. Tidak memaksakan diri, agar tubuh tetap sehat.

Nah, di dalam tubuh yang sehat ada jiwa yang kuat. Ya kan? Mens sana in corpore sano. 

Bersyukur dengan apa yang dimiliki. 

Rasa syukur akan membuat hidup lebih bahagia. Aku ingat dengan cerita dalam buku The Vegetarian karya Han Kang tentang seorang istri yang memiliki masalah dengan keluarganya.

Mungkin, kisah The Vegetarian ini mengingatkan kita akan trend masa kini tentang body goal, depresi, dan masalah lain yang erat kaitannya dengan cara pandang kita tentang hidup.

Aku pernah menyaksikan video pendek anak-anak di negara maju dan anak-anak di daerah konflik. Mereka diberikan pertanyaan yang sama, yaitu: "What do you want in life?" Dan, kamu tahu, respon anak-anak ini berbeda.

Sementara anak-anak di negara maju menginginkan hal-hal seperti uang banyak, mobil, dan lain-lain, anak-anak di daerah konflik hanya menginginkan hal sederhana, seperti: roti dan bertemu lagi dengan orang tua mereka. Hal sederhana yang sering kita lupakan, karena kita menganggapnya biasa. Taken for granted.

Dan, menurutku, begitulah hidup ini, kadang kita lupa bersyukur dengan hal-hal biasa dalam hidup kita. Hal biasa yang bisa saja bagi orang lain, merupakan harapan atau keinginan terbesar dalam hidup mereka.

Sebut aja, seorang teman yang sering mengeluh tentang anak, mertua, atau orang tuanya. Sementara, teman yang lain masih belum memiliki anak, mertua, atau telah kehilangan orang tua.

Ah, begitulah hidup ya? Kita menyadari dan menghargai seseorang atau sesuatu itu berharga, mungkin, pada saat kita telah kehilangan atau belum atau tidak memilikinya lagi.

Sehingga, mungkin, mengunjungi teman sakit, tetangga meninggal, atau merasakan sendiri kehilangan itu akan menyadarkan kita akan arti rasa bersyukur. Menyadarkan kita bahwa hidup ini pun adalah amanah yang harus disyukuri. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa