Cara Menyampaikan Rasa Kasih Sayang Kepada Orang yang Telah Meninggal
Kasih sayang merupakan fitrah setiap umat manusia. Islam dan semua agama di dunia mengajarkan semua pemeluknya untuk menebarkan rasa kasih sayang pada semua ciptaan Allah SWT. Termasuk pada orang yang telah meninggal dunia.
Menurut Imam al-Nawawi dalam al-Adzkar, para ulama telah sepakat tentang doa yang dibacakan kepada orang yang sudah meninggal, di mana pahala dan manfaatnya bisa sampai pada almarhum.
Lalu, bagaimana cara menyampaikan rasa kasih sayang kepada orang yang telah meninggal? Seperti disebut di atas, cara terbaik adalah mendoakan almarhum dan memohonkan ampunan untuknya.
1. Mengucapkan doa saat mendengar orang yang meninggal dunia.
Biasanya, kita mengucapkan doa yang singkat, yaitu: Innalillahi wa inna ilahi raji'un. Kita pun bisa membaca doa berikut.
Artinya:
"Sesungguhnya kamu milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali. Dan sesungguhnya kepada Tuhan kami kembali. Ya Allah, tuliskanlah ia di sisi-Mu termasuk golongan orang-orang yang baik. Jadikanlah catatannya di illiyyin. Gantilah ia di keluarganya dari orang-orang yang meninggalkan. Janganlah Engkau haramkan bagi kami pahalanya dan janganlah Engkau beri fitnah kepada kami sesudahnya."
Ah, aku jadi teringat saat adikku, pakde, nenek, kakek, mbah, tante, dan sepupu meninggal dunia. Saat itu, kami hanya bisa mengucapkan doa ini sambil meneteskan air mata. Apalagi saat adikku, sepupu, pakde, dan nenek yang meninggal dunia dalam waktu yang berdekatan. Ah, masa itu adalah tahun berkabung bagi keluarga kami. Mohon mengucapkan Alfatihah bagi mereka dan umat muslim di dunia.
Karena telah merasakan kehilangan keluarga terdekat, aku makin menyadari bahwa hidup ini adalah singkat masanya dan sebentar lalunya. Nggak akan ada yang bisa menyangkal atau menghindar dari kematian, karena setiap langkah kita akan mendekat padanya. Suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, kematian pasti akan datang menghampiri kita.
2. Mengucapkan doa untuk orang meninggal
Artinya:
"Ya Allah, ampunilah, rahmatilah, bebaskanlah, dan lepaskanlah dia. Dan, muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah dia. Dan, muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah jalan masuknya, cucilah dia dengan air yang jernih lagi sejuk, dan bersihkan-lah dia dari segala kesalahan bagaikan baju putih yang bersih dari kotoran.
Dan gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik daripada yang ditinggalkannya, dan keluarga yang lebih baik dari yang ditinggalkan, serta istri yang lebih baik dari yang ditinggalkannya pula. Masukkanlah dia ke dalam surga, dan lindungilah dari siksa kubur serta fitnahnya, dan dari siksa api neraka."
3. Mengucapkan doa saat takziah atau melayat
أَعْظَمَ اللهُ أَجْرَكَ وَأَحْسَنَ عَزَاءَكَ وَغَفَرَ لمَيِّتِكَA'dlamallahu ajraka wa ahsana aza'aka wa ghafaraka li mayyitikaArtinya:"Semoga Allah memperbesar pahalamu, dan menjadikan baik musibahmu, dan mengampuni jenazahmu."إِنَّ لِلهِ تَعَالى مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمَّى فمُرْهَا فَلْتَصْبرْ وَلْتَحْتَسِبْInna lillahi taala ma akhadza wa lahu ma a'tha wa kullu syai-in 'indahu bi ajalin musamma famurha faltashbir wa tahtasibArtinya:"Sesungguhnya Allah maha memiliki atas apa yang dia ambil dan dia berikan. Segala sesuatu mempunyai masa-masa yang telah ditetapkan di sisi-Nya. Hendaklah kamu bersabar dan mohon pahala dari Allah." (HR Bukhari dan Muslim)
Biasanya juga pelayat akan datang memakai pakaian berwarna hitam atau gelap untuk menghormati keluarga almarhum dan sebagai tanda ikut berduka.
Cara menyampaikan rasa kasih sayang pada orang tua yang telah meninggal
Dikutip dari tulisan Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc, M.H.I حفظه الله , beliau menyampaikan tentang bagaimana cara menyampaikan rasa kasih sayang pada orang tua yang telah meninggal.
1. Mendoakan dan memohonkan ampunan bagi ke dua orang tua yang telah meninggal dunia
Rasulullah bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ أَنَّى لِيْ هَذَا فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
Sesungguhnya ada seseorang yang diangkat kedudukannya di Surga kelak. Ia pun bertanya, "Bagaimana hal ini?" Maka dijawab: " Ini karena permohonan ampunan anakmu untukmu. (HR. Ibnu Majah)
Biasanya sih, dalam tradisi keluargaku akan diadakan tahlilan. Tradisi ini dilakukan secara turun-temurun di keluargaku pada malam ke-1, ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, dan ke-1000.
Tahlilan ini merupakan aktivitas keagamaan untuk mengenang dan mendoakan orang yang telah meninggal.
Pada hari ke-1 kematian, tahlilan akan dihadiri oleh keluarga dan tetangga almarhum. Acara ini dilakukan di rumah almarhum. Biasanya setelah tahlilan, doa dan ayat-ayat Al-quran akan dibacakan untuk memohon ampun dan rahmat Allah. Kegiatan ini juga dilanjutkan dengan pembacaan shalawat dan zikir yang bertujuan untuk menguatkan iman dan mendekatkan diri pada Allah.
Tahlilan hari ke-3 dan ke-7 biasanya dilakukan sebagai penghormatan terakhir pada almarhum dan memperkuat Iman pada Allah SWT.
Untuk tahlilan hari ke-40 dan ke-100 adalah saat terberat bagi keluarga. Biasanya sih di keluargaku acara tahlilan diadakan sesuai kesepakatan keluarga besar. Hal ini berkaitan dengan masalah waktu dan biaya. Jadi, untuk tahlilan hari ke-40 dan ke-100 biasanya hanya diikuti oleh keluarga dekat.
Waktu adikku sih, waktunya tahlilan ke-40 bersamaan dengan ke-100 nya nenek. Kami pun melaksanakannya di rumah nenek.
Sementara pas acara tahlilan ke-1000 nenek kami lakukan di rumah. Momen ini pun bersamaan dengan ngijing kuburan nenek dan adik. Ini dilakukan untuk menghemat waktu dan biaya tanpa mengurangi rasa kasih sayang dan penghormatan terakhir kami pada almarhum.
Selain tradisi tahlihan sebagai sarana penghormatan dan mengenang almarhum, kita juga bisa mengirim doa setiap hari dengan mengucapkan Al Fatihah dan surat Yasin. Terutama di malam Jumat. Harapannya doa-doa kita dapat memohonkan berkah dan ampunan bagi almarhum.
2. Melunasi hutang orang tua, menunaikan nadzarnya dan menjalankan wasiatnya.
Kewajiban kita adalah membayar hutang dan melaksanakan nadzar selama hidup. Saat seseorang meninggal, maka kewajiban tersebut akan diwariskan pada ahli warisnya. Begitu pun menyelesaikan wasiat, seperti: pembagian warisan dan lain-lain.
Bahkan seorang anak atau ahli waris pun berkewajiban membayar utang puasa, shalat, dan lain-lain.
Dalam tradisi di keluargaku, seseorang bisa membayar orang lain untuk melunasi utang shalat atau puasa dari almarhum.
Al Bahuti mengatakan:
ويجب أن يسارع في قضاء دينه، وما فيه إبراء ذمته؛ من إخراج كفارة، وحج نذر، وغير ذلك
“Wajib menyegerakan pelunasan hutang mayit, dan semua yang terkait pembebasan tanggungan si mayit, seperti membayar kafarah, haji, nadzar dan yang lainnya”
(Imam al-Bahuti, Kasyful Qana, vol. 2 hal. 84)
Alhamdulillah sih, untuk almarhumah nenek dan almarhum adik, kami nggak repot mengurus masalah utang uang. Justru, ada orang yang masih berutang pada almarhum adikku. Tapi, entahlah, orang tersebut tak ada kabar. Mudah-mudahan utang itu jadi amal kebaikan buat almarhum.
Sementara untuk utang puasa dan shalat, kami berusaha untuk membayarnya saat lapang waktu dan tenaga.
3. Bershodaqah atas nama kedua orang tua, termasuk wakaf dan Amal jariyah.
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, bahwa ibunya Sa’d bin Ubadah meninggal dunia, ketika Sa’d tidak ada di rumah. Sa’d berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا، أَيَنْفَعُهَا شَيْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ
“Wahai Rasulullah, ibuku meninggal dan ketika itu aku tidak hadir. Apakah dia mendapat aliran pahala jika aku bersedekah harta atas nama beliau?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya.”
(HR. al-Bukhari)
Ayahku selalu mengingatkan kami untuk mengingat almarhum dan bersedekah atas nama mereka. Biasanya sih, saat bersedekah walau hanya seikat daun kelor, aku niatkan pahalanya buat almarhum.
4. Menghajikan kedua orang tua dengan ketentuan anak harus haji terlebih dahulu.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- سَمِعَ رَجُلاً يَقُولُ لَبَّيْكَ عَنْ شُبْرُمَةَ. قَالَ « مَنْ شُبْرُمَةَ ». قَالَ أَخٌ لِى أَوْ قَرِيبٌ لِى. قَالَ « حَجَجْتَ عَنْ نَفْسِكَ ». قَالَ لاَ. قَالَ « حُجَّ عَنْ نَفْسِكَ ثُمَّ حُجَّ عَنْ شُبْرُمَةَ »
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar seseorang mengucapkan, “Labbaik ‘an Syubrumah (aku memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah, atas nama Syubrumah.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Memangnya siapa Syubrumah?” Ia menjawab, “Syubrumah adalah saudaraku atau kerabatku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bertanya, “Engkau sudah berhaji untuk dirimu?” Ia menjawab, “Belum.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas memberi saran, “Berhajilah untuk dirimu dahulu, barulah berhaji atas nama Syubrumah.”
(HR. Abu Daud, no. 1811)
Untuk ibadah haji ini, kami belum menunaikannya. Insya Allah, bapak dan emak dapat melaksanakan semasa hidup mereka. Aamin ya Allah.
5. Menyambung silaturahim dengan kerabat orang tua, memuliakan teman dan orang-orang yang dulu dicintai kedua orang tua.
إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ
“Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya.”
(HR. Muslim)
من أحب أن يصل أباه في قبره فليصل إخوان أبيه بعده
“Barangsiapa yang ingin menyambung ayahnya di kuburannya, maka hendaknya ia menyambung teman-teman ayahnya dahulu waktu hidupnya.”
(HR. Ibnu Hibban dengan sanad yang shahih)
Aku sering memperhatikan bapak dan emak yang selalu berusaha menjalin hubungan dengan keluarga almarhum mbah. Kadang bapak membawa kami untuk menemui keluarga atau teman mbah yang masih hidup. Kata bapak, menyambung silaturahmi itu pun bisa memperpanjang umur dan menambah rezeki.
Semoga tradisi baik ini bisa terus kami lakukan untuk menjaga hubungan baik keluarga.
6. Melanjutkan kebaikan yang dirintis atau dilakukan orang tua
Rasulullah bersabda:
"Barang siapa merintis atau memulai perbuatan kebaikan dalam agama, maka baginya pahala dari perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang mengikutinya setelahnya, tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka."
(HR. Muslim no 1016)
7. Setiap amal shalih yang dilakukan anak, orang tua pun dapat bagian pahalanya.
Seperti petani yang menggarap sawah, maka ia akan panen sesuai usaha tanamannya. Kalau ia menanam padi, maka ia akan panen padi. Lalu, ia pun harus merawat tanaman padinya agar panennya bagus.
Begitu juga orang tua, dalam mendidik anak harus dengan ilmu agama yang memadai. Jika pendidikan agama anak-anak baik, maka kelak saat dewasa anak-anak itu pun akan jadi anak berbakti. Insya Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
(Artinya) “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.”
(QS. An-Najm: 39)
Seorang anak adalah bagian dari usaha ayahnya. Saat orang tua mau berusaha upgrade ilmu parenting-nya sebagai bekal untuk mendidik anak-anaknya, maka mereka akan jadi anak hebat dan beramal soleh. Sehingga, para orang tua pun wajib menjaga asupan makanan anak-anak yang baik.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلْتُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ وَإِنَّ أَوْلَادَكُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ
“Sesungguhnya sebaik-baik makanan yang kalian makan adalah makan dari hasil yang kalian usahakan. Sesungguhnya anak-anak merupakan bagian dari yang kalian usahakan”
(HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)
Hikmah Mengingat Rasa Kasih Sayang kepada Orang yang meninggal
Dalam doa ini, aku memahami 2 hal sederhana tentang kematian sebagai bukti kasih sayang Allah pada kita.
1. Doa dapat meringankan kesedihan. Sementara kematian dapat membebaskan
Mungkin itulah sebabnya, bagi hamba Allah, kesedihan dan kematian itu tidaklah menakutkan. Keduanya adalah bagian dari kehidupan.
Seperti kisah para pejuang dalam medan perang kemerdekaan Indonesia yang nggak gentar melawan penjajah, meskipun hanya bermodalkan senjata seadanya. Keyakinan yang teguh atas janji Allah menjadikan kematian tidak menakutkan.
Komentar
Posting Komentar