Maman Sulaeman: Guru SMK Gondang Penemu Aplikasi Belajar Mode Darurat Tanpa Sinyal Tanpa Server

maman-sulaeman-guru-smk-gondang-penemu-aplikasi-belajar-mode-darurat-tanpa-sinyal-tanpa-server


"Pak, saya nggak bisa mengikuti ujian, karena tempat saya nggak ada sinyal," kata seorang peserta didik pada Pak Maman Sulaeman, guru SMK Gondang Wonopringgo Jawa Tengah ini.

Karena ingin membantu peserta didiknya itulah, guru yang mengajar Teknik Komputer di SMK Gondang Wonopringgo ini pun berusaha mengembangkan aplikasi belajar tanpa sinyal tanpa server, yaitu aplikasi TCExam Mobile Friendly Computer Best Test untuk Asesmen Kompetensi Minimum (TMFCBT for AKM).

Ia menyadari masalah infrastruktur sekolah belum mampu memfasilitasi jaringan wifi internet yang merata ke semua kelas. 

Peserta didik juga memiliki kendala sinyal dan kuota yang belum memadai. Sebagian anak hanya memiliki kuota untuk chat atau whatsapp saja. Sehingga, aplikasi ujian yang membutuhkan jaringan internet pun nggak bisa dijangkau oleh peserta didik.


maman-sulaeman-guru-smk-gondang-penemu-aplikasi-belajar-mode-darurat-tanpa-sinyal-tanpa-server


Maman Sulaeman Guru SMK Gondang Penemu Aplikasi Belajar Mode Darurat Tanpa Sinyal Tanpa Server 


Tak bisa dipungkiri, kemajuan teknologi telah memengaruhi seluruh aspek dalam kehidupan kita, termasuk aspek pendidikan. 

Sayangnya, kemajuan teknologi ini pun memunculkan tantangan baru, seperti: ketidakmerataan kesempatan dan kemampuan sekolah dan peserta didik dalam mengakses internet.

Masalah ini merupakan tantangan bagi guru dan peserta didik selama proses pembelajaran dan penilaian di ruang kelas.

Apalagi di era digital yang serba cepat ini, guru harus mampu beradaptasi dengan perubahan besar dalam proses pembelajaran, penilaian, dan pengembangan potensi peserta didik yang sesuai dengan program P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila).

Memang sih, pandemi COVID-19 telah berlalu, hingga pembelajaran dan penilaian peserta didik dapat dilakukan secara luring. 

Namun, aplikasi penilaian yang menggunakan mode darurat tanpa sinyal dan tanpa server sangat dibutuhkan untuk kepentingan peningkatan kualitas pendidikan di masa depan. 

Inovasi ini dapat membantu guru dan peserta didik yang memiliki masalah keterbatasan infrastruktur, seperti jaringan internet wifi yang belum memadai, kuota siswa yang tidak cukup, atau anak-anak yang tinggal di daerah pengembangan sutet atau blank spot.

Pria kelahiran tahun 1986 ini menjelaskan bahwa ia telah menemukan aplikasi TCExam Mobile Friendly Computer Best Test untuk Asesmen Kompetensi Minimum (TMFCBT for AKM) sejak tahun 2016. 

Dan, ia mulai mencoba aplikasi ini pada akhir tahun 2020. 

"Kami mencoba aplikasi ini pada beberapa anak dengan mendata anak-anak yang memiliki masalah dengan jaringan internet di rumahnya," ungkapnya.

Cara kerjanya adalah dengan menghidupkan halaman web format html yang berisi soal dan bisa dikirim ke siswa dalam bentuk file menggunakan bluetooth, infra merah, atau media transfer lain. Hingga, siswa dapat mengerjakan soal tanpa khawatir dengan masalah jaringan.


Aplikasi Belajar Mode Darurat Tanpa Sinyal Tanpa Server


Aplikasi ini tidak memerlukan hosting, domain, maupun server. Jadi pihak sekolah nggak perlu cemas untuk menambah kapasitas server atau jaringan internet, karena aplikasi open source ini dapat diaktivasi lewat laptop guru atau panitia ujian.

Sekarang sudah lebih dari 18 sekolah dari Aceh, Sumatra Utara, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, NTT, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan yang menggunakan aplikasi ini.

Pencapaian luar biasa yang aku yakin bukan dilakukan sambil rebahan. Tapi, kerja keras dan inovasi yang kreatif baik dalam pengembangan produk aplikasi maupun promosi.

Perjuangan yang menuntut kesungguhan dan keikhlasan yang dapat dijadikan inspirasi bagi tenaga pendidik di Indonesia.


Dibalik Keberhasilan Maman Sulaeman Mengembangkan Aplikasi Belajar 

Dalam proses pengembangan aplikasi ini, Maman Sulaeman menemukan banyak tantangan. 

"Sering error dan hasil tidak sesuai dengan harapan. Apalagi dengan keterbatasan ilmu saya, maka saya terus belajar melalui internet dan juga forum belajar yang saya ikuti," kata guru yang juga sempat mengenyam pendidikan di Universitas Sebelas Maret ini.

Bagi pria yang mencintai dunia coding ini, tidak ada alasan untuk berhenti belajar. "Selama ilmu itu bisa dijangkau, pasti bisa dipelajari," lanjut pria yang sedang mengembangkan aplikasi GoUNBK ini.

Untuk mempromosikan aplikasi belajar ini, Maman Sulaeman menggunakan Facebook dan Telegram. Ia membagikan link aplikasi ini agar dapat digunakan secara gratis oleh sekolah yang membutuhkan.

Tantangan Teknologi bagi Dunia Pendidikan


Teknologi memang memberikan banyak kemudahan bagi penggunanya. Sebut aja teknologi AI dengan fiturnya yang beragam yang dapat membantu guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran dan penilaian hasil peserta didik di sekolah.

Namun, seperti yang telah kita ketahui, akses teknologi pun belum dapat diterima oleh semua guru dan peserta didik di sekolah. 

Beberapa sekolah dapat akses teknologi yang sangat baik, sedangkan sekolah-sekolah di daerah belum  mendapatkan akses yang layak.

Masalah yang seharusnya bisa diakomodir oleh pihak sekolah. Salah satunya adalah dengan penggunaan aplikasi open source ini.

Menurut Maman Sulaeman, kita bisa mensiasati tantangan ini dengan menggunakan teknologi yang berbeda. Teknologi yang memungkinkan kita untuk dapat beradaptasi dengan keadaan.


Motivasi Mengembangkan Aplikasi Belajar


Sebagai guru, Maman Sulaeman ingin memberikan inspirasi pada peserta didiknya di sekolah dan generasi muda agar tidak melihat keterbatasan sebagai halangan atau hambatan. 

Ia yakin bahwa semua pasti ada jalan keluarnya ketika kita berproses dengan baik.

Untuk itulah, Maman Sulaeman terus berusaha mengembangkan aplikasi belajar agar lebih mudah digunakan, terutama bagi pengguna biasa. 


Dengan aplikasi mode darurat ini, sekolah dapat mengakomodir kebutuhan guru dan peserta didik dalam proses penilaian hasil belajar peserta didik.

Harapan Maman Sulaeman


Guru SMK Gondang yang meraih penghargaan Astra Kategori Khusus Pejuang Tanpa Pamrih tahun 2021 ini ingin aplikasi belajar tanpa sinyal tanpa server ini dapat digunakan bersama-sama untuk mengatasi masalah yang sama.

"Semoga aplikasi ini bisa jadi alternatif standar bagi dunia pendidikan yang direkomendasikan oleh dinas pendidikan dari tingkat kabupaten hingga pusat." katanya penuh harap dalam sebuah wawancara dengan stasiun TV Nasional.

Sebagai guru SMK yang mengajar di daerah, aku pun berharap aplikasi belajar yang inovatif karya anak bangsa ini dapat diapresiasi oleh kita semua. Ini merupakan aksi nyata sebagai bukti rasa cinta kita pada negeri tercinta ini. Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa