Pak Sujas: Guru SD Idolaku

pak-sukas-guru-sd-idolaku-karakter-istimewa

Halo teman Yoha? Apa kabarmu hari ini? Semoga selalu sehat ya? Hari ini aku akan bercerita tentang seorang guru yang pernah mengajarku saat aku kelas 3 SD. Pak Sujas guru SD idolaku. Kenapa? Karena beliaulah,  aku awalnya terinspirasi untuk jadi seorang guru.

Sebenarnya, banyak guru baik dan hebat yang pernah mengajarku di SD, tapi entah kenapa nama inilah yang selalu terlintas di kepalaku. Mungkin kerena senyum ramahnya, gerak-gerik tubuhnya, atau tutur katanya yang lembut. Entahlah, rasanya setiap ingat beliau, hatiku jadi hangat dan bibirku menyunggingkan senyum. 

Mungkin, benarlah kata orang, terkadang kita hanya mengenal banyak orang di sekitar kita, tapi hanya satu atau dua orang saja yang mampu menggerakkan hati kita. Dan kita akan mengingatnya seumur hidup kita.

Gimana menurutmu? Pernah punya pengalaman sama? Bertemu atau mengenal sosok guru yang bisa membuatmu suka sekali, padahal mungkin banyak guru lain yang lebih baik atau hebat?

Okey, oke.. Membahas masalah perasaan emang lebih rumit dari mengetahui asinnya garam ya? wkwk. Poinnya sih, ya, nikmati aja rasa itu dan jadikan kenangan yang menyenangkan dalam hidupmu. Setuju?!

Anyway, aku mengagumi sosok Pak Sujas guru SD idolaku ini bukan tanpa sebab lho. Nah, dalam tulisanku ini akan kuceritakan tentang Pak Sujas dan alasanku menyukainya.

Pak Sujas Guru SD idolaku

Pak Sujas adalah guru SD Sejahtera 1 Kedaton yang pernah mengajarku di kelas 3 SD. Kalau aku nggak salah ingat, beliau mungkin berusia lebih dari 40 tahun saat mengajarku. Saat ini sih, beliau sudah meninggal. 

Semoga Tuhan memberi ganjaran terbaik atas amal perbuatan baiknya. Aamiin.

Kamu tahu, dalam benakku ini, aku seolah menghidupkan sosok itu. Wajah yang tenang dan penuh senyum, gerak tubuh yang pasti dan penampilannya yang sederhana kini tergambar jelas di kepalaku. Ah, aku jadi kangen.

Kadang, saat teringat dengan beliau, aku berjalan di daerah rumahnya. Lalu, aku akan memandangi pagar rumahnya yang berwarna hitam dan dinding rumahnya yang berwarna hijau. Ah, melihat rumahnya pun sudah merasa senang.

Anyway, Pak Sujas itu kalau aku nggak salah ingat, adalah guru matematika. Sayangnya, aku lemah di pelajaran ini wkwk. So, aku sekarang pilih untuk jadi guru bahasa.

Tapi, no worries, aku nggak benci matematika kok. Aku masih ingat dengan ucapan beliau. "Kamu pasti bisa!"

Yups, itu aja sih yang kuingat. Ya, namanya juga masih anak-anak wkwk. 

Karakter Istimewa Pak Sujas sebagai guru SD

Siapa bilang jadi guru SD itu mudah? Beberapa teman yang mencoba jadi guru SD, memilih mundur dan akhirnya menjadi guru SMP atau SMA. Lho kok bisa? Pelajaran anak SD kan nggak serumit SMP dan SMA? 

Iya sih, pelajaran SD itu nggak serumit SMP dan SMA, tapi butuh lebih dari skill profesional untuk mengajar anak SD. Lha kan dalam mengajar itu ada 4 kompetensi yang dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dan, menurutku, tiga skill selain profesional itulah yang butuh lifelong learning. 

Contohnya aja, seorang teman guru SD cerita, ia sering menemani satu atau dua anak ke kamar mandi di awal masuk sekolah. Mungkin, itu sebabnya sekarang anak SD dimulai di usia 6 tahun ya? Nggak terbayang kalau lebih muda dari itu ya? 

Artinya sih, peserta didik SD butuh guru yang nggak hanya cerdas di akademis, tapi juga cerdas secara pedagogik, kepribadian, dan sosial. Sambil menulis ini, aku membayangkan guru SD yang mengajar ala anak SMA, pasti siswanya sudah lari-lari di dalam kelas  dan di luar kelas wkwkwk.

Temanku itu bilang, pernah saat ia mengajar di kelas, ada satu siswa yang tiba-tiba lari ke luar kelas. Eh, ia menabrak dinding dan bibirnya luka. Lalu, temanku dengan tenang mengatur anak-anak yang lain sambil mengobati dan menghibur anak yang terluka ini. Keren ya bisa sabar? Kalau aku, nggak tahu deh wkwk.

Begitu pun dengan Pak Sujas ini, ia punya karakter yang bikin anak-anak SD merasa tenang dan tertib belajar di kelas. Mungkin, itu karena beliau sudah berumur saat mengajarku ya? Kalau beliau masih muda, pasti anak-anak SD ini akan berbeda sikapnya wkwkwk.

Ah, jadi ingat seorang guru yang pintar banget di sekolah. Tapi, saat mengajar ia sibuk sendiri dengan materi pembelajarannya dan mengabaikan kebutuhan belajar anak. Kalau istilahnya sih, teacher-centered. Akibatnya ya, saat akhir pembelajaran, anak-anak nggak dapat apa-apa selain catatan di buku. Sayang sekali kan?

Berbeda dengan guru itu, Pak Sujas sangat memahami peserta didiknya. Ia selalu berusaha agar kami dapat manfaat dari pembelajaran di kelas.

Nah, sebagai guru, beliau memiliki karakter istimewa yang nggak akan terlupakan bagiku.

Karakter istimewa beliau adalah

  1. Penyabar. Aku masih ingat saat beliau memintaku maju ke depan kelas. Ya, aku kan anaknya pemalu. So, saat itu rasanya tangan dan kakiku gemetar. Bahkan bibirku juga rasanya ikut gemetaran, hingga suaraku terdengar gagap. Tapi, beliau dengan sabar hanya tersenyum dan mengangguk padaku. Duh, matanya itu hangat dan pengertian sekali. Aku masih bisa mengingat dengan jelas rasanya.
  2. Tenang. Bagiku, melihat dan merasakan sikap tenang beliau bikin aku berani untuk maju dan melakukan tugas beliau di depan kelas. Untung aja, saat itu aku nggak diam aja saking gugupnya wkwkwk. 
  3. Baik. Jujur, aku udah nggak ingat ucapannya yang lembut di telingaku yang waktu itu berusia 9 tahun. Aku hanya teringat berdiri di depan kelas dan kebaikan Pak Sujas membentengi diriku dari rasa gugupku. Ah, ingatan satu babak dalam hidupku itu ternyata telah mengubah hidupku hingga hari ini.

Pelajaran Berharga dari Pak Sujas guru SD idolaku

Seperti rutinitas yang lain dalam hidup ini, kita pasti akan dirundung rasa bosan. Begitu pun dalam pekerjaanku sebagai pendidik di sekolah. Aktivitas mengajar, sering terhambat dengan rasa bosan dan malas. 

Rasa negatif itu bukan hanya disebabkan oleh lamanya durasi mengajar atau banyaknya beban mengajar guru, tapi motivasi dan faktor internal gurulah yang jadi penyebab guru kurang semangat mengajar di kelas. Mungkin, mereka masih teringat waktu COVID kemarin, jadi pengin nyambi ngajar dan main game wkwk.

Untunglah, kalau aku, saat rasa malas itu datang, kadang aku teringat dengan pak Sujas guru SD idolaku ini. Rasanya kok malu kalau malas mengajar. Beliau yang waktu itu sudah berumur aja, selalu rajin dan tepat waktu dalam mengajar. Beliau nggak pernah sekali pun terlambat atau nggak masuk kelas untuk mengajar kami. 

Ah, rasanya beliau itu keren banget! Berbeda dengan beberapa guru yang masih muda tapi enggan masuk kelas dan asyik main gawai di kantor. 

Mungkin, mereka perlu belajar dengan sosok Pak Sujas. Kesederhanaan dan ketenangannya bisa bikin aku terinspirasi untuk jadi guru lebih baik.

Dalam pemikiranku, seorang guru itu nggak cuma harus cerdas secara akademis, tapi juga memiliki kompetensi yang lain. Yah, minimal, masuk kelas dan mengajar dulu lah. Untuk skills yang lain, bisa dipelajari sambil berjalan. Toh, jadi guru itu kan proses longlife learning juga. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa