Hikmah Dibalik Iklan Jadul yang Mengharukan

Hikmah-dibalik-iklan-jadul-yang-mengharukan

Meskipun suka nonton film, aku nggak suka nonton iklan-iklan yang muncul saat film berlangsung. Hingga, aku sering skip iklan-iklan tersebut dengan beralih ke channel lain. 

Alasannya sih simple. Aku bosan dibombardir dengan iklan-iklan zaman now yang begitu mencerminkan budaya konsumtif. Kehilangan sisi humanis yang sempat mengisi iklan-iklan jadul yang menyentuh. 

Jujur, aku jadi kangen dengan iklan-iklan jadul. Iklan yang nggak sekedar menawarkan produk, tapi juga memberikan hikmah dibalik iklan-iklannya. Terutama beberapa iklan yang bisa bikin aku meneteskan air mata.

Nah, dari beberapa Iklan tersebut, ada tiga iklan jadul yang cukup mengharukan  bagiku. Terlebih  Iklan-iklan ini berhubungan dengan bulan Ramadan. Bikin rindu! Eh, hari ini sudah masuk bulan puasa. hehe

Penasaran dengan iklan-iklan jadul ini? Yuk, kita ulas bersama!

hikmah-dibalik-iklan-jadul-tentang-guru
Sumber gambar: YouTube


Iklan dengan Tema Guru

Bicara tentang guru yang penuh dedikasi, pasti bikin hati hangat ya? Sebagai seorang guru, aku pun seorang murid yang selalu merasa berhutang budi dengan guru. Karena seperti kata orang bijak, guru itu adalah pelita bangsa ini.

Iklan yang bertema guru ini diusung oleh produk Djarum di tahun 2007. Berkisah tentang seorang guru SD bernama Umar. Guru yang dicintai oleh peserta didiknya. Terlihat jelas dari suasana kelas yang begitu gembira

Namun, seperti layaknya manusia biasa, guru Umar pun memiliki masalah pribadi. Istrinya sakit dan butuh biaya berobat. Sementara di tangannya ada dana bantuan sekolah.
Sejenak, beliau begitu gelisah. Tapi, kejujuran dan dedikasi sebagai guru mengalahkan ujian untuk menyalahgunakan bantuan tersebut.

Guru Umar pun menjual harta kesayangannya. Sebuah motor yang ia gunakan untuk pergi mengajar setiap hari.

Anak-anak didik yang melihatnya berjalan kaki terlihat kasihan pada pak Umar. Mereka pun saling berboncengan dan pergi ke rumah sakit.

Singkat cerita, istri guru Umar sembuh dan kembali pulang ke rumah. Merayakan lebaran bersama anak-anak didik yang datang ke rumah guru Umar.

Diskusi iklan jadul Djarum dengan Tema Kejujuran

Memang sih, sebagian orang akan menganggap orang-orang jujur sebagai orang bodoh, karena nggak bisa mengambil kesempatan dari kedudukan. Dalam kasus bantuan sekolah, misalnya, beberapa sekolah pernah ada yang nggak mempergunakan dana bantuan sesuai dengan porsinya.

Contohnya sih, jika seharusnya membangun dua kamar mandi, yang dibangun hanya satu. Tapi dengan kuitansi dua kamar mandi.

Hasilnya, hanya satu atau beberapa orang saja yang menikmati dana bantuan tersebut. Sementara pihak yang seharusnya menerima bantuan, hanya mendapatkan sebagian dari bantuan tersebut tanpa bisa protes.

Sayangnya, hal ini sudah menjadi rahasia umum. Asalkan orang-orang tertentu mendapatkan bagian, kasus nggak akan muncul ke permukaan. Selain nggak ada bukti, semua pihak yang terlibat pun bermain dengan sangat manis. Toh, kamar mandinya ada kan?

Mungkin itu sebabnya, sentuhan lembut seorang guru Umar ini seolah menyadarkanku bahwa masih ada orang jujur di dunia ini. Dunia pendidikan, insya Allah masih bisa diselamatkan.

hikmah-dibalik-iklan-jadul-kasih-sayang-ayah
Sumber gambar: YouTube


Iklan kasih sayang ayah pada anaknya

Setelah bicara tentang kejujuran guru Umar, aku pun tersentuh dengan iklan tentang kasih sayang ayah ini.
Iklan yang tayang di tahun 2008 ini bercerita tentang seorang anak perempuan yang selalu diantar dan dijemput oleh ayahnya. 

Adegan yang bikin aku nangis itu saat si anak pura-pura nggak melihat ayahnya yang menunggu di portal kampusnya.

Sementara si ayah menunggu, si anak berlalu begitu saja bersama mobil yang ia tumpangi bersama teman-temannya.

Kemudian, hujan turun dengan deras. Si anak merasa resah dan terus-menerus melihat ke kaca jendela. Di balik kaca jendela, ia melihat seorang ayah dan anak perempuan sedang berteduh. Ia melihat ayah tersebut mengusap rambut anak perempuannya yang basah dengan penuh kasih sayang.

Si anak perempuan makin merasa bersalah. Dalam benaknya, berkelebat adegan masa lalu. Bayangan ayah yang selalu menyertainya.

Akhirnya, saat pulang dari restaurant dan melihat ayahnya yang berteduh di pos satpam, si anak perempuan turun dan menghampiri ayahnya.

Hikmah Kasih sayang ayah pada Anak

Ah, menonton iklan ini mengingatkan aku dengan film tentang ayah yang cukup menyayat hati. Kisah yang pantas diambil hikmahnya.

Benarlah kata orang, kita nggak bisa menukar ayah kita. Seperti orang tua yang nggak akan menukar kita dengan anak lain, bagaimana pun kondisi kita saat dilahirkan.

Apa pun kondisinya, kita harus sayang dan bangga pada mereka. Jika hanya kondisi ayah yang nggak kaya, kupikir itu bukan lah alasan untuk tidak mengakui keberadaan mereka. Apalagi, seorang ayah pasti akan melakukan segalanya buat anak-anaknya. Ya, kan?

hikmah-dibalik-iklan-jadul-dimulai-dari-nol
Sumber gambar: YouTube


Iklan Dimulai dari Nol ya, Pak?

Ingat dengan iklan ini? okey, kalau nggak ingat, mungkin sering dengar? Benar sekali! Ungkapan ini popular saat kamu mengisi bensin di pom bensin.

Nggak pernah isi bensin? Besok isi deh, pasti nanti paham dengan ungkapan ini. hehe.


Cerita dibalik iklan Dimulai dari Nol, ya


Berkisah tentang seorang pengusaha yang sibuk menelpon dengan gawainya saat mengisi bensin. Petugas pom bensin dengan ramah menegur pengusaha tersebut untuk mematikan gawainya. Lalu, dengan senyum petugas itu menunjukkan angka nol.

“Dimulai dari nol ya, Pak,” katanya.

Pengusaha itu hanya diam. Begitu pun saat beduk tanda berbuka tiba. Petugas itu menawarkan pengusaha itu untuk berbuka di gerai yang tersedia. Dengan kasar pengusaha itu menolak. Dan, petugas yang ramah itu hanya tersenyum.

Singkat cerita, lebaran pun tiba. Bersama keluarganya pengusaha itu mengisi bensin dan kebetulan dilayani oleh petugas yang sama. Pengusaha itu pun teringat. Ia pun keluar dari mobilnya dan menyalami petugas yang ramah itu dan berkata, “Dimulai dari nol ya.”


Hikmah iklan jadul Dimulai dari Nol

Saat bekerja, kita pasti bertemu dengan bermacam-macam karakter manusia. Ramah, kasar, baik, dan lain-lain.

Aku pernah sih belanja di pasar dan melihat seorang pemilik toko memaki-maki seorang pelayannya. Rasanya jantungku mau copot mendengarnya. Sambil berbisik, ia memintaku untuk mendoakannya agar mendapat pekerjaan yang lebih baik.

Aku sih salut dengan petugas pertamina yang ramah ini. Ikhlas dengan pekerjaannya. Apalagi dengan kebaikan hatinya yang mau memaafkan sikap pengusaha tersebut.
Nah, gimana dengan kamu? Pernah menonton iklan-iklan ini? Bagaimana menurut kamu?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa