Pengaruh Media Sosial dalam Pendidikan Anak

 

Pengaruh-media-sosial-dalam-pendidikan-anak

Aku terkesima menonton seorang Putri Ariani yang begitu lancar membaca berita. Layaknya anchor sungguhan. Padahal ia memiliki keterbatasan fisik. Tuna netra. Namun, keterbatan nggak menyurutkan langkahnya buat berkarya. Selain pandai membaca berita, Putri pun pandai menyanyi dan memainkan berbagai alat musik. Terutama piano.  Keren, ya! 

Netizen pun jadi bertanya-tanya, bagaimana cara Putri melakukan hal tersebut. Membaca berita dan memenuhi challenge yang diberikan Marvin, salah satu penyiar berita Metrotv. 

Baca juga : Pengaruh Gaya Belajar Siswa Terhadap Cara Berkomunikasi di kelas

Bukan itu saja, lho pencapaian Putri. Selain terkenal saat memenangkan ajang pencarian bakat indonesia’s Got Talent 2014, ia telah melahirkan albumnya yang berjudul Melihat dengan Hati. Nggak berhenti dengan itu, Putri juga terus berkarya lewat media sosial. Membuat konten dengan hobi yang ia sukai. Menyanyi dan memainkan alat musik. 

Nah, melihat kesuksesan Putri mengasah bakatnya, aku menyadari pengaruh media sosial dalam pendidikan anak. Tentunya dengan dukungan dan bimbingan penuh orang tua, media sosial dapat membantu perkembangan pendidikan anak. Untuk itu, yuk kita bahas sedikit tentang apa sih media sosial itu.

 

Pengertian Media Sosial

Menurut Merriam Webster, sosial media adalah bentuk komunikasi elektronik yang digunakan pengguna secara online untuk berbagi informasi, ide, pesan pribadi, atau content lain seperti video. Namun, secara esensi semua media adalah sosial yang mengubungkan dan menjaga hubungan antara sesama manusia dan pribadi melewati ruang dan waktu.

Baca juga: Puisi Sepotong Roti

Kita bisa mengenal bebarapa contoh media sosial yang biasa kita gunakan, seperti: twitter, facebook, whatsapp, instagram, dan lain-lain.

Peran Media Sosial

Dalam blognya, Net Riggs menuliskan ada tujuh peran dari media sosial, yaitu: identitas, percakapan, berbagi, presence, hubungan, reputation, dan group. 

Yuk, kita cek sedikit tentang peran media sosial ini, ya!

1.      Identitas.

Dalam penggunaan media sosial, kita kan selalu mencantumkan jenis kelamin, pekerjaan, hobi, dan lain-lain sebagai identitas diri kita. identitas juga dapat kita gunakan untuk membranding diri dengan mempromosikan hobi kita lewat media sosial yang kita miliki.

2.      Percakapan

Aku sih sering menggunakan media sosial untuk melakukan percakapan dengan orang lain, baik untuk tujuan menjalin silaturahmi atau untuk bisnis. Media sosial yang banyak digunakan saat ini adalah whatsapp.

3.      Berbagi

Selain untuk branding diri dan bercakap-cakap dengan teman atau bisnis, media sosial juga dapat digunakan untuk berbagi, Kita bisa berbagi tulisan, video, atau gambar yang baik dan bermanfaat. Contohnya sih, youtube pembelajaran atau tulisan blog yang berisi tips memasak yang cepat dan mudah.

4.      Kehadiran/ eksistensi

Eksistensi seorang influencer atau media social enthusiast juga dapat mempengaruhi valuenya di mata netizen. Seorang media social enthusiast yang konsisten dalam berkarya akan memiliki ruang di hati penggemar dibanding yang malas memngisi konten di ruang media sosialnya.

5.      Hubungan

Tak ada mahluk sosial yang tak berhubungan dengan orang lain. Untungnya, media sosial memberi ruang gratis buat semua orang untuk dapat berhubungan tanpa batas. Media sosial memberi kesempatan pada penggunanya untuk menjalin hubungan dengan pengguna lain tanpa khawatir dengan biaya yang  mahal.

6.      Reputasi

Selain membuka banyak kesempatan, media sosial pun dapat membangun reputasi penggunanya. Kita bisa ambil contoh Putri yang terus berkarya lewat media sosial. Ia membangun reputasi. Personal branding sebagai seorang penyanyi.

7.      Grup

Seiring dengan berkembangnya followers dan teman, kita perlu memiliki grup yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan tujuan. Dengan grup media  sosial tersebut, kita akan lebih mudah berbagi info, ide, atau hal yang lain agar tujuan grup tercapai dengan sempurna.

Kita bisa bergabung dengan grup yang ada di media sosial sesuai dengan minat dan hobbi yang kita miliki. Grup-grup ini akan membantu kita membangun reputasi personal branding, menjalin pertemanan dengan orang-orang yang memiliki kesamaan minat, berbagi ide, gagasan, dan karya atau untuk menguatkan eksistensi kita di media sosial.

 

Pengaruh Negatif Media Sosial bagi Tumbuh Kembang  Pendidikan Anak

Sayangnya, penggunaan media sosial yang berlebihan merupakan fenomena yang mengkhawatirkan. Saat pandemic yang sudah berlangsung sejak Maret 2020 ini, kecenderungan anak untuk beraktivitas di media sosial makin tinggi. Apalagi, pembelajaran daring yang juga menggunakan media sosial sebagai media untuk pembelajaran.

Baca juga: Kenapa Kita Harus Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah

Efek yang terlihat secara kasat mata, makin banyak anak-anak yang menggunakan kaca mata dan enggan bermain di luar ruangan. Mereka hanya duduk atau rebahan di tempat tidur. Malas bergerak.

Bahkan, ahli mengatakan bahwa eksposure media sosial berlebihan pada anak berakibat makin tingginya level kecemasan dan rendahnya rasa percaya diri anak tersebut. Dalam survey dikatakan tentang penggunaan twitter, facebook,, instagram, dan media sosial lain secara berlebihan akan meningkatkan perasaan depresi, kecemasan, ekspresi tubuh yang rendah, dan kesepian. 

Aku sih, membayangkan seorang anak yang sibuk memperhatikan media sosial yang ia miliki. Khawatir dengan komentar dari netizen terhadap penampilan anak tersebut. Anak-anak juga cenderung memperhatikan seberapa banyak like dan komentar yang ia peroleh di media sosial. Sikap ini mempengaruhi mood anak dalam aktivitas sehari-hari.

Aku sering memperhatikan anak-anak sekarang agak sulit berkonsentrasi saat ngobrol dengan temannya, karena perhatiannya terpecah dengan gawainya. Mereka lebih perhatian dengan apa yang ada di instagram, facebook, tiktok, twitter, youtube, atau media  sosial lain. Hingga, level konsentrasi anak makin menurun dibanding anak-anak yang nggak bermain media sosial. 

Akibatnya, anak-anak cenderung antisocial. Sulit bergaul dan kurang percaya diri, karena selalu membandingkan dirinya dengan orang-orang yang ada di media sosial. Padahal, media sosial dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan dan bakat anak. Tentunya dengan bimbingan orang tua, guru, dan lingkungan keluarga terdekat anak.

 

Pengaruh Positif Media Sosial dalam Pendidikan Anak

Menurut riset yang dilakukan pada anak-anak berusia 9-10 tahun, penggunaan social media dapat memberikan efek positif, seperti: meningkatnya aktivitas fisik, rendahnya konflik keluarga, dan  rendahnya masalah tidur.

Kita juga bisa memperhatikan beberapa efek positif lain media sosial yang dapat membantu perkembangan pendidikan anak di masa depan.

  • Kompeten di bidang digital

Pernah memperhatikan anak membuat video bagus dalam waktu yang relatif singkat. Berbeda dengan generasi tahun 90an yang perlu waktu berjam-jam untuk membuat produk kreatif seperti video atau film pendek, anak-anak yang terbiasa bermedia sosial nggak punya masalah serupa, Mereka terbiasa dengan teknologi dan kompeten menggunakannya. Jadi, nggak heran kalau kita menemukan banyak programmer anak-anak di sekitar kita.

  • Mampu mengekspresikan diri

Anak-anak yang bermedia sosial akan lebih mampu mengekspresikan dirinya dengan bebas. Mereka dapat bertemu dengan teman sebaya dan saling bercakap-cakap di kolom komentar. Hal ini memberikan kesempatan pada anak introvert untuk mengekspresikan diri dengan lebih baik.

  • Merubah cara anak belajar

Perkembangan teknologi memberi ruang yang lebih luas bagi anak-anak untuk belajar secara online. Anak-anak pun dapat mengikuti pembelajaran atau pelatihan melukis, menggambar, atau coding secara gratis melalui media sosial.

  •       Memberi kesempatan untuk berhubungan dengan orang lain

Anak-anak dapat dengan mudah menghubungi orang lain atau orang tua mereka dengan mudah dan murah melalui media sosial. Mereka pun dapat saling berkomunikasi lewat video call untuk menjalin hubungan lebih baik.

  • Memiliki rasa empati pada orang lain

Melalui tautan media sosial, anak-anak dapat menyaksikan informasi dan berita tentang kisah orang-orang yang kurang beruntung yang akan menumbuhkan rasa empati mereka terhadap orang lain.

  •  Membangun dan menjaga hubungan dalam waktu lama

Media sosial pun memberi kesempatan pad anak-anak untuk saling berkomunikasi dan berhubungan dengan teman-temannya dalam waktu yang lama. Tanpa batas.

  • Terhubung dengan orang di seluruh dunia

Karena teknologi sifatnya tanpa batas, media sosial pun mampu menghubungkan anak-anak di seluruh dunia. Mereka bisa saling belajar mengenal budaya, bahasa, dan keadaan negara lain. Anak-anak jadi lebih terbuka terhadap perbedaan dan dapat menghargai kreativitas orang lain.

Nah, bisa dibilang media sosial dapat memberi efek atau pengaruh domino bagi perkembangan pendidikan anak tergantung dari besarnya peran orang tua dalam membimbing anak. Media sosial yang merupakan hasil kreativitas teknologi dapat membantu kita, jika kita bijak bermedia sosial.

Untuk itu, orang tua perlu mengetahui trik membantu anak bermedia sosial yang bijak agar dapat mendukung perkembangan pendidikan anak.

 

Cara Orang Tua Membantu Meningkatkan Pengaruh Positif Media Sosial dalam Pendidikan Anak

Nggak bisa dipungkiri bahwa media sosial hari ini telah merambah kehidupan kita. Sulit rasanya membatasi ruang batas anak dalam penggunaan media sosial, jika kita sebagai orang tua pun hampir nggak bisa lepas dari gawai. So, jalan keluar terbaik adalah bagaimana caranya agar media  sosial dapat membantu kita dalam mendidik anak. Bukan sebaliknya.

Sebagai orang tua, kita bisa memulai dengan bekerja sama dengan anak untuk mencapai tujuan ini. Kepo dengan trik ini? Yuk, kita tengok cara untuk membantu anak dalam bermedia sosial dengan bijak! Eh, kalau kamu mempunyai cara lain, bisa tulis di kolom komentar ya.

  •  Mencari situs ramah anak

Aku pernah kaget saat memergoki anak sedang asyik melihat situs yang nggak ramah anak. Sayangnya, nggak semua orang tua membatasi penggunaan media sosial bagi putra-putrinya. Hingga, terkadang orang tua tanpa sadar telah kecolongan.

Sebagai guru, aku prihatin dan memanggil orang tua anak tersebut untuk menasihati anaknya. Lalu, saat orang tua itu bingung dalam mencari situs ramah anak buat anaknya, aku pun merekomendasikan situs ramah anak yang dapat ditonton bareng, seperti: googlebook, youtubekids, kidsfun, Gridkids, dll

Kemkomnfo juga telah mengeluarkan sekitar 289 Ribu situs ramah anak. Kita juga bisa menggunakan mesin pencari yang ramah anak, seperti: kiddle.co, KidsSearch, DibDabDoo, KidRex, dan WackySafe.

  • Mendorong anak untuk bergaul dengan teman-teman sebayanya

Pandemi memang telah membatasi ruang batas kita dalam beraktivitas di luar rumah. Namun, kita bisa mengajak anak-anak untuk bergaul dengan teman-temannya dengan menggunakan prokes covid. Mereka bisa main sepeda di taman atau sekedar berlari-lari di lapangan kompleks.

  • Mendorong anak meningkatkan bakatnya

Belajar di rumah saja selama pandemic akan memberi rasa bosan pada anak. Untuk mengobati rasa bosan, kita bisa mengajak anak melakukan apa yang ia sukai. Seperti Putri yang suka menyanyi dan bermain music, ia menggunakan media sosial untuk mempromosikan karyanya. Hingga, ia bisa mengasah bakatnya dan menghasilkan karya yang bermakna bagi orang lain.

  • Mengajak anak menggunakan media sosial sebagai sarana belajar

Sekarang ini, banyak applikasi media sosial yang dapat digunakan orang tua untuk membantu putra-putrinya dalam belajar. Sebut saja, applikasi Ruang Guru, Rumah Belajar, dan Youtube Kids yang bisa menjadi sarana belajar anak.

Orang tua dapat membimbing anak dalam memanfaatkan media sosial saat proses pembelajaran. Misalnya, kita dapat belajar bersama dan menjelaskan materi yang telah ditayangkan di Youtube. Kita juga bisa membantu anak untuk merekam video dan mengupload video anak ke media sosial instagram atau Youtube.

  • Mengawasi aktivitas anak dalam bermedia sosial

Sebagai orang tua, kita menyadari bahwa kematangan berpikir anak belum mencapai seperti orang dewasa. Hingga, anak-anak akan mudah terpapar dengan pengaruh media sosial yang  hampir tanpa batas. Sebut saja, risiko cyber bullying yang bisa mengancam anak-anak yang kecanduan media sosial.

Karena risiko cyber bullying atau cyber crime yang bisa mengancam putra-putri kita, sebaiknya orang tua dapat mendampingi anak saat mereka bermedia sosial. Harapannya, pendampingan ini dapat mengurangi risiko paparan negatif media sosial. 

  • Membangun sosial media networking

Ternyata, bukan hanya orang dewasa yang butuh sosial media networking. Anak-anak pun membutuhkannya untuk membangun rasa percaya diri dan meningkatkan peluang prestasi akademik dan non-akademiknya.

Para orang tua dan anak dapat saling berkolaborasi untuk mendukung perkembangan prestasi anak. Berbagi informasi, ide, dan saran yang dapat membantu  kemajuan anak dalam belajar. Dan, jika ada masalah dalam pembelajaran anak, orang tua dapat segera memberi respon agar masalah  tersebut dapat diatasi dengan baik.

  • Mengajak anak bicara saat menemukan cyber bully dan cyber crime di media sosial

Orang tua dapat mengajak anak bicara saat anak terlihat murung atau mudah marah. Biasanya sih, anak-anak yang bermedia sosial lebih rentan dengan paparan cyberbullying. Jadi, bimbingan orang tua untuk mengatasi masalah ini akan sangat penting. 

  • Membagi waktu anak dalam bermedia sosial

Seorang anak dapat membuka akun media sosial saat ia berusia 13 tahun. Sedangkan, para ahli menganjurkan anak memiliki akun media sosial di usia 17 tahun. Usia yang sudah cukup dewasa untuk mengatasi masalah yang timbul karena paparan media sosial.

Nah, kalau anak-anak sudah mulai bermedia sosial, ada baiknya orang tua meembatasi anak dalam penggunaan media sosial. Misalnya, anak hanya diijinkan bermedia sosial selama satu jam pada hari Minggu. Itu pun dengan pengawasan orang tua.

  • Memberi anak pengertian tentang bermedia sosial

Kasus anak yang menonton situs nggak ramah anak di sekolahku itu bukan hanya terjadi sekali. Meski sering disita dan diberi sanksi, kami sering mendengar laporan siswa bahwa temannya menonton situs nggak ramah anak. Sayang, kami nggak selalu sukses menangkap basah anak tersebut. Dan, saat kami menyita gawai mereka, kami nggak menemukan bukti.

Kejadian di sekolahku ini kupikir terjadi, karena lemahnya kesadaran anak yang diakibatkan oleh kurangnya penguatan pengetahuan bermedia  sosial pada anak. Kami menyadari bahwa kasus ini adalah PR kami sebagai guru, orang tua, dan keluarga di mana anak-anak belajar dan berkembang.

  • Mengajak anak berdiskusi tentang media sosial dan kehidupan nyata

Aku pernah mengikuti seminar yang diadakan sekolah bekerja sama dengan Kepolisian terkait cyber crime dan bijak bermedia sosial. Acara ini dihadiri orang tua, guru, dan perwakilan siswa yang bertujuan untuk memberi kesedaran tentang bijak bermedia sosial.

Anak-anak diajak berdiskusi tentang media sosial dan kehidupan nyata. Aku pun menyadari bahwa media sosial dan kehidupan nyata adalah dua hal yang sangat berbeda. Kita nggak boleh larut dan tenggelam dengan pencitraan media sosial yang bisa mengganggu kehidupan kita sehari-hari.

Sederhananya sih, media sosial akan menampilkan kehidupan yang terlihat hampir perfect. Misalnya, keluarga bahagia, wajah cantik glowing, dan lain-lain. Berbeda dengan kehidupan nyata yang menyuguhkan orang, kejadian, dan sesuatu yang apa adanya.


Challenge yang Menstimulus Talent dan Pendidikan Anak

Ajang challenge yang dapat menstimulus anak dalam mengembangkan talent dan pendidikannya banyak tersebar di media sosial. Sebagai orang tua, kita bisa membantu anak dalam memilih, berlatih dan mengikuti ajang tersebut sesuai dengan anggaran waktu dan tenaga yang tersedia.

Beberapa ajang talent yang bisa diikuti anak, misalnya: Indonesia Pasti Bisa! Talent  Week 2020, Discovery Got Talent, dan lain-lain, Ajang-ajang yang diikuti anak diharapkan dapat memberikan motivasi anak dalam belajar dan meningkatkan kemampuannya. Anak-anak juga bisa makin percaya diri dan menghargai diri sendiri dan orang lain.

Pengaruh Media Sosial dalam Pendidikan Anak

Pendidikan anak merupakan hal yang krusial dalam perkembangan anak. Tanpa bimbingan dan pengawasan orang tua, pendidikan anak nggak akan mencapai hasil terbaik. Dan, penggunaan media sosial yang bijak dapat membantu orang tua dan anak dalam keberhasilan pendidikan anak. 

Putri, hanyalah satu contoh dari jutaan anak-anak yang dapat terbantu dalam mengembangkan pendidikannya dan mengembangkan bakatnya. Tentu saja peran orang tua dalam hal ini nggak boleh dihilangkan.

So, gimana dengan kamu? Apakah kamu termasuk tim orang tua pengguna media sosial atau tim orang tua yang menunda penggunaan media sosial pada anak? Apa pun itu, kita punya alasan terbaik agar anak dapat mengembangkan minat, bakat, dan potensi yang ia miliki. Harapan kita adalah agar anak menjadi pribadi utuh yang berakhlak baik. Bermanfaat bagi sesamanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa