5 Kebiasaan Menyenangkan Saat Ramadhan

5+Kebiasaan-menyenangkan-saat-ramadhan


Ramadhan adalah bulan kebahagiaan. Bulan baik bagi yang ingin mendekatkan diri pada Allah. Apalagi jika kamu menantikannya selama 11 bulan lamanya. Kita nggak akan melewatkan pertemuan ini setelah kerinduan memenuhi dadamu selama hampir setahun. Benar, kan?

Untuk itulah, kita pasti nggak ingin menyia-nyiakan waktu sebulan ini selain dengan beribadah pada Allah. Melakukan perbuatan baik dengan niat untuk meraih ridho Allah. Aku yakin nggak ada yang mau meninggalkan kesempatan untuk bercengkrama dengan Allah di bulan penuh berkah ini/

Kalau aku sih merasakan kebahagiaan ini dengan melakukan 5 kebiasaan menyenangkan saat Ramadhan dengan lebih intens. Karena aku nggak pernah tahu, apakah ini Ramadhan terakhirku.

Kamu pun pasti merasakan hal yang sama, kan? Bulan suci ini pasti menaburkan semangat membara untuk berbuat baik. Kamu pasti berlomba-lomba untuk meraih ridho Allah. Sebab di bulan ini doa-doa yang kita hadirkan, Insha Allah akan diijabah. Aamiin.

Membaca buku

Membaca buku akan membuat siapa saja merasakan pengalaman berbeda. Pengetahuan yang pasti akan membersamai kita hingga akhir hidup kita. Maka nggak heran, kebiasaan membaca dianjurkan untuk dimulai sejak dini.

5-kebiasaan-menyenangkan-saat-ramadhan


Aku pun suka membaca buku. Terutama light reading. Namun, Ramadhan ini aku ingin membaca buku yang erat kaitannya  dengan keislaman. Salah satunya buku tulisan Hamka berjudul 4 Bulan di Amerika.

Buku yang menceritakan tentang perjalanan Hamka mengenal kehidupan  beragama manusia modern,  tentang tanah air Indonesia dalam pergaulan dengan bangsa-bangsa di dunia, dan tentang hikmah diri seorang manusia.

Buku setebal 302 ini mengingatkanku dengan tausiah Oase Ramadhan tadi malam tentang Moderasi Beragama. Pengetahuan yang penting untuk disadari agar kita memiliki sikap yang di pertengahan. Tidak ekstrim. Bukankah pengetahuan menjadikan kita bertindak dengan kehati-hatian? Tidak terburu-buru menilai sesuatu sebelum kita mengetahui.

Selain buku ini, aku pun membaca buku lain yang bercerita tentang revolusi di Spanyol. Homage to Catalonia karya George Orwell. Buku yang memberi gambaran tentang perang yang kini pun masih terjadi di negara tetangga kita. Myanmar. Buku ini mengingatkanku  bahwa hampir nggak ada pihak yang diuntungkan dari peperangan selain penderitaan rakyat.

Anyway, membaca buku saat Ramadhan bagiku seperti menuangkan air dingin dan sejuk di tanah kering. Lalu, menanamnya dengan tanaman. Perbuatan yang sederhana. Namun hasilnya bisa dinikmati oleh siapa saja yang hidup dan melewati tanah itu. Insha Allah.

 

Menyiapkan Menu Berbuka

Sepanjang Ramadhan ini, hampir setiap hari ibu-ibu guru di sekolahku sibuk berdiskusi tentang menu berbuka. Kami saling bertukar resep masakan yang bisa jadi pilihan menu istimewa saat berbuka.

Aku sih belajar banyak dari teman-teman yang hobi masak. Mereka mengajarkanku cara termudah masak makanan yang istimewa dan enak, seperti: rendang, soto, pindang, dan lain-lain.

Pengalaman menyenangkan dari kebiasaan menyiapkan menu berbuka ini adalah aku jadi memiliki menu enak andalan untuk berbuka. Sayur sop. Masaknya mudah, enak, dan harga sayurnya murah. Hanya Rp2.500 per bungkus. Aku menambahnya dengan tempe seharga Rp1.000. Jadi modal masakan hanya Rp3.500. Irit, kan?

Biasanya sih, aku menyiapkan menu berbuka sederhana, seperti: teh, kurma, biscuit, nasi, sayur, dan lauk. Kalau kehabisan ide, aku masak mie instan dan telur goreng. Menu penyelamat yang praktis.

Mendengarkan Tausiah

Aku senang mendengarkan Tausiah, baik dari TV atau Youtube. Terutama yang dibawakan oleh Prof. Quraish Shihab, ayah dari Najwa Shihab yang terkenal itu. Beliau mengisi acara Tafsir Al Misbah dan Oase Ramadhan.

Kecerdasan dan ketenangan Prof. Quraish Shihab yang diakui sebagai guru Tuan Guru Bajang ini menghipnotis siapa saja.Termasuk aku. Apalagi bagi kita yang ingin mendalami ilmu tentang Al Quran.

Aku juga suka mendengarkan tausiah Asmaul Husna yang diisi oleh Ustaz Yusuf Mansyur. Tema yang membahas tentang sifat-sifat Allah yang makin menyadarkanku tentang kekuasaan Allah. Sehingga, menurutku, nggak ada ruang bagi kita untuk merasa sedih dan berkecil hati akan rahmat Allah. Karena Allah Maha Penolong bagi semua hamba-Nya.

Mengaji

Mengaji adalah ibadah yang menenangkan hati. Menurut Prof. Quraish Shhihab, ada beberapa jenis pembaca Quran. Membaca tapi tidak memahami. Paham tapi tidak diamalkan, dan paham dan berusaha mengamalkan.

Nah, aku sih masih dalam kategori yang pertama. Jadi, aku masih banyak perlu belajar mengaji dengan yang ahli.

Anyway, aku membaca fakta menarik dari buku tulisan Irfan Supandi yang berjudul Agar Bacaan Al-Quran Tak Sia-Sia tentang surat dan ayat dalam Al-Quran. Di buku ini disebutkan diskusi guru dan siswa bahwa ada 114 surat dan 6.666 ayat. Pernyataan yang dikoreksi oleh guru yang mengatakan bahwa ada 6.236 ayat.

Mereka pun menghitung ulang bersama-sama untuk memastikan kebenarannya. Akhirnya mereka pun menemukan jawabannya. Sang guru menjelaskan secara terinci tentang Surat Al-Baqarah yang 186 ayat, surat al-Kautsar dan al- Ashr yang hanya 3 ayat saja, tentang beberapa surat yang dimulai dengan hurup tahajji, tentang surat-surat yang dikelompokkan menjadi dua yaitu surat makkiyyah dan madaniyah, dan lain-lain.

“Hidup di bawah Al-Quran adalah sebuah kenikmatan-kenikmatan yang hanya diketahui oleh orang telah merasakannya.” (Sayyid Quttub)

Pastinya, dengan mengaji kita jadi bersemangat untuk terus belajar, hingga kita bisa menjawab apa itu Al-Quran. Pertanyaan yang bisa kita temukan jawabannya dengan mengaji. Bertanya pada yang ahli.

Menjalankan ibadah sunnah

Kebahagiaan terbesar kita adalah berbuat kebaikan karena Allah. Apalagi ibadah puasa Ramadhan ini diwajibkan bagi kita. Ibadah yang diikuti dengan ibadah sunah yang melengkapi keutamaan ibadah puasa kita.

Beberapa amalan sunah ysng sudah kita ketahui adalah mengakhirkan sahur, menyegerakan berbuka, berdoa ketika berbuka, memberi makan orang yang berbuka, lebih banyak bersedekah, shalat tarawih, dan masih banyak lagi.

Berbeda dengan ibadah wajib di bulan Ramadhan, yaitu puasa dan zakat yang bisa dilaksanakan di mana saja, ibadah shalat tarawih bisa dilaksanakan di masjid dan di rumah saja. Memang sih, rasa shalat tarawih di masjid dan di rumah itu berbeda.

Aku masih ingat waktu aku masih kecil dan shalat tarawih ramai-ramai bersama teman-temanku. Rasanya bahagia sekali.

Tapi, aku pun akhirnya menikmati kesyahduan ibadah shalat tarawih di rumah bersama keluarga. Kedekatan yang makin terjalin dan erat karena bersama-sama berusaha mendekatkan diri kepada Allah.

Nah, gimana denganmu? Apa kebiasaan menyenangkan yang kamu lakukan di bulan Ramadhan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa