Kegagalan Dalam Hidup: Langkah Awal Mengenal Kemampuan Diri

kegagalan-dalam-hidup-langkah-awal-mengenal-kemampuan-diri

Kegagalan adalah sebuah peristiwa yang pasti pernah kita alami. Peristiwa yang pasti menimbulkan rasa sakit hati, kecewa, marah, penyesalan, dan rendah diri. Kita juga akan merasa sebagai orang yang gagal. Nggak berguna.

Perasaan merusak yang muncul sebagai respon alami karena kita gagal meraih harapan atau mimpi. Padahal kita pikir, kita sudah melakukan yang terbaik. Mengorbankan segalanya.

Selanjutnya, dalam keterpurukan itu kita akan merasa dunia ini berhenti. Kita juga akan berpikir Tuhan itu nggak adil. Nggak sayang dengan kita. Terburuknya, akan ada rasa ingin mengakhiri hidup.

Padahal, kegagalan dalam hidup itu hal yang biasa. Bukankah kegagalan dalam hidup itu adalah langkah awal mengenal kemampuan diri? Seperti seorang anak yang mengalami kegagalan untuk belajar berjalan. Saat ia terjatuh, ia akan bangkit. Ia akan mencoba dan mencoba lagi. Nggak menyerah.


kegagalan-dalam-hidup-langkah-awal-mengenal-kemampuan-diri


Apa sih Kegagagalan itu?

Kegagalan adalah saat seseorang nggak meraih tujuan sesuai yang direncanakan sebelumnya. Biasanya, kegagalan yang terus menerus terjadi akan menjadikan seseorang minder. Nggak berharga.

Padahal, kegagalan dapat membuka peluang untuk belajar dan berkembang. Kita bisa terus memperbaiki diri dengan menganalisa penyebab kegagalan kita. Nggak membiarkan diri kita terpuruk dalam penyesalan dan mengasihani diri.

Kegagalan Dalam Hidup: Langkah Mengenal  Kemampuan Diriku

Aku sering mengalami kegagalan dalam hidup ini. Kegagalan yang menyisakan cerita pahit dan manis. Rasa yang membentuk diriku seperti hari ini.

Mungkin, orang menganggapku skeptis. Seperti Benjamin dalam Animal Farm. Namun, aku lebih suka menyebut diriku realistis. Aku selalu menganggap  kegagalan itu hal yang biasa. Tugasku hanya bangkit dan bangkit lagi. Meski pada satu titik, kita harus berhenti karena terhalang waktu.

Seperti kegagalanku dalam tes CPNS. Aku nggak menyerah dan terus berusaha. Hingga umur menghentikanku.

Aku masih mengingat dinginnya angin yang membelai pipiku malam itu. Aku dan almarhum adikku mengendarai motor menuju tempat tes CPNS di Pringsewu. Kami menginap di rumah teman dan merasakan keramahan keluarganya.

Begitu pun tes kedua dan selanjutnya. Begitu banyak cerita yang mengiringi kegagalan usahaku itu. Namun aku nggak pernah menyerah. Aku ingin jadi guru dan membahagiakan keluargaku.

Saat tes CPNS gagal, aku pun mencoba tes calon guru di LB Lia di Tanjungkarang di tahun 2008. Sayangnya, setelah proses panjang lebih dari enam bulan dari tes tertulis, interview, pelatihan tiga bulan, test mikro teaching, dan interview lagi, aku gagal lagi. Rasanya itu pahit.

Namun, aku nggak menyerah. Aku nggak pernah menyesal menjalani proses itu. Lagipula, aku pun  jadi mengenal banyak orang dan belajar untuk menjadi guru yang baik. Aku terinspirasi untuk menjadi guru yang lebih baik.


kegagalan-dalam-hidup-langkah-awal-mengenal-diri


Kenapa Orang Takut Gagal?

Nah, rasa takut gagal itu alami. Apalagi kegagalan sering dianggap sebagai sesuatu yang merendahkan diri. Seseorang menjadi nggak berdaya, rendah diri, dan gelisah. Perasaan terkucil dari orang-orang yang terlihat lebih sukses.

Seorang teman pernah bilang padaku tentang teman-temannya yang sudah memiliki anak, sudah memiliki rumah sendiri, atau bisnis yang lebih maju. Ia merasa minder dan nggak percaya diri karena ia belum punya anak, masih kontrak rumah, dan belum punya usaha sendiri. Ia merasa sebagai orang gagal.

Aku lalu bercerita tentang seseorang yang belum menikah, belum punya rumah dan nggak punya usaha sendiri. Meski ia sering gagal dalam bisnis, ia terus berjuang. Bangkit demi keluarganya karena ia adalah tulang punggung keluarga.

Kegagalan, bisa sangat menyakitkan saat kita lupa dengan tujuan kita. Seperti seorang ayah yang gagal dengan bisnisnya,  ia hanya akan sedih sesaat. Ayah akan bangkit karena ia tahu bahwa tujuannya lebih besar dari satu atau dua kegagalan.

Mungkin, sebab utama orang takut gagal adalah rasa takut harga diri akan jatuh. Takut dihina atau diremehkan karena kegagalan. Nggak diterima di keluarga atau masyarakat karena sukses adalah syarat mutlak penerimaan diri atas nama gengsi.

Caraku Mengatasi Rasa Minder Akibat Kegagalan

Aku hidup dalam keluarga yang cukup toleran dengan kegagalan. Apalagi sejak adikku terkena Schizo. Kami lebih menghargai hidup sebagai anugrah yang Allah berikan pada kami.

Namun, yang berat adalah lingkungan di luar keluargaku. Lingkungan sekitar dan keluarga besar memiliki pandangan umum kegagalan sebagai hal yang hina. Kesuksesan adalah segalanya.

Nah, aku punya cara sederhana untuk mengatasi rasa minderku akibat kegagalan. Pertama adalah cari kesibukan lain/ tujuan lain. Kedua adalah terima kegagalan dan memaafkan diri. Ketiga adalah banyak bersyukur.

Mencari Kesibukan Lain untuk mengatasi atau melupakan rasa minder akibat kegagalan

Aku sih mengatasi rasa negatif dalam diri dengan menyibukkan diri. Aku terbiasa mengajar mulai jam 7 pagi sampai jam 9 malam. Senin sampai Minggu.

Dengan kata lain, aku nggak ada waktu untuk mendengar atau bertemu dengan orang-orang yang memberi energy negative padaku karena aku melakukan apa yang aku sukai. Mengajar anak-anak.

Menerima Kegagalan dan Memaafkan Diri

Kesadaran bahwa kegagalan adalah bagian dalam hidup selalu ditanamkan ibuku. Ia nggak pernah menuntut anak-anaknya dalam hal apa pun. Ibu hanya bilang pada kami untuk melakukan apa yang membahagiakan kami.

Mungkin, kasih sayang ibu ini yang membuatku dapat memaafkan diriku atas kegagalan yang kualami. “Kamu nggak boleh patah semangat. Harus terus berusaha. Doa ibu dan bapak selalu menyertai kalian,” kata ibu selalu. Ah, rasanya aku nggak punya hak untuk menyerah. Apa pun alasannya.

Banyak Bersyukur atas Nikmat yang Masih Banyak

Kita selalu mengira bahwa rumput tetangga lebih hijau dan sehat. Kita nggak tahu, rumput yang kita makan tiap hari mungkin jauh lebih baik karena milik kita sendiri. Kita bisa nikmati dan rasakan sepuas hati kita.

Maksudku, setiap orang mempunyai kisah sendiri. Kebahagiaan yang hadir di wajah bisa jadi akibat kesadaran akan berartinya tiap detik napas yang kita masih bisa hirup. Kesadaran bahwa dunia ini masih terlihat indah di mata kita.

Keindahan yang lahir dari rasa syukur atas nikmat yang Tuhan berikan. Penghargan pada yang masih bisa kita nikmati. Hingga satu kegagalan seharusnya nggak menghilangkan rasa bahagia sederhana ini.

Bayangkan saja jika kita menutup rasa senang menikmati enaknya es krim karena gagal mendapat nilai 100 dalam ujian kita. Rasa syukur akan hilang. Padahal kita masih pantas bahagia meski kita gagal.

Bukankah kita sudah berusaha? Bukankah urusan akhir itu nggak selalu sepenting prosesnya? Bukankah kita semua boleh bersyukur dan bahagia apa pun yang terjadi pada kita? Meskipun kita gagal, kita masih berhak bersyukur.

Diskusi

Kegagalan, menurut psikologi, erat kaitannya dengan sudut pandang. Hal yang bisa mendorong seseorang untuk meraih kesuksesan dengan melakukan beberapa langkah berikut, seperti: persistence, self determination, motivation, visualization, and open minded.

Langkah-langkah tersebut, Insya Allah dapat mendekatkan kita dengan kesuksesan. Yakinlah pada diri sendiri dan teruslah maju.

Ini hanya kegagalan dalam hidup, bukan hidup yang gagal.

Komentar

  1. Easier to be said than to be done.

    Betul mbak, saya setuju kalau kegagalan itu nggak selalu berarti end of the world. Namun, it takes time bagi sebagian orang untuk menyikapi kegagalan sebagai batu loncatan untuk sesuatu yang lebih baik.

    Tentu saja kita tidak boleh mudah menyerah sebagaimana yang mbak lakukan saat berjuang mewujudkan impian menjadi guru.

    Semoga kita selalu diberi cukup kewarasan untuk bijak menyikapi kegagalan demi kegagalan yang Allah ujikan pada kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.. moga kita semua bisa saling menguatkan ya, Kak..

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa