Syair Rindu buat Pujangga Kopi

Tersebutlah kisah pada zaman keemasan kopi Lampung, hingga tak ada sebuah rumah pun yang tak beraroma kopi. Kuat. Pekat. Hitam. Lembut. Bercampur cita rasa karamel, coklat, rempah – rempah dan kacang. Menggugah selera.

Saat itu, seorang saudagar kopi yang juga begitu cinta pada puisi dan syair menyanyikan lagu tentang cintanya pada tanah kelahirannya, Lampung.

Lampung sai kaya raya
sangon jak jaman timbai
alami khik budaya
unyin hulun kak pandai
Artinya:
Lampung itu kaya raya
sejak jaman dahulu
alam dan budayanya

Saudagar itu tak tahu, seorang gadis kecil memperhatikannya sejak tadi. Lirih, ia mengikuti syair lagu yang dinyanyikan oleh sang saudagar.

Setiap pagi sebelum sekolah gadis kecil itu selalu bersembunyi di balik pohon kopi di halaman rumah sang Saudagar. Mendengar sang Saudagar bernyanyi dan bersyair di teras rumahnya sambil menikmati secangkir kopi hitam yang baunya sangat harum. 

Gadis kecil itu begitu suka dengan bau kopi sang Saudagar. Rasa harumnya seakan menempel di lubang hidungnya. Membuat ia tersenyum sepanjang hari.

Hingga suatu pagi gadis kecil itu tak melihat dan mendengar suara dan syair sang Saudagar. Gadis kecil itu menunggu dan menunggu. 

Menunggu di bawah pohon kopi yang berbunga. Menunggu di bawah pohon kopi yang mulai berbuah. Menunggu sambil membantu petani panen buah kopi yang telah memerah. Menunggu sambil menjemur kopi hingga mengering. 

Tetapi, sang Saudagar tak muncul juga. Tak ada yang tahu kenapa. Gadis kecil itu tetap menunggu di bawah pohon kopi. Sampai hari ini.

Bandarlampung, 6 Oktober 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa