Rianto Pamungkas, Lulusan SMK asal Pringsewu yang Menginspirasi

Lihatlah sekitarmu, dengarkan dan ambilah hikmah. Maka hidupmu akan berkah.
Motoku hari ini, 19 September 2019

Mencari ilmu dapat dilakukan di mana saja. Tak perlu pergi jauh atau melangkahkan kaki melebihi dari kesanggupanmu, jika itu memberatkanmu. Itulah yang kupikir saat aku memiliki kesempatan untuk belajar dari kearifan lokal yang tersebar di daerahku sendiri. Lampung. Tanah kaya yang terkenal dengan penghasil berbagai komoditi perkebunan termasuk kopi. Kopi Robusta Lampung memiliki kwalitas yang diakui para pecinta kopi, termasuk emak dan bapakku. Kopi jenis ini juga yang memberikan kontribusi sekitar 70% dari nilai ekspor komoditi kopi Indonesia. Kopi yang juga punya nilai jual tinggi karena cita rasanya yang khas.

Bicara tentang kopi, pasti tak terlepas dengan pengusaha kopi yang mendapatkan pundi - pundi Rupiahnya dari komoditi yqng dapat menambah stamina ini. Pengusaha kopi Lampung yang juga mengenalkan dan membudayakan kopi sebagai komoditi komersil yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Lampung seperti pak Rianto Pamungkas. Bapak dari enam orang anak yang memulai bisnis kopi asli Tanggamus ini dari menjual cincin 4 gram. Sekarang, ia dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 500 orang dengan omset 1 milyar per bulan. Pencapaian yang ia peroleh dari kerja keras selama 18 tahun berbisnis kopi Lampung.
Pak Rianto sedang memaparkan perjalanan bisnis kopinya 
dalam acara Workshop Seni Menyatukan Keberagaman' di SMKN 1 Bandar Lampung, 18 September 2019

Dalam penuturannya, pak Anto yang lulusan SMK ini menyampaikan bahwa usahanya ini bukannya tak mengalami hambatan. Tapi, ia selalu menganggap hambatan tersebut sebagai tantangan. Ia selalu berusaha mengkomunikasikan sebuah masalah dan menyelesaikannya. Ia membuktikannya dengan memproduksi kopi dengan merk 'Klangenan' yang artinya ketagihan.


Klangenan, merk kopi buatannya ini dihasilkan dari mesin - mesin pembuat kopi hasil rakitannya sendiri. Pak Anto yang lulusan SMK jurusan elektro  ini mengaku 70% mesin kopi adalah hasil rakitannya setelah sembilan kali mengalami kegagalan.

Ia juga memahami bahwa tidak semua orang mau membeli produk yang berkualitas. Ia menyadari konsumen lebih memiliki kecenderungan membeli produk yang murah dan terjangkau dibanding dengan kualitasnya. Karena itulah ia memproduksi kopi Klangenan dengan target pasar menengah ke bawah dengan rentang harga Rp. 1.000 sampai dengan Rp. 7.000.

Ia juga berusaha menyiasati kompetitif harga dengan hanya menaikkan harga dua kali sejak usahanya dirintis 18 tahun lalu.

Saat ditanya tentang tips nya meraih kesuksesan dan bertahan sampai hari ini, ia berpesan pada siswa - siswi SMK agar tetap konsisten dan tidak malu untuk memulai usaha. Banyak peluang bisnis yang bisa dikembangkan di Lampung. Yang terpenting adalah jangan takut gagal, teruslah bangkit dan berusaha.

#KomunitasOdop
#ODOP
#OdopBatch7

Bandar Lampung, 19 September 2019
sumber data dari "Workshop Seni Menyatukan Keberagaman' di SMKN 1 Bandar Lampung, 18 September 2019
jejamo.com






Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa