Alasan Memilih Nama Blog yang Sekarang Digunakan


Aku memilih tema hidup untuk blogku karena bagiku hidup itu penuh warna – warni, seperti harapanku akan hidupku yang sekarang belum begitu berwarna. Masih hitam putih.

Blog ini membantuku menyadari bahwa hidup itu memiliki banyak tema yang luas. Makna yang bebas tentang diriku. Di mana aku bisa menuliskan apapun yang ada di benakku tanpa batas. Membebaskan.

Blog ini juga membuatku merasa tenang, karena aku dapat menuangkan keluh kesah dan kesedihanku tanpa takut menyinggung orang lain. Meski tulisan.

Aku lebih banyak yang masih berupa draft ide kasar, aku senang dapat menuangkan ide di dalamnya.
Aku masih ingat, pada suatu waktu saat aku merasa jatuh dan tak ada tempat bercerita, aku menuangkannya dalam tulisan. Mencurahkan semua isi hatiku, menguras air mataku dan keringatku dalam kata – kata.

Aku mengerti bahwa tak semua orang dapat memahami apa yang kutulis, seperti aku juga yang masih belajar mengenal diriku. Sampai saat ini.

Seperti orang lain, akupun mempunyai cara berbeda mengobati diriku agar aku dapat mengenal diriku lebih jauh. Mengobati luka yang dokter tidak bisa sembuhkan.

Blog menulis ini bagiku lebih merupakan terapiku untuk mengobati diriku. Membuatku lebih menerima keadaan diriku dan lebih bersyukur.

Blog ini juga menggambarkan perjalanan menulisku yang lebih banyak mati suri, karena mood menulisku yang naik turun. Sayangnya sih, lebih banyak turunnya.

Saat ini, akupun masih lebih banyak termangu di depan layar computer sambil berpikir apa yang harus kutulis karena kata – kata di kepalaku kadang – kadang berkhianat dengan artinya. Maksudku, aku lebih senang berbicara di kepalaku dan sulit untuk menuangkannya dalam kata – kata yang dapat dibaca orang lain.

Untungnya, saat ini aku telah sampai pada satu titik kesadaran bahwa aku harus belajar memahami kata – kataku sendiri. Mengalirkannya hingga aku dapat belajar untuk memahami diriku agar jadi orang lain.

Kesadaran ini juga yang membawaku dalam usaha untuk terus mengetik kata – kata ini, hingga suatu saat aku bisa membacanya lagi sebagai titik balik. Meski itu dalam hitungan detik atau menit. Bukankah usaha kita untuk terus berubah dan keluar dari telur nyaman kita adalah esensi dari belajar? Seperti aku yang terus belajar dengan keyakinan bahwa aku bisa melakukannya. Meski caraku berbeda dari orang lain. Seperti hidup yang berbeda dalam perspektif berbeda.

Bandar Lampung, 22 November 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa