Postingan

Mengenali Kembali Bakat Diri Sendiri Setelah Lama Terpendam

Gambar
Karena pembelajaran daring selama dua tahun, kami pun harus melepaskan lulusan tahun 2020/2021 dengan proses Ujian Kompetensi (UKOM) yang terbatas. Selain tidak menjalani Ujian Nasional, lulusan tahun ini pun nggak mengikuti test Ujian Praktik Mapel Normatif Adaptif, seperti praktik shalat, yang biasa dilakukan. Sehingga, mereka bilang hampir nggak merasakan perjuangan apa pun. Bahkan beberapa anak curhat padaku bahwa mereka merasa belum memiliki keahlian apa pun. Belum siap untuk lulus. Rasanya aku jadi ikut merasa berdosa, karena belum bisa membantu anak-anak dalam belajar. Sehingga aku berpikir untuk belajar mengenali kembali bakat diri sendiri setelah lama terpendam. Baca juga: MPLS SMK Bina Latih Karya Bandar Lampung 2021 Meski aku menyadari, penyebab anak-anak merasa belum memiliki skill yang cukup adalah skills sebagian guru yang belum dapat menjawab tuntutan zaman. Tuntutan era digital yang nggak hanya menitikberatkan pada hard skills, tapi juga soft skills. Skills yang wajib

Ekspresi Tawa Dulu dan Sekarang

Gambar
  Melihat album lama yang berisi foto-foto zaman dulu membuatku senyum-senyum sendiri. Apalagi melihat ekspresi wajahku yang begitu sedih. Rasanya ingin tertawa. Aku pun membandingkan ekspresi tawa dulu dan sekarang. Aku ingin tahu seperti apa perubahan ekspresi tawaku. Ternyata, foto memang bisa bercerita banyak. Karena memperhatikan foto-foto lama ini, aku bisa mengingat beberapa peristiwa yang terbenam lama dalam kenangan. Lucu, gembira, sedih, senyum, tawa, dan tangis tersimpan rapi dibalik sebuah foto. Sungguh ajaib ya? Bahkan aku menemukan foto kecilku pada saat pernikahan salah satu om, adik ibuku di Pringsewu yang terpotong. Bukannya foto pengantin yang terlihat, justru foto aku dan saudaraku yang masuk frame. Jadilah, kami yang dapat foto itu saat sudah dicuci. Aku ingat sekali saat itu kan gawai belum sepopuler sekarang. Aku pun nggak terbiasa difoto karena ada ungkapan dulu kalau difoto itu bisa mengurangi umur kita. Meskipun aku seperti anak-anak lain, percaya dan nggak

MPLS SMK Bina Latih Karya Bandar Lampung 2021

Gambar
Pembicara MPLS 2021, Pak Fery Poernomo, Pak Riyanto, dan Pak Tatang Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) merupakan program tahunan SMK BLK Bandar Lampung yang harus diikuti oleh peserta didik baru. Program ini bertujuan untuk memperkenalkan profil sekolah, jurusan, tata tertib, hak dan kewajiban sekolah,  eskul, LSP,  dan BKK SMK BLK Bandar Lampung.   MPLS SMK BLK Bandar Lampung Tahun Ajaran 2021/2022 dilaksanakan pada tanggal 21-21 Juli 2021 via daring.  Youtube dan Facebook. Pembukaan Acara MPLS SMK BLK Bandar Lampung Acara MPLS SMK BLK Bandar Lampung 2021 dibuka oleh  Sekretaris Yayasan SMK BLK Bandar Lampung, Bapak Fery Poernomo, S.H, S.T.  Pak Fery yang juga merupakan pengusaha muda Lampung ini mengucapkan selamat datang pada peserta didik baru SMK BLK Bandar Lampung tahun ajaran 2021/2022.  Harapannya, peserta didik baru dapat menjadi lulusan unggul, sesuai dengan tema MPLS tahun ini Menciptakan Generasi Unggul di Masa Pandemi. Selanjutnya, pemaparan materi Pengenalan Sekola

Pentingnya Menghargai Diri Sendiri Secara Obyektif dan Realistis

Gambar
Pernah mendengar ucapan, "Kalau bukan kita yang menghargai diri sendiri, siapa lagi?" Layaknya tubuh, rasa itu pun menyatu dan nggak lengkap tanpa saling menghargai masing-masing fungsinya. Kita nggak bisa membayangkan bagian kaki pada tubuh yang nggak dihargai, lalu ia ngambek. Nggak mau berjalan lagi. Diam.  Lalu, apakah tubuh lain yang menghina bisa menggantikan fungsi kaki? Misalnya, si penghina adalah lidah, apakah lidah bisa beralih jadi kaki? Pasti, nggak bisa ya? Karena itu, aku berpikir bahwa nggak ada satu pun bagian tubuh yang tidak penting. Semua punya arti. Seperti diri kita. Sehingga, kita harus menyadari pentingnya menghargai diri sendiri. Sebuah tangga, sebagai proses tiap diri Secara alami, kita akan merasa hebat dan penting saat ada di puncak tangga. Dapat melihat di ketinggian dan merasa bahwa yang di tangga terbawah lebih kecil, hingga kita terkesan meremehkan. Menganggap nggak penting. Kita lupa, berkat tangga terbawah itulah kita bisa naik ke atas. Menuj

Melawan Malas di Masa Pandemi

Gambar
Hari ini sudah memasuki hari kelima Tahun Ajaran Baru 2021/2022. Tapi, seorang temanku yang juga guru masih belum membuat kelas di Google Classroom. Alasannya adalah anak-anak malas belajar. Ia merasa percuma membuka kelas, karena nggak ada siswa yang masuk dan belajar. Mendengar jawaban temanku itu, aku merasa kecewa. Bukankah guru itu model bagi siswanya? Kalau guru malas, bagaimana dengan siswa-siswinya? Aku sih berpikir, apa pun alasannya, guru harus berusaha melaksanakan pekerjaan dengan hati. Terus semangat untuk mengajar, meskipun kelas kosong. Memang, rasa bosan dan malas pasti muncul. Sebagai guru dan orang tua, aku menyadari sulitnya melawan rasa malas selama pandemi. Aku harus membangun kesadaran bahwa guru harus memiliki kompetensi dalam membantu peserta didiknya dengan mengembangkan asas merdeka belajar. Metode yang menitikberatkan pada pembelajaran yang terpusat pada siswa. Mengutamakan capaian belajar dengan menggunakan profil pelajar Pancasila dengan metode assess

Yuk Bersosialisasi Asyik Lewat Media Sosial

Gambar
Dulu, aku sangat enggan bermain gawai. Apalagi media sosial yang menurutku membuang waktu. Namun, zaman telah berubah. Sekarang, aku nggak bisa lepas dari gawai dan media sosial. Kisah yang  mungkin kamu alami juga. Kemana pun aku melangkah, aku akan melihat orang-orang yang sibuk dengan gawainya. Belajar, bekerja, dan berekreasi lewat media sosial yang makin beragam. Media yang bisa mempermudah hidup. Menghubungkan kita dengan orang-orang di seluruh dunia. Sehingga ucapan Yuk, bersosialisasi asyik lewat media sosial adalah hal yang alami. Media sosial kini dianggap sebagai jantung perubahan gaya hidup kita. Dulu, kita butuh uang banyak hanya untuk menelpon keluarga di luar pulau. Sekarang, kita bisa menghubungi siapa pun gratis! Syaratnya hanya jaringan internet saja. Keren ya! Kemudahan hidup ini bikin media  sosial makin digandrungi terutama oleh generasi Z.  Walaupun kita nggak bisa pungkiri bahwa generasi Y pun merasa terpesona dengan kehebatan media sosial sebagai wadah ber

Menjadi Guru Bahagia di Masa Pandemi

Gambar
  Menjadi guru adalah cita-citaku sejak kecil. Namun, aku nggak pernah menyangka bahwa pandemi akan mempersempit ruang gerak semua orang. Termasuk guru. Hingga, aku harus mengajar peserta didikku di rumah saja. Banyak sekolah yang akhirnya kehilangan murid, karena wali murid memutuskan untuk menyekolahkan anak mereka di rumah saja. Aku termasuk guru yang beruntung, karena sekolahku mampu mempertahankan jumlah siswa. Sistem pembelajaran hybrid yang dilakukan membantu anak-anak untuk terus bertahan di sekolah. Kami pun bisa terus berusaha berkomunikasi lewat medsos   dengan wali murid dan siswa agar tetap bersemangat dalam belajar. Aktivitas yang nggak mudah. Hingga   menjadi guru bahagia di masa pandemi pun nggak mudah. Apalagi keterbatasan wali murid dalam pengadaan fasilitas gawai dan internet. Kami pun sering mengadakan home visit. Kunjungan ke rumah-rumah wali murid yang kami jadwal. Menemui wali murid yang memiliki beragam masalah. Meski aku merasa optimis bahwa pandemi ini m