Postingan

Tantangan Pekan 8 : Biografi Nio Zaharani

Gambar
mbak Nio dan ibu tercintanya (dok, mbak Nio) Assalamualaikum my dearest reader, Tabik pun, Hari ini saya akan menuliskan biografi seorang teman dari grup komunitas ODOP Batch 7, Grup Tokyo yang bernama Nio Zaharani. Sebuah nama yang saya pikir unik, hingga saya tertarik untuk membaca tulisannya.  Selanjutnya, saya pun mengetahui bahwa mbak Nio, lahir di Mojokerto. Kota yang sekarang hits dengan Maha Vihara Mojopahit sebagai destinasi wisatanya. Nio Zaharani merupakan lulusan S1 dan pernah mengabdi di MI sebagai TU, guru, dan seksi sibuk sekitar 7 tahun. Ia juga pernah kursus bahasa Inggris di Pare.  Sekarang, ia menetap bersama suami tercinta di Loceret, Nganjuk. Nio Zaharani yang akrab dipanggil mbak Nio suka membaca, menggambar, dan menulis. Rasa suka yang membawanya bergabung dengan komunitas ODOP, menumpahkan ide - ide kreatifnya dalam tulisan.  Hobi menulis yang ia mulai sejak SMP dengan menulis buku diary dalam tugas Bahasa Indonesia. Ia juga pernah memenangka

Bunga di Musim Kemarau Part 4

Gambar
Dinginnya penyesalan meninggalkan  penderitaan yang menusuk saat malam gelap menyelimuti hati sumber gambar (fixabay,com) Amy mendapati dirinya terbangun di ruang bangsal rumah sakit. Ana yang duduk menemaninya tak berhenti menangis saat ia terbangun lima menit lalu. Sekarang pun Ana masih menangis sambil memeluknya. Sedang Amy merasa hatinya hampa. Kosong. Lidahnya kering. Tubuhnya terasa ringan. "Hara masih di ruang operasi," kata kak Pirman yang berdiri di dekat tempat tidur. "Jangan khawatir, Hara itu sehat dan kuat. Ia pasti bisa bertahan." Pirman berkata lirih. Meyakinkan dirinya. Amy melihat wajah letih kak Pirman. Baju yang ia kenakan masih baju tadi malam. Ada noda darah di bajunya. Amy merasa perutnya mual. Kak Pirman mengikuti arah pandang Amy, melihat ekspresi wajah Amy yang berubah. "Maaf, kakak belum sempat ganti baju." Kak Pirman menunduk. "Nggak apa, Kak." Amy menggeleng. "Amy nggak pa-pa." Tanga

OF MICE AND MEN Review

Review for page 1-12 Mice and Men adalah karya John Steinbeck yang menceritakan tentang kehidupan pekerja kasar, George and Lennie. Menggambarkan dengan illustrasi unik cara pandang John Steinbeck melihat kehidupan pekerja kelas bawah di zamannya. Kritik sosial yang membuat kita mengerti sudut Amerika saat Great Depression sekitar tahun 1930an. Cerita diawali dengan penggambaran detil mengenai setting tempat dan pengenalan tokoh-tokoh yang berperan dalam novel ini. Penggambaran setting tempat yang khas ala John Steinbeck yang bikin kita hanyut dalam cerita. Few miles south of Soledad, the Salinas River drops in close to hillside bank... Sinopsis Mice and Man karya John Steinbeick Tokoh sentral dari Mice and Men, George dan Lennie digambarkan memiliki sifat dan perawakan fisik yang berbeda. George yang bertubuh kecil, dan kurus. Ia cepat, cerdas dan pandai bicara. Sedangkan, Lennie bertubuh besar dan terkesan lamban. Sifat Lennie yang naif dan impulsif sering mendata

Bunga di Musim Kemarau Part 3

Malam menenggelamkan kehangatan dalam selimut tebal rumah-rumah bertembok tinggi Tangisan dan rintihan yang lapar pun hanya menyentuh dinding-dinding dingin hati yang telah terpenjara benci dan tak peduli. "Yuk, pulang.." Hara berkata lirih. Setelah lebih dari dua jam ia menunggu Amy dan Ana terduduk di depan pusara Yada. "Malam sudah larut. Udara juga sangat dingin. Sepertinya akan turun hujan." Amy mangangguk. Ia berdiri perlahan, dan memegang bahu adiknya. Membantunya berdiri. Tubuh Ana sangat dingin. "Ana, kamu nggak pa-pa, kan?" Ana tersenyum lemah. Belum sempat Ana menjawab pertanyaan Amy, tubuh Ana lunglai. Pingsan. Untunglah, Hara yang berdiri di dekatnya dengan sigap menahan tubuh Ana yang hampir jatuh ke tanah kuburan.  Hara dengan hati-hati mengangkat tubuh Ana. Membawanya ke dalam mushola. Umi Naqi dan umi Heni yang melihat mereka segera mengambil selimut dan memberikan minyak angin pada Amy. "Sepertinya adikmu belum makan

Bunga di Musim Kemarau part 2

Gambar
Cinta yang mati itu pun menggelepar Menyisakan mimpi yang bagai buih di bentangan samudra sumber gambar (fixabay.com) Amy meletakkan tangannya di kulit dingin Yada, kakaknya. Mata Amy nanar menatap ruang mayat yang dingin. Tak ada siapa pun kecuali mayat-mayat yang tergeletak di atas kasur tipis itu. Hara yang berdiri di sampingnya mengangguk. Perlahan ia mengangkat mayat Yada dan meletakkannya di brankar dorong yang telah mereka siapkan. "Dokumen rumah sakit sudah beres, Kak?" Amy memandang Hara yang sibuk merapikan selimut Yada. Hara  mengangguk. Menepuk saku bajunya. Malam ini Hara membantu sahabatnya bertugas di kamar mayat. Jadi ia bisa bantu Amy mengurus mayat Yada. Meski tak begitu mengenal Yada, ia kasihan melihat mayatnya yang belum juga dikuburkan. Ia juga kasihan melihat Amy dan Ana. "Kak, gimana?" "Jangan khawatir, kak Pirman sudah mengijinkan kak Yada dikuburkan di kampung tetangga malam ini. Kuburan sudah siap. Tukang gali dan

Mati di Musim ini

Gambar
sumber gambar (fixabay.com) Katakan pada cinta yang datangnya bersama badai kebencian Katakan pada yang memiliki hati pada siapa akan berpaling Mengadukan rasa yang melambung bak balon Terbang tinggi menembus awan. Lalu, pecah terpanggang matahari Menyisakan pecahan plastik yang terberai angin Terbang dan jatuh dimakan ikan Mematikan daur hidup Menenggelamkan cerita Aku pun takut nanti, ada anak yang belajar tentang ikan di musium Mengetahui tentang keindahan alam hanya lewat e-book dan game Sedang aku dan kamu, duduk bersama mengenang Pernah bermain bersama di laut Kamu dan aku hanya bisa tersenyum Memandang masa lalu yang terhempas keinginan serakah Mau yang tak pernah berhenti Menjulang tinggi menyisakan puing-puing ketiadaan Bandarlampung, 30 Oktober 2019

Bunga di Musim Kemarau Part 1

Langit terang. Daun-daun pun terlihat beterbangan. Tertiup angin. Kering. Menyisakan pohon-pohon yang meranggas di bulan Oktober. Meninggalkan harapan yang kian menipis dimakan waktu. Amy menghembuskan nafasnya, memandang wajah adiknya, Ana, yang menekur di lantai.  "Kamu tak berpikir bahwa yang kita lakukan ini menyalahi hukum, Kak?" "Kita tak bisa membiarkan mereka tidak menguburkan kak Yada di kuburan yang layak, karena ia  bekas seorang penjahat." Ana mendongakkan wajahnya. Memandang wajah kakaknya. Wajah Ana bersimbah air mata. Basah. "Seandainya kita punya pilihan lain, Kak." Ana menjawab lirih. Tangannya menyapu air mata yang terus menetes di wajahnya.  Amy mengepalkan tangannya. "Kalau saja aku laki-laki. Aku akan melawan mereka." Ana tercekat mendengar ucapan kakaknya.  Ia menutup wajahnya. Air matanya kian deras mengalir di wajahnya. Amy mendekati adiknya dan memeluknya dengan sayang. "Jangan khawatir, Kakak n