Puisi Buat Asap Rumahku
Pagi itu kau bilang padaku tentang sebuah cerita yang hilang. Cerita tentang halaman rumahmu yang terbakar berikut rumahmu. Terbakar bersama buku – buku dan tas belajarmu yang akan kau bawa esok hari. Lalu, kau katakan pada gurumu. “Pak, Bu, maafkan saya. Buku dan tasku terbakar. Bahkan baju dan rok pemberian sekolahku pun ikut terbakar.” Bapak dan ibu guru menepuk bahumu, dan berkata, “Nak, bagaimana dengan rumahmu? Sekarang kamu tinggal di mana?” “Aku tinggal bersama tetanggaku, Pak. Tetanggaku juga memberiku buku dan pena untuk kubawa sekolah hari ini. Emak bilang, buku dan pena itu lebih penting dibanding yang lain.” Kamu tersenyum dan mengangguk. ”Tapi tetanggaku juga memberiku dan emakku makan.” Kamu menepuk perutmu. Aku lihat tanganmu yang sedikit melepuh. Aku ingin menyentuhmu. Menghiburmu. Tapi, aku ingin melakukan lebih dari itu. Aku juga ingin menangis untukmu. Sepanjang pelajaran berlangsung, aku hanya memperhatikanmu. Melihatmu yang terkadang terbatuk – batu