Akhirnya Nekat Mengendarai Motor Sendiri

pengalaman-pertama-nekat-mengendarai-motor-sendiri

"Alhamdulillah, mbak," kata adikku melihatku akhirnya nekat mengendarai motor sendiri. "Kupikir, nggak akan pernah bisa." 

Aku hanya tersenyum sambil menarik napas. Dadaku masih berdebar kencang, karena mengendarai motor sendiri. Keringat dingin juga mengalir deras di seluruh tubuhku. 

Tapi, aku nggak cerita pada siapa pun wkwk. Malu kan naik motor doang kok nervous gitu hehe.

Baca juga: Review Buku My Uncle Oswald 

Kamu pasti bertanya-tanya kenapa aku mengalami hal tersebut ya? 

Yups, aku mengalami trauma akibat pernah kecelakaan tunggal atau jatuh sendiri. Sayangnya, karena peristiwa naas itu, wajah dan lenganku lecet-lecet sedikit. Untunglah, luka di wajahku sudah sembuh. Tapi, rasa takut akibat kecelakaan itu membekas bertahun-tahun lamanya.

Aku ingat, saat luka di wajahku baru mulai mengering, orang-orang sering nanya. "Kenapa mukanya, mbak?" Dan, aku hanya diam saja. Hingga, temanku yang selalu menjawab untukku.

Yups, terkadang kita sulit untuk mengulang cerita yang sama. Apalagi kalau cerita itu meninggalkan bekas luka di tubuh kita. Rasanya jadi melankolis terus-menerus. Belum lagi kalau kita merasakan tatapan kasihan orang-orang saat melihat kita.

Trauma 

Seperti yang kualami, trauma bisa terjadi pada siapa pun. Biasanya hal ini merupakan respon tubuh yang tak dapat kita kendalikan. 

Baca juga: Yuk Praktik Baik Mengantar OYPMK dan Disabilitas Meraih Mimpi 

Bagiku, rasa takut mengendarai motor itu pun seperti penyakit. Sampai hari ini pun, aku masih mengendarai motor pelan-pelan saking takut jatuh. Beberapa teman bilang, aku bawa motor jalannya kayak siput hehe.

Ah, nggak apa ya? Aku happy aja nggak merepotkan bapak atau adikku untuk mengantarku ke mana-mana.

Sekarang ini terasa lebih mobile dan mandiri hehe. Dan, aku beruntung bisa mangatasi rasa takutku sedikit demi sedikit.

Menurut data yang aku googling, beberapa jenis trauma dapat mudah disembuhkan. Sementara sisanya, perlu terapi atau penanganan khusus yang memakan waktu dan kesabaran untuk proses pemulihannya.

Trauma adalah respon tubuh terhadap peristiwa mengerikan atau menakutkan setelah kejadian itu terjadi. Trauma bisa berlangsung sesaat atau bertahun-tahun. 

Mungkin sama sepertiku ya, aku butuh lebih dari sepuluh tahun untuk melawan rasa takutku hehe. 

Pengalaman pertama mengendarai motor

Aku ingat banget, saat itu pagi cerah di bulan Desember 2017. Aku lupa tanggalnya, karena terlalu excited hehe. Langit yang masih gelap dengan semburat mentari yang baru muncul yang tertanam di memoriku.

Bapak mengajakku latihan bawa motor mengelilingi kampungku.  Dan, keesokan harinya, aku pun membawa motor sendiri. Sementara bapak, mengiringi aku di belakang dengan mengendarai motor lain. 

Saat itu pun masih pagi sekali. Aku berangkat dari rumah pukul enam lewat lima belas menit. Jalanan masih sepi. 

Namun, layaknya orang yang masih belajar, aku mengendarai motor super pelan di sebelah kiri. Anehnya, meskipun sudah di pinggir, pengendara lain masih sibuk mengklakson. Mungkin aku terlalu lambat ya haha. Pasti, orang-orang itu geregetan wkwk.

Bahkan pernah ada seorang pengendara memakiku dengan ucapan kasar. Bikin aku tambah grogi. Untungnya, pengendara lain membelaku. "Sabar, Pak. Kalau mau buru-buru bikin jalan sendiri aja. Lha, ibu ini udah di pinggir kok." 

Ah, kita memang  harus sabar ya kalau sedang di jalan. Jujur, aku nggak mau memikirkan perkataan buruk orang tersebut. Toh, nggak ada yang salah. Mungkin, ia hanya sedang buru-buru aja.

Pengalaman jatuh dari motor di perempatan jalan

Oya, aku pun pernah jatuh dari motor lho. Untuk yang kedua kali. Untungnya (lagi) aku nggak kapok wkwk.

Kejadiannya sih aku masih ingat. Saat itu pagi hari. Aku mau pergi ke sekolah dan melewati jalan Teuku Umar Bandar Lampung yang ramai.

"Mbak, nggak pa pa kan?" Seorang bapak membantu mengangkat motorku yang jatuh. Ia pun menuntun motorku hingga ke pinggir jalan. Aku hanya menggeleng sambil mengucapkan terima kasih pada bapak penolongku itu.

Ya, aku jatuh dari motor, karena menghindari pengendara lain yang nyalip dari kiri. Duh, aku deg degan. Jantungku rasanya mau copot.

Lalu, aku mengecek botol minumku yang tumpah. Wadah makanku pun basah. Ya Allah, untunglah aku nggak apa-apa. Hanya kaget sekali. Perlahan aku pun menghidupkan motor dan mengendarainya pelan-pelan.

Sementara itu dadaku masih berdebar kencang.

Kata orang, perempatan jalan itu emang rawan kecelakaan. Aku harus lebih hati-hati kalau lewat jalan itu.

Asyiknya dapat mengendarai motor sendiri

Terlepas dari pengalaman nggak menyenangkan saat jatuh dari motor, aku pun merasakan asyiknya bisa bawa motor sendiri.

"Yuk, makan di MBK," ajak temanku. "Kami tunggu ya." Begitulah, kadang ajakan seperti itu datang tiba-tiba. Kamu bisa bayangkan kalau aku nggak bisa bawa kendaraan sendiri? Pastinya bikin repot bapakku hehe. Beliau harus menunda atau membatalkan janjinya demi aku. 

Kadang merasa nggak enak sih. Tapi, ya namanya anak, bapakku pasti nganter aku. Namanya juga anak kesayangan hehe.

Sayangnya, kalau pas bapak kerja di luar kota, aku pasti bingung. Kadang, aku minta tolong antar adikku atau naik angkot. Duh, rasanya ribet banget.

Anyway, aku bisa sedikit gambarkan serunya bisa bawa kendaraan sendiri.

1. Dapat pergi ke mana pun tanpa menunggu orang lain

2. Nggak perlu sibuk untuk buru-buru makan atau belanja karena orang yang mengantar punya keperluan lain

3. Dapat pergi kapan aja tanpa sibuk nunggu yang ngantar atau jemput

4. Lebih efisien waktu, tenaga, dan uang. Terbayang kan kalau nunggu yang jemput atau antar aja butuh waktu? Belum lagi kita harus tetap menyiapkan uang lebih kalau pakai ojek. Duh! 

Cara mengatasi takut mengendarai motor ala aku

"Yuk, belajar naik motor," kata adikku. Aku hanya menggeleng. Hingga, motor yang kubeli dengan kredit itu lunas, aku masih belum bisa mengendarai motor.

Aku sih nggak pusing. Masih ada dua adikku dan bapak yang bisa mengantarku. 

Kalau dipikir-pikir sekarang, aku merasa kasihan dengan adikku yang mengantarku ngajar. Kadang, ia harus menungguku hingga selesai. Apalagi kalau sudah malam. Duh, jadi sedikit merasa bersalah deh.

Bahkan pernah saat mengajar privat yang jaraknya cukup jauh dari rumah, adikku pun dengan setia menemaniku. Hingga, muridku bilang, "Bu, mimpi kalau ibu udah bisa bawa motor sendiri."

Ucapan yang terlaksana, beberapa tahun kemudian. 

Kenapa aku akhirnya bisa bawa motor sendiri?

Terpaksa. Itulah jawabanku hehe. Kebetulan, adik-adikku dapat pekerjaan di luar Lampung. Lalu, saat bapak pun dapat job di luar Lampung, terpaksa aku nekat membawa motor sendiri.

Caraku mengatasi rasa takut mengendarai motor itu sederhana

1. Berdoa

2. Menarik napas perlahan

3. Yakinkan diri kalau aku bisa

4. Nekat aja sambil tentu saja (tetap) hati-hati 

Simple kan? Oya, kalau pengin lebih mudah, kamu bisa belajar mengendarai motor matic. InsyaAllah pasti bisa. Gimana? 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa