Niche Blog dan Pencarian Tanpa Batas

sumber gambar : Idn time

Tabik pun,

Hari ini saya ingin menulis tentang niche blog sebagai bahan tulisan tantangan minggu ini. Well, jujur saja saya belum begitu paham dengan apa yang disampaikan dengan PJ yang beken dan imut, mbak Rindang, yang menjelaskan dengan rinci tentang niche. Lha wong, dengar kata niche pun baru - baru ini. 

Bahkan saat penjelasan dan percakapan tentang niche di WAG terjadi pun aku tidak bisa ikut, karena harus mengajar. Alhamdulillah, aku suka membaca, jadi aku dengan rajin membaca semua tulisan teman - teman di share group dan mencoba memahami niche. Sambil membaca ulang penjelasan mbak Rindang di grup. Penjelasan yang mencerahkan pencarianku tentang arti niche.

Sebagai seorang guru yang sudah mengajar lebih dari 15 tahun dengan metode konvensional, aku memiliki banyak kesulitan untuk mengikuti perkembangan zaman yang menurut yang kudengar sudah memasuki era Society 5.0. Era di mana manusia dan mesin berkolaborasi untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. 

Kesadaran atas keterbatasanku inilah yang menggerakkanku untuk ikut ODOP, agar aku bisa termotivasi untuk belajar membaca dan menulis. Aku berharap tulisanku dapat membuat siswa termotivasi untuk belajar bersamaku. 

Aku masih ingat seorang siswaku yang kini sudah bekerja di Riau yang mengatakan padaku tentang rasa terima kasihnya padaku. Ia bilang berkat ucapanku ia tersadar bahwa hidupnya bisa berubah jika ia mau berusaha. 

You know what? Aku bahkan tidak ingat apa yang kukatakan padanya dan kapan aku mengatakannya. Aku juga tak ingat nama anak itu. Aku baru tahu namanya saat seorang temannya menyampaikan salam darinya. Ia juga bilang hidupnya berubah berkat kata - kataku.

Itu hanya sepenggal ceritaku sebagai guru yang membuatku bersyukur memilih profesi ini, terlepas dari kekurangan dan keterbatasan yang kumiliki dalam hal finansial dibanding teman - teman sekolah yang memilih profesi lain. 

Rasa syukur yang membuatku terus berusaha belajar untuk menjadi guru profesional. Guru yang dapat menjawab tantangan Society 5.0

Profesi Guru Honorer dan Tantangan Society 5.0

Aku akan menceritakan sedikit pengalamanku sebagai seorang guru honorer di sekolahku SMK BLK Bandarlampung. Tempatku mengajar sejak Januari 2009. Sebelumnya aku mengajar di lembaga kursus Bahasa Inggris di Bandar Jaya, Lampung Tengah. 

Cerita mengajar di lembaga kursus akan sangat berbeda dengan sekolah swasta. Cerita yang akan mengambil waktu di lain hari. Insya Allah. Sekarang aku akan cerita tentang pengalamanku sejak awal mengajar di SMK yang unik bagiku.  Cerita yang akan kukaitkan dengan tantangan Society 5.0. Semoga bisa diambil hikmahnya.

Pengalaman Awal Mengenal SMK

Aku masih ingat pagi itu di Januari yang sejuk hingga angin juga bertiup lembut menerpa dedaunan mangga yang tumbuh di sekitar sekolah yang pertama kali kudatangi. SMK BLK Bandarlampung. 

Sekolah yang mempunyai nuansa biru dan putih itu menyambutku dengan hangat. Secangkir teh juga ikut menghangatkan pertemuanku dengan pemilik sekolah yang juga seorang pengusaha PLN di Bandarlampung. Bapak Triyono Arifin. Seorang pebisnis listrik yang memulai usahanya dari nol. 

Beliau memiliki perusahaan yang bergerak di bidang distribusi listrik. Jadi bisa ditebak  bahwa SMK miliknya pun banyak bermitra dengan perusahaan listrik se Sumbagsel. SMK BLK Bandarlampung ini juga merupakan sekolah yang memiliki jurusan listrik distribusi satu - satunya se-Sumbagsel.  

Lulusan listrik dari SMK BLK selalu dicari. Bahkan dari sekotar 60 lulusan tiap tahun itu sudah dipesan saat mereka masih di bangku kelas XI. Saat pertemuan pertama itu juga aku mengetahui bahwa jurusan listrik merupakan jurusan unggulan di SMK BLK.

sebagian guru dan karyawan SMK BLK Bandarlampung

 Pertama Kali Masuk Kelas

Aku pun diajak masuk ke bengkel listrik untuk pertama kalinya. Terus terang saja, aku tak begitu paham dengan alat - alat listrik yang tersusun di bengkel. Aku hanya mengenal beberapa seperti baut, tang, gunting, dan benda bengkel standar lain. 

Aku juga masih terheran - heran melihat anak - anak yang dengan lincahnya menaiki tiang listrik dengan hanya bermodalkan tali tambang.

seorang siswa sedang memasang distribusi listik

Aku pun terkaget - kaget saat pertama kali masuk kelas TKR yang semuanya laki - laki. Anak - anak yang suka sekali ngomong sambil teriak dan lari - lari di kelas. Dan, kalau pun ada yang diam, itu karena anak tersebut sedang manisnya tidur di meja atau di atas meja. 

Beberapa anak asyik tertidur di atas meja atau kursi yang dijejerkan jadi satu. Alasan mereka adalah kelelahan habis praktik di bengkel seharian. Padahal baru jam 10 pagi! 

"Biarin aja, Miss. Kasihan. Tadi malam habis ovelhaul mobil sampai jam 3 pagi. Terus, tadi praktik di bengkel." kata teman - temannya. Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku. Mau bilang apa? Mereka kan memang dituntut untuk bekerja setelah lulus. Jadi, ini bisa dianggap kesuksesn kan? Aku pun melanjutkan perkenalanku. 

Sedangkan anak yang tertidur itu tak bangun sampai pelajaranku berakhir. Pertemuan pertama yang begitu berkesan. Pertemuan awal yang menyadarkanku tentang perbedaan antara dunia teori dan dunia praktik.

Kesulitan Siswa Mempelajari Bahasa Inggris


Ada yang bilang kepadaku bahwa "Tak ada murid yang bodoh, yang ada adalah guru yang belum mengerti tentang potensi siswanya." 

Berdasarkan kata - kata tersebut,  yang kupahami adalah sebagai guru bahasa Inggris di SMK aku harus memiliki kompetensi di bidang kejuruan yang siswa pelajari. Tujuannya adalah untuk mengkolaborasikan ilmu terapan bahasa dengan ilmu kejuruan agar siswa dapat mempraktekkan ilmu tersebut di dunia industri. 

Paling tidak siswa dapat mengkomunikasikan ilmunya dalam bahasa Inggris. Teory belajar yang baru - baru ini kudengar sih itu menggunakan metode pengajaran STEM (science, technology, Engineering, and math) yang dipopulerkan di Amerika.

STEM merupakan pendekatan dalam mengatasi masalah di dunia nyata dengan menuntun pola pikir siswa layaknya insinyur dan ilmuwan berpikir. Pendekatan ini menuntut siswa menjadi pemecah masalah, penemu, innovator, membangun kemandirian, berpikir logis, melek teknologi. 

Pendekatan yang sejalan dengan era Society 5.0 di mana terjadi sinergi antara manusia dan teknologi hingga menciptakan ruang bagi semua orang untuk berinovasi untuk kehidupan yang lebih baik. Menjadikan manusia lebih humanis, karena dapat berinteraksi dengan yang lain tanpa batas.

Masalahnya, kecenderungan siswa SMK yang mayoritas laki - laki ini adalah lebih menyukai pekerjaan fisik yang menantang, seperti : menaiki tiang listrik dan memperbaiki jaringan distribusi listrik di atas ketinggian lebih dari 10 meter, atau membongkar motor atau mobil dan memperbaikinya dengan tangannya. 

Anak - anak ini memiliki kecenderungan sulit untuk duduk dan membaca tenang di kelas. Apalagi mendengarkan (listening) yang  merupakan salah satu skill bahasa Inggris yang harus siswa kuasai. Hingga saat tes listening, siswa SMK pasti ditemui sedang tertidur, dan akan bangun saat test listening selesai. Aku sih hanya bisa tepuk jidat saja. 

Sebenarnya masalah ini bisa diatasi seandainya guru bahasa Inggris menguasai bahasa kejuruan, atau guru tersebut mengajar di ruang bengkel. Mengkolaborasikan pelajaran bahasa Inggris dengan kejuruan. 

Sayangnya, jumlah laboratorium dan bengkel belum dapat memfasilitasi kolaborasi ini. Ditambah jam guru yang padat dan bertabrakan, hingga hal ini belum dapat secara optimal kulakukan. Solusi sederhana yang kulakukan adalah menggunakan gambar dan properti bengkel yang bisa kupinjam untuk praktek speaking (berbicara).

Aku pun belajar membaca dan menulis di ODOP agar dapat terus termotivasi untuk berusaha mengembangkan diri. Membaca teks bahasa Inggris terkait teknologi dan isu - isu yang terjadi di masyarakat, sambil mengajak siswa - siswa yang kuajar untuk membaca bersamaku.

Tiap hari aku minta mereka membaca dan menyetorkan pemahaman mereka dalam bahasa Inggris sederhana. Iming - imingnya adalah nilai yang bagus. Alhamdulillah, mereka pun kini mulai membaca teks sciencedaily.com dan banyak bertanya tentang maksud teks tersebut. Aku pun senang bisa belajar bersama mereka.

Guru Honorer dan Tantangan  Society 5.0


Bicara tentang guru honorer yang jumlahnya menurut data Kemendikbud sekitar 1,5 juta orang akan erat kaitannya dengan isu kesejahteraan. Isu yang sering diangkat mengingat beban kerja guru yang berat. 

Aku pernah punya teman guru honorer SD yang digaji sekitar Rp300.000,00 yang dibayarkan setiap tiga bulan  sekali. Kalau aku sih, cukup beruntung bekerja di sekolah swasta dan menjadi guru yayasan. Rentang gaji kami di sekolah ada di rentang Rp900.000 - Rp2.500.000. 

Lumayan untuk kalangan menengah seperti kami yang level keinginannya rendah. Sekolahku pun ada tepat di depan pasar tradisional, Pasar Tempel Sukarame yang menjual bahan kebutuhan pokok seperti: sayur - mayur  yang murah. Murah karena pasar ini berdekatan dengan sentra petani sayur dan buah yang ada di Jati Mulyo yang terletak kurang lebih 3 kilo meter. 

Di pasar Tempel ini kita bisa beli sayur kangkung atau bayam Rp1000 per ikatnya. Atau kita bisa beli ayam kampung di kisaran Rp60.000 per ekor. Dengan kata lain sih, sekolah ini pun menjadi tempat anak - anak berjualan produk yang mereka hasilkan. Dan, membantu guru menekan biaya pengeluaran bahan pokok.

Guru honorer yang tergabung dalam PGHM (Persatuan Guru Honor Murni) ini juga terus berusaha meningkatkan kualitas mengajar guru dengan berusaha mengangkat isu ini ke pemerintah daerah. 

Usaha PGHM ini membuahkan hasil dengan dikeluarkannya tunjangan bagi guru honor setiap tiga bulan sekali. Besaran yang diterima sekitar Rp1200,000. Dipotong biaya administrasi guru dapat menerima sekitar Rp900.000. Alhamdulillah.

Tunjangan yang diterima guru honorer ini akan meningkat jika guru honorer non PNS ini mengikuti program sertifikasi. Program yang dulunya disebut PLPG ini sekarang berubah nama menjadi PPG. Aku sendiri ikut program PPG di tahun 2017 dan lulus. 

Aku mulai mendapat tunjangan sertifikasi di tahun 2019. Pencairan sertifikasi guru non PNS berlangsung per tiga bulan, dengan besaran Rp1.500.000 per bulannya. Sekarang aku sedang dalam proses inpassing atau program penyetaraan. 

Program sertifikasi dan inpassing  merupakan jawaban dari isu kesejahteraan bagi guru honor yang bekerja di sekolah swasta. Seorang teman mengatakan bahwa program kewirausahaan yang dikembangkan oleh kemenristek bekerjasama dengan Kemendikbud dan dinas Pembinaan SMK juga dapat memberi peluang bagi guru honorer SMK untuk mengembangkan Unit Produksi yang tersedia di SMK. 

Sebut saja program di sekolahku yang bekerja sama dengan PLN untuk memasang instalasi listrik rumah di seluruh wilayah Lampung di tahun 2017. Usaha yang mengkolaborasikan dunia industri dan sekolah.

#TantanganNonFiksiMinggu1
#Odop
#NicheBlog

Bandarlampung, 22 November 2019

Komentar

  1. Tetap semangat dalam mendidik anak anak ya mba Yoha, lelahmu akan terbayar ktka melihat anak2 didik mnjadi orang2 yang sukses dan bermanfaat

    BalasHapus
  2. Siap mbak.. terima kasih sudah mampir^^

    BalasHapus
  3. MasyaAllah mba Yoha. I feel you. #samasamahonorer
    Hehe. Mudah-mudahan jadi berkah ya mba.
    Akhirnya nemu juga niche yang ditunggu-tunggu.
    Keep inspiring mba Yoha ❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.. kita berjuang terus ya mbak. Semangat^^

      Hapus
  4. Informasi tentang dunia guru informatif sekali

    BalasHapus
  5. Tulisan yang keren, mewakili suara guru. Semangat trs kkak

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa