Hari Libur ala Yoharisna

Hari Libur Bagiku


 Hari libur, hari di mana aku bisa memilih dengan bebas kegiatan yang ingin kulakukan. Tentu saja, kegiatan yang bisa menyegarkan jiwa dan raga. Kegiatan yang bisa memberi sumbangan tenaga baru untuk hari - hari selanjutnya.

 Banyak aktifitas yang bisa kulakukan yang akhirnya mengerucut pada satu tujuan saja. Santai. Meski pada kenyataannya, aku tetap harus melakukan kewajiban utamaku. Membantu orang tuaku di warung. Untungnya, aku punya kesenangan yang cukup fleksibel, menulis. Jadi, aku terkadang berusaha melakukan aktifitas yang bisa menggabungkan kewajiban dan kesenanganku.  Menjaga warung dan menulis. Plain and simple, ya?


Oya, aku akan cerita sedikit tentang kegiatan pertama yang jadi prioritasku dulu, menjaga warung, yang sudah kulakukan sejak aku duduk di bangku sekolah dasar. Latar di atas pun,  pasar koga, merupakan tempat mamakku berjualan sejak beliau masih kanak - kanak. FYI, mamakku tinggal tepat di belakang pasar koga. Jadilah mamakku sebagai anak pasar. Main dan besar di pasar koga. Tempat bekerja sekaligus rekreasi bagi mamak. Otomatis, mamak memperkenalkan pasar padaku dan saudara - saudaraku sejak kami masih kanak - kanak. Eh, kuralat, mamak sudah memperkenalkan aku dan saudara - saudaraku dengan pasar bahkan jauh sebelum kami lahir. Sejak kami masih dalam kandungan mamak. Benar, kan?


Oya, yang di atas itu foto mamak dan nenekku ( emak dari mamakku). Nenek yang sangat baik padaku. Meski beliau telah meninggal (semoga Allah mengampuni dosa - dosanya dan memberinya tempat terbaik. Aamiin. Shalawat), kenangannya tersimpan di dalam sudut hatiku yang terdalam.

Aku masih ingat kalau libur dan aku menjaga warung, nenek sering mengirimiku makan siang. Kadang soto atau bubur yang masih hangat. Rasanya kehangatannya masih terasa sampai sekarang. Nenek juga sering duduk menemaniku di warung. Kami menghabiskan waktu sekedar ngobrol atau makan camilan yang nenek beli untukku. Sungguh, saat libur dan duduk bersama nenek begitu sangat menyenangkan. 


Libur juga, seperti hari - hari lain, aku dan mamak sering habiskan di pasar. Aku senang karena kadang ada saudara yang datang mengunjungi kami. Ya, karena rumah dekat pasar dan kami sepanjang siang ada di pasar, jadilah saudara yang datang mengunjungi kami di pasar. Kebetulan aku menangkap salah satu moment penting ini saat mamak dan nek bium (adik nenek) sedang ngobrol. Nek bium ini sering berkunjung ke pasar saat nenek masih hidup (nenek meninggal tahun lalu, 2017). Aku senang sekali jika nek bium datang. Senang mendengar gaya lugunya. Senang melihat bahwa beliau masih sehat. Senang bisa bertemu dengannya di hari libur. Aku senang sekali hari libur.

Libur juga merupakan hari hang out dengan teman - teman seperjuanganku. Sekedar jalan - jalan atau makan siang bareng di tempat yang kami pikir nyaman. Kadang kami janjian di mall, tempat makan atau di taman. Kupikir, tempat itu penting, tapi orang yang dengannya kita bersama pun menentukan betapa berharganya bersama itu. Bukankah, waktu itu tak bisa diulang? Jadi, aku menikmati setiap detiknya dengan rasa syukur.

Dan, akhirnya libur pun akan sangat kunanti dengan harap. Jika aku punya uang lebih dan waktu yang pas, aku akan pergi ke laut. Paling tidak aku akan refreshing ke laut empat kali dalam setahun. Kadang bersama dengan teman - tamanku di sekolah, kadang bersama emak  bapak dan sodara - sodaraku. Sebenarnya sih, laut Mutun atau Ringgung itu bisa ditempuh kurang dari 50 menit dari rumahku di Kedaton hingga ongkos tidak banyak. Hanya kurang lebih 50 ribu. Bahkan bisa hanya 20 ribu kalau dengan motor (10 ribu bensin dan 10 ribu karcis masuk per orang). Kita bisa ke laut kapan saja.Tapi, hari libur memang hari yang cocok untuk ke laut.,

Bandar Lampung, 9 Desember 2018


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa