Postingan

Seruit, Lampung, dan Kenangan yang Hilang

Gambar
Yeay.. sebentar lagi tahun baru ya, gaes.. Pasti sudah berencana untuk liburan atau jalan-jalan sekedar rekreasi. Melepas kepenatan, agar lebih semangat di tahun baru 2020. Anyway, ngomongin jalan-jalan, tak akan terlepas dengan bekal makanan.  Aku sih, terbayang makan nasi hangat dengan sambal seruit ala Lampung dengan ikan segar yang dibakar sendiri. Angin pagi pantai mengentuh wajah. Ombak pantai Mutun yang landai berkejaran menuju ujung samudra.  Burung-burung laut beterbangan di atas kepalaku. Sementara lidahku menikmati kelezatan seruit khas Lampung. Pedas yang bikin hati berlinang bahagia. Maknyus. seruit sambal mangga Pepatah lama mengatakan bahwa kita dapat membahagiakan seseorang dengan memenuhi kebutuhan perutnya. Well, ungkapan yang tak salah, menurutku karena kita akan senang saat lidah bergoyang dengan makanan yang lezat. Benar, kan? Kamu tahu, saat pertama kali aku mendengar cara makan seruit ini, aku agak khawatir juga. Apakah aku doyan, karena makan seruit

Tanah Kelahiranku, Lampung dan Sebambangan

Gambar
sumber gambar: Facebook. Gambar pernikahan adat Lampung Tabik pun, Selamat malam teman, di mana pun kamu membaca tulisan ini. Semoga kesehatan selalu tercurah padamu. Mungkin kamu heran dan tidak tahu tentang kata “Tabik pun”, kata yang biasa diucapkan warga Lampung saat membuka suatu acara, sebagai salam pembukaan. Salam yang dijawab dengan ucapan “Iya pun.” Bicara tentang Lampung, sebagai warga Lampung, aku yang tinggal dan besar di Lampung ini harus banyak belajar.  Mengingat beragamnya suku yang membaur di Lampung, akan sulit menemukan warga Lampung berbicara dengan menggunakan bahasa Lampung. Entah apa penyebabnya.  Meski aku tinggal di Kedaton, Bandarlampung yang notabene banyak ditempati oleh warga asli Lampung, tak ada dari mereka yang secara terbuka bicara dalam bahasa Lampung.  Mereka tidak berkomunikasi dengan bahasa Lampung kecuali dengan kerabat dari kampung yang sama. Aku malah lebih sering denger orang Lampung ikut-ikutan ngomong bahasa Jawa.  Aku send

Ulasan Cerpen “A Thousand Sakura Petals” karya Waobi

Gambar
“Maka… maka berusahalah untuk selalu hidup!” Kalimat ini yang menarik perhatianku saat membaca cerpen “A Thousand Sakura Petals” karya Waobi ini. Kalimat yang menyentuh hatiku. Terlebih dengan kata-kata penguat dari sensei Naoko pada Ageha yang menderita kanker hati akut ini. Kata-kata yang mengingatkanku bahwa hidup ini pun rentan.  Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi esok. Tugas kita sebagai manusia hanya berusaha untuk hidup dengan baik. Demi orang-orang yang menyayangi kita, demi diri kita sendiri. “Berusahalah hidup untuk ibumu. Berusahalah hidup untukku. Berusahalah hidup untuk orang yang menyayangimu. Berusahalah hidup untuk dirimu sendiri. Berusahalah hidup untuk masa depanmu…” Cerpen ini mengisahkan tentang Ageha, remaja SMP Swasta Madoka High yang divonis menderita sakit parah dan harus menjalani operasi. Prosedur yang belum pasti keberhasilannya ini membuat Agaha mengalami konflik di sekolahnya. Ia jarang masuk sekolah, dan kalau pun masuk sekolah, ia tak

Ulasan Cerpen Kendedes "Manjing" karya Luluk Fatimah Azzahra

Ulasan Cerpen | Kendedes "Manjing" karya Luluk Fatimah Azzahra Manjing atau “anjing” dalam bahasa Bumiayu ini dapat diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai masuk ke dalam ruangan. Istiah yang digunakan penulis untuk menginterpretasikan penyakit skizofrenia Neswari, tokoh sentral dalam cerpen Kendedes “Manjing” yang berlatar sejarah Tumapel yang kelak jadi cikal bakal kerajaan Singosari. Cerpen yang menyajikan dengan apik tentang bagaimana seorang penderita skizofrenia ini berandai-andai menjadi seorang Ken Dedes, sosok yang dicintai Tunggul Ametung yang disegani di Tumapel. Dalam alam bawah sadarnya, Neswari mendengar bisikan-bisikan yang membuatnya yakin bahwa dirinya “manjing” sebagai Ken Dedes. "Ken Dedes sudah  manjing  di ragamu, Nes. Tidak ada yang bisa menyingkirkanmu," sebuah suara, bernada berat menimpali. Bisikan-bisikan di telinga Neswari ini merupakan ciri khas dari seorang penderita Skizofrenia yang biasa orang sebut sebagai orang gila.

Industri dan Gaya Hidup Halal di Era Disrupsi

Saya lapar, sementara matahari terik di atas kepala saya. Saya melirik gawai di tangan saya. Jam 12.30 siang. Waktunya makan siang.  Saya memutuskan untuk makan bakso di warung langganan saya. Sambil makan, saya memperhatikan kondisi warung yang tak seramai dulu lagi. “Sekarang banyak saingan yang pakai gopay, gojek, dan apalah itu, mbak,” kata bude penjual bakso.”Saya gak ngerti begituan, jadi ya warung saya sepi gini.” Aku mengangguk-angguk sambil mengunyah baksoku.  Mataku mengamati warung yang masih seperti dulu, seperti pertama aku datang ke sini. Bedanya, warung ini terlihat lebih kusam dibanding warung bakso yang sekarang lebih disukai kaum milenia. “Anak muda sekarang senangnya pesen lewat hape dan dianter pake gojek,” kata penjual itu lagi, “Saya kan males. Ribet.” Aku hanya mengangguk-angguk saja. Nggak bisa ngomong karena masih mengunyah. Takut baksoku mencelat keluar dari mulutku. Padahal aku ingin bilang ke bude bakso, kan dia bisa belajar. Bukankah anaknya bers

Tantangan Lulusan SMK Hari Ini, Pengusaha Masa Depan

Isu mengenai lulusan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang mendominasi angka pengangguran menjadi perhatian banyak pihak. Padahal visi dan misi SMK adalah menghasilkan lulusan yang berdaya saing dan siap kerja, seperti berikut ini: VISI SMK Bermutu, Unggul Merata, Terampil, Berkarakter dan Berdaya Saing Dalam Kebekerjaan. MISI Meningkatkan Ketersediaan sarana prasarana SMK Bermutu sesuai SNP. Meningkatkan keterjangkauan layanan SMK yang berkeadilan. Meningkatkan kualitas pembelajaran SMK Unggul Merata untuk menghasilkan lulusan berdaya saing dalam bekerja. Mewujudkan kesetaraan layanan SMK yang memberdayakan potensi bangsa. Meningkatkan kepastian layanan yang menghasilkan lulusan SMK terampil , berkarakter dan mandiri. Bandingkan dengan data yang bisa kita dapatkan ini, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang ada di angka 5,28 persen di tahun 2019 dengan kisaran 7,05 juta orang di bulan Agustus 2019. Jadi sekitar 5 orang menganggur dari 1

Cara Pandang Fanton Drummond dalam Olenka: Sebuah Refleksi Diri

Ketertarikan saya terhadap refleksi diri versi Olenka terjadi saat saya membaca karya Budi Darma "Olenka". Sebuah novel yang merefleksikan perjalanan Budi Darma, penulisnya selama berada di negeri Paman Sam itu.  Perjalanan yang akhirnya menciptakan master-piece yang kini ada di tangan saya ini. Konsep diri yang dinyatakan dalam proses pencariannya akan sosok "Olenka" seperti dalam kata - kata Olenka pada Drummond,  "Objek harus merupakan proses bergerak dan proses perhubungan dengan segala sesuatu di sekitarnya."  Ucapan Olenka yang menggambarkan sifat Drummond yang berhubungan dengan sekitarnya. Mungkin ada yang bertanya - tanya kenapa saya tertarik dengan tulisan Budi Darma yang menurut saya berbeda dari novel yang pernah saya baca sebelumnya.  Novel ini terkesan jujur, bahkan cenderung blak - blakan dalam memaparkan kebodohan dan kekurang-ajaran tokoh di dalamnya dalam menghadapi sekitarnya.  Ketidakpedulian tokoh - tokoh yang ada terhadap sekitarny