Tantangan Lulusan SMK Hari Ini, Pengusaha Masa Depan


Isu mengenai lulusan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang mendominasi angka pengangguran menjadi perhatian banyak pihak. Padahal visi dan misi SMK adalah menghasilkan lulusan yang berdaya saing dan siap kerja, seperti berikut ini:

VISI
SMK Bermutu, Unggul Merata, Terampil, Berkarakter dan Berdaya Saing Dalam Kebekerjaan.

MISI
  • Meningkatkan Ketersediaan sarana prasarana SMK Bermutu sesuai SNP.
  • Meningkatkan keterjangkauan layanan SMK yang berkeadilan.
  • Meningkatkan kualitas pembelajaran SMK Unggul Merata untuk menghasilkan lulusan berdaya saing dalam bekerja.
  • Mewujudkan kesetaraan layanan SMK yang memberdayakan potensi bangsa.
  • Meningkatkan kepastian layanan yang menghasilkan lulusan SMK terampil , berkarakter dan mandiri.
Bandingkan dengan data yang bisa kita dapatkan ini,

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang ada di angka 5,28 persen di tahun 2019 dengan kisaran 7,05 juta orang di bulan Agustus 2019. Jadi sekitar 5 orang menganggur dari 100 orang dari jumlah angkatan kerja berjumlah 197, 91 juta orang.

Sayangnya, lulusan SMK yang seharusnya dapat mengurangi jumlah pengangguran yang ada dengan visi misi SMK menciptakan lulusan yang siap kerja, malah menjadi penyumbang pengangguran yang lebih banyak dibanding SMA.

Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik), jumlah TPT untuk SMK bulan Agustus 2019 telah mencapai 10, 42 persen dan SMA 7, 92 persen. Jadi angka pengangguran SMK di bulan Agustus ada di kisaran 700 ribu orang dari TPT di kisaran 7,05 juta.

Beberapa kendala yang menjadi penyebab terjadinya hal tersebut adalah kurangnya SDM guru produktif dan sarana pendukung yang belum memadai.

LSP (Lembaga Sertifikasi Sertifikasi) yang menurut data BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) berjumlah 1.613 SMK  di seluruh Indonesia belum dapat menjamin mutu semua prodi jurusan yang ada di SMK. Artinya, beberapa jurusan belum memiliki standar sertifikasi.

BKK (Bursa Kerja Khusus) yang bekerja sama dengan dinas tenaga kerja ini memfasilitasi lulusan untuk mencari lowongan pekerjaan. Sayangnya, belum semua sekolah memiliki BKK. Artinya, belum semua lulusan dapat terbantu untuk mencari pekerjaan.

Bandingkan lagi dengan data yang bisa kita lihat dari negara yang memiliki SDM yang hampir sama dengan Indonesia, yaitu China

Rata - rata penyerapan tenaga kerja untuk SMK di China mencapai lebih dari  95 persen, sedangkan Indonesia hanya 60 persen. 

Lulusan SMK di China merupakan sumber tenaga kerja baru yang memberi kontribusi lebih dari 60 persen di perusahaan manufaktur dan perusahaan industri emerging (perusahaan riset).

Di China ada total 11.700 SMK dengan total 9,3 juta siswa baru di tahun 2018 dengan 26,9 juta jumlah siswa di tahun lalu. Dari data itu ada 10.300 SMK dan 1418 SMK advanced.

China telah melakukan integrasi industri dan pendidikan, sekolah dan perusahaan dengan membangun 56 komite supervisi untuk SMK dan 1400 grup SMK dengan lebih dari 30.000 perusahaan ikut berpartisipasi.

Lulusan SMK Berkarya Indonesia Produktif

Membaca data di atas dapat membuat kita berpikir agar dapat keluar dari permasalahan pengangguran yang meresahkan ini. 

Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan di lapangan selaku guru SMK selama lebih dari sepuluh tahun, saya memahami sedikit akar dari masalah ini. 

Beberapa masalah guru SMK seperti saya adalah 
  1. Kurikulum dari dinas pendidikan yang belum ada kesesuaian dengan dunia industri.
  2. Beban ujian semester dan ujian nasional yang membuat siswa tidak fokus memperdalam kompetensi keahliannya.
  3. Kemampuan guru SMK yang belum memadai untuk memenuhi tuntutan dunia kerja.
  4. Sarana dan prasarana yang belum memadai untuk menunjang KBM dan praktek di bengkel dan laboratorium. Beberapa peralatan bahkan ada yang terlalu konvensional hingga tak bisa lagi digunakan.
Program yang dilaksanakan sekolah sebagai solusi

Salah satu cara yang dilakukan sekolah untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan melakukan inovasi UP (Unit Produksi) sesuai prodi jurusan, seperti:
  1. Prodi Listrik 
  • melakukan UP pelayanan panggilan perbaikan instalasi listrik rumah tangga di bawah bimbingan guru produktif
  • melakukan UP pelayanan harian listrik rumah tangga, seperti: memperbaiki setrika listrik, penyambungan kabel dll
     2. Prodi Otomotif
  • melakukan UP pelayanan cuci mobil, isi angin, over-haul mesin, bodi mesin dll
  • melakukan UP pelayanan cuci motor, isi angin, tune up, dll
     3. Prodi Multi Media
  • melayani UP pembuatan logo, desain gambar kaos, desain spanduk dll
  • melayani UP jasa ketik, edit gambar, edit video, bikin video dll
  • melayani UP memperbaiki komputer, dll
     4. UP Kewirausahaan
  • menjual produk buatan guru dan siswa secara offline dan online bekerja sama dengan semua prodi yang ada.

Beberapa usaha yang dilakukan guru adalah dengan mengikuti program pelatihan kewirausahaan yang terintegrasi dengan sistem digital. 

Bahkan seorang temanku, pak Hasan berhasil memenangkan lomba untuk program guru kewirausahaan yang diadakan Direktorat Pembinaan SMK. Beliau mendapatkan bantuan pembinaan yang ia gunakan untuk mengembangkan programnya.

Lulusan SMK banyak yang Memilih Bisnis Sendiri

Sulitnya untuk mencari kerja menjadikan lulusan SMK berpikir kreatif. Mereka memilih untuk bekerja sendiri sesuai dengan minatnya. Beberapa lulusan yang kujumpai hampir tidak ada yang menganggur. 

Beberapa dari mereka bahkan cukup sukses memiki usaha bengkel yang memiliki banyak karyawan. Aku mendata dari 30 siswa yang jadi tanggung jawabku ada 25 orang yang bekerja, dan 5 yang kuliah. Dari 25 orang itu 15 orang bekerja sendiri. 

Sedangkan untuk jurusan listrik, dari 60 orang lulusan, tidak ada yang menganggur. Bahkan ada yang masih bisa buka usaha sambil bekerja di perusahaan. Alasannya adalah mereka ingin buka usaha sendiri saat modal sudah cukup.

Bandarlampung, 7 Desember 2019

Sumber data


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa