No Tawuran, Prestasi Yes! Yuk, Sambut Masa Depan

 "Ada apa, sih? Rame banget?" Aku mendekati teman-teman yang sibuk ngerumpi di ruang guru. 

Lalu, seorang temanku menunjukkan video tawuran anak-anak. Astagfirullah. Aku mengurut dadaku menyaksikan video itu. 

Padahal, kami sedang menguatkan tagline No Tawuran, Prestasi Yes Sambut Masa Depan. 

Pak Cepi, Babinkantibmas Sukarame pun meminta agar video itu dihapus. Kasihan kalau berita ini tersebar. Apalagi, badge sekolah di seragam siswa tersebut, terlihat jelas. 

Lagipula, menyimpan hal yang buruk kan nggak ada gunanya. Kita kan bukan aparat, hingga butuh video tersebut untuk barang bukti. Ya kan?

"Kepala sekolah itu sampai menangis," kata Pak Cepi lagi. "Kami pun nggak mengira kalau anak-anak sekolah itu bisa terlibat."

Menurut penuturannya, surat perintah dinas dari Jendral Bintang dua sampai turun kepada Babinkantibmas di Bandarlampung untuk menanggulangi masalah ini.  Hari ini, semua kepala sekolah di Bandarlampung diminta berkumpul untuk membicarakan solusi isu sensitif ini di Hotel Bukit Randu.

 

no-tawuran-prestasi-yes-sambut-masa-depan
Anak-anak sedang menerima penyuluhan anarko dari Babinkantibmas Sukarame 

Secara pribadi, Kapolres pun mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan, karena siswa di SMK BLK Bandar Lampung tidak terlibat tawuran kemarin. 

Lalu, pagi ini pun anak-anak dikumpulkan untuk diberikan pengarahan oleh Pak Cepi. 

Beliau menjelaskan bahkan UU perlindungan anak pun tidak membebaskan anak dari jerat hukum. "Silakan cek Pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan dan acaman pidananya." 

"Barangsiapa yang di muka umum bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang dihukum penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan," lanjut Pak Cepi.

Sementara anak-anak duduk mendengarkan arahan Pak Cepi dengan tenang selama beberapa menit. 

Meskipun ada satu anak yang diminta Pak Cepi untuk maju ke depan lapangan karena ngobrol sambil ketawa-ketiwi, pesan Pak Cepi telàh dipahami oleh anak-anak. 

Sementara wali kelas yang menyaksikan anak itu diminta maju, karena nggak tertib, hanya bisa tepuk jidat. Dasar anak-anak..

Bertanya pada anak-anak tentang isu tawuran

"Sedang lihat apa sih?" Aku menengok video di medsos anak-anak. "Apa itu?" Dahiku berkerut meliha video anak-anak SD yang sedang berkelahi.

Anak yang kutanya hanya bilang. "Tawuran lah, Bu."

"Ngapain nonton begituan?" Jujur, aku nggak habis pikir alasan mereka. 

"Seru lah, Bu.." Anak-anak lain pun mengiyakan. "Lihat aja, Bu. Viral. Banyak yang nonton."

Astagfirullah. Sekali lagi aku hanya bisa mengelus dada. 

"Trus, gimana pendapat kalian?"

"Kalau ikut begituan ya bodoh lah, Bu. Kita mah anak baik. Cuman nonton doang," sahut anak-anak bersamaan.

Ya, Allah. Meskipun aku sedikit lega mereka sadar kalau aktivitas berkelahi itu buruk, aku tetap khawatir. Bukankah tontonan bisa mempengaruhi tingkah laku kita?

Pelan-pelan, aku mangajak mereka berdiskusi tentang perbuatan baik dan perbuatan buruk. Dalam hati aku berdoa agar kami semua selalu dalam lindungan Allah.

Pola pikir anak

Seharian ini, aku berusaha untuk sabar. Bagaimana nggak? Kelas belum piket. Beberapa anak pun nggak masuk dengan izin yang nggak valid. 

Oh ya, kemarin pun kulihat anak-anak ini masuk kelas lewat jendela. Kalau kamu lihat ekspresi mereka yang ketangkap basah ini, pasti pengin kesal dan ketawa. 

Mereka anak-anak yang manis dan nggak pernah bikin masalah. Bahkan beberapa dari mereka anak OSIS dan Rohis. 

Miris ya? 

Sehingga, aku pun bercerita pada mereka tentang sulitnya menjaga kebaikan.

Masih ingat kan tentang ulama yang terkenal zuhud di zamannya, tapi terjebak rayuan setan. Barshisha yang abid selama 220 tahun dan memiliki 60.000 santri. Hingga berkat ilmunya, santrinya konon bisa naik ke langit.

Sayangnya, akhirnya, Barshisha meninggal dalam kesesatan. Nauzubilah min zalik.

Begitu pun kisah seorang anak di zaman Nabi. Anak yang berbakti pada ibunya. Hingga, bahkan di dunia ini pun telah Allah sediakan surga.

Àrtinya sih, nggak ada hal yang baru di bumi ini. Nothing is new under the sun.

Anak-anak bisa melihat contoh nyata dalam hidup ini. 

Kupikir, selain belajar dari sejarah, anak-anak ini perlu figur contoh baik dalam hidup mereka. Orang-orang terdekat dalam hidup, seperti keluarga dan masyarakat sekitar. 

Pola pikir anak, kupikir, terbentuk dari hubungan ini.

Contohnya, saat kuingatkan anak-anak tentang pentingnya piket kelas,  seorang anak bilang, "Bu, bu. Di rumah aja saya gak pernah nyapu. Emak juga gak pernah marah- marah.."

"Astagfirullah, kamu kok gitu ngomong sama guru.." anak yang lain melotot ke temannya tersebut. 

"Ntar kualat lho," anak lain menimpali. 

Sementara itu, aku kembali melanjutkan pelajaran. 

Tanpa kuduga, saat aku mengakhiri pelajaran, anak tadi mendekatiku dan berkata pelan. "Maaf ya, Bu. Saya nggak sengaja.."

"Ya, tapi, jangan diulang lagi ya.." Anak itu mengangguk sambil mencium tanganku.

Hatiku senang mendengar ucapan maaf anak itu. Aku berdoa, semoga Allah menjaga kami semua. Aamiin.

Prestasi Yes Sambut Masa Depan

Sebagai guru SMK, aku nggak asing dengan prestasi anak-anak dalam bidang akademis dan non-akademis. 

Biasanya sih, untuk bidang akademis, anak-anak SMK punya ajang khusus yang berbeda dengan anak SMA. Namanya Lomba Kompetensi Siswa atau LKS.

Ajang ini merupakan wadah anak SMK unjuk gigi kebolehan di bidang kejuruan masing-masing. Alhamdulillah, sekolahku rajin mengikuti lomba ini, meskipun belum pernah dapat juara umum.

Lha, ikut partisipasi di ajang bergengsi SMK ini pun udah prestasi. Menang adalah bonus.

Anyway, berkat ikut LKS ini, anak-anak jadi makin pede dan semangat belajar. Mungkin, melihat anak-anak sekolah lain yang hebat itu bikin mereka termotivasi ya hehe.

Seperti aku yang sedikit minder kalau kenal blogger keren. Lalu, aku jadi termotivasi untuk belajar lagi.

Prestasi anak-anak yang bikin bangga itu di bidang seni bela diri lho. Di kelasku aja, siswaku anak X TKJ 1 atas nama Brama, sering memenangkan lomba taekwondo. Belum lagi, anak X TKJ 2, Ridwandika yang menang kompetisi pencak silat tingkat SLTA di Bandar Lampung.

Mantap ya!

Fyi, prestasi paling membanggakan adalah lulusan SMK BLK Bandar Lampung tahun 2022 ini sukses 70% terserap dunia kerja. Sisanya adalah kuliah dan wirausaha. Alhamdulillah.

Bahkan, sebagian anak-anak yang masih bersekolah pun sudah mulai bekerja dan menghasilkan cuan. Aktivitas yang kami praktikkan di ruang kelas. 

Dukungan Kewirausahaan di sekolah 

Untuk kurikulum 2013 aja, anak-anak SMK kelas XII mendapatkan pelajaran kewirausahaan sekitar 9 jam per minggu. Isinya adalah tentang bagaimana mempersiapkan anak untuk jadi seorang entrepreneur.

Dalam praktiknya, anak-anak diajarkan bagaimana mendesign produk, merencanakan pemasaran, dan mengenal akunting sederhana. Bahkan, beberapa siswa sudah mulai meproduksi barang dengan packaging yang cukup bagus.

Keren ya! Sebagai guru, kami pun mendukung usaha ini dengan ikut membeli produk anak-anak ini. Ikut bangga sih. Rasanya ini prestasi buat kami semua. Beberapa guru bahkan ikut merepost produk anak-anak agar laris manis.

Kurikulum TEFA

Awalnya aku mengira bahwa teaching factory atau tefa adalah pembelajaran dengan design pabrik.

Selanjutnya, aku pun tahu bahwa teaching factory ini merupakan model pembelajaran di SMK Berbasis produk/ jasa yang mengacu pada standard dan prosedur yang berlaku di industri yang dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri. 

Seperti SMK 5 yang menggunakan kurikulum Daihatsu atau SMK BLK Bandar Lampung yang sedang merencanakan kurikulum Telkom untuk jurusan TKJ. Sedangkan untuk jurusan TBSM menggunakan kurikulum Honda.

Bisa dibilang sih, anak-anak dilatih untuk memiliki kompetensi sesuai bidang keahliannya. 

Ah, jadi ingat beberapa perusahaan yang mencari lebih dari 60 anak lulusan Teknik Jaringan Tenaga Listrik. Padahal, kelas listrik hanya terdiri dari 50an anak. Dan, sebagian besar sudah terserap dunia kerja.

Àrtinya, peluang untuk bekerja di bidang ini masih terbuka luas. So, tunggu apa lagi gaes! No Tawuran Prestasi Yes Sambut Masa Depan dengan berkarya. 

Semangat!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa