Ikhlas Aja! Yakinlah Kalau Pintu Rezeki itu Luas

ikhlas-aja-yakinlah-pintu-rezeki-luas


Halo, teman Yoha! Semoga kamu semua selalu dalam kondisi sehat ya. Insya Allah, rezeki selalu berlimpah pada kita semua. Aamin.

Ah, aku ingat dengan cerita yang aku alami beberapa waktu ini yang berkaitan dengan seseorang yang berhutang padaku, tapi sampai hari ini belum dikembalikan. Hingga aku berpikir, Ikhlas aja! Yakin kalau pintu rezeki itu luas. Kata-kata ini selalu kubuat untuk menghibur diriku.

Yups, aku ikhlas dan bersabar dengan kondisi ini. 

Tapi, kok rasanya berat banget ya! Apalagi aku tahu bahwa orang itu sebenarnya sanggup untuk bayar hutang tersebut. Bahkan dari status yang ia buat, terlihat bagaimana ia dengan bahagia jalan-jalan menggunakan mobil yang bagus. Duh, rasanya gimana gitu.

Kalau kata temanku, "Tagih terus aja, Bu. Sapa tau entar ia bayar. Malu dengan mobilnya yang bagus."

Namun, dengan manisnya orang tersebut mengatakan bahwa ia nggak punya uang. Aku jadi ingin menyanyi lagu India deh hehe. Dalam hati aku berdoa agar Allah membuka pintu rezeki lebih luas bagiku. 

Belajar Ikhlas

Sebenarnya, ini bukan kali pertama orang berhutang padaku dan belum membayar. Dulu, di tahun 2006, seorang teman minjam padaku.

Sayangnya, sampai hari ini pun ia belum membayar. Hingga, seorang teman lain bilang padaku gini, "Kamu tuh kok bisa mudah percaya sih? Jadi orang kok terlalu baik."

Aku hanya bisa tersenyum pahit.

Oya, aku cerita tentang ini untuk pembelajaran buatku lho. Aku hanya ingin kalau nggak ada orang lain yang memiliki nasib sepertiku. 

Namun, bagaimana pun aku masih merasa beruntung. Allah memberkahi rezeki yang berlimpah, seperti kesehatan, teman baik, dan pekerjaan. Alhamdulillah.

Semoga orang yang berhutang diberikan rezeki lebih dan mau membayar hutangnya.

Ikhlas 

Lalu, apakah sejak itu aku kapok membantu orang lain? Ya, nggak lah. Tapi, sekarang aku lebih hati-hati kalau sudah terkait uang. Insya Allah, pengalaman kemarin memberi hikmah agar aku belajar ikhlas dan sabar dengan ujian ini.

Aku belajar banyak dari pengalamanku ini. Ternyata, mengenal seseorang itu nggak mudah ya. Lebih rumit dari sekedar teka-teki Silang hehe. Dalam sebuah novel yang kubaca, bahkan misteri tentang sifat manusia itu lebih kompleks dibanding apa pun. 

Karena ikhlas adalah aktivitas yang hanya mengharapkan ridho Allah, aku menyadari bahwa Allah lah pengharapan kita. Bukan manusia.

Namun, bukan berarti kita nggak bisa percaya pada manusia ya. Aku pikir, kalau seseorang itu baik, Allah pasti akan pertemukan ia dengan orang baik.

Jadi, nggak perlu khawatir untuk bergaul dengan siapa pun. Asalkan orang itu punya visi yang sama dengan kita, yakinlah semua akan baik-baik aja.

Mungkin, itu sebabnya kita harus mencari dan bergaul dengan orang baik ya? Memilih teman dengan bijak.

Merasa Beruntung dalam Setiap Keadaan

Pernah membandingkan nasibmu dengan orang lain? Si dia yang punya mobil, atau si fulan yang punya penghasilan jutaan atau si anu yang punya ini dan itu.

Pasti pernah ya? No worries, itu manusiawi kok.

Karena aku pun membandingkan hidupku dengan cerita seorang anak yang harus hidup dibawah sikap over-protective orang tuanya. Hingga, anak itu harus mengalami masalah kelainan mental. 

Gosipnya, keluarga itu hampir nggak pernah bergaul dengan tetangga. Jadi, saat si ibu yang over-protective ini meninggal, si anak malah dikunci di kamar oleh si ayah. Padahal anak ini sudah dewasa lho. 

Astagfirullah. 

Sebenarnya, Pak RT sudah mengingatkan agar si anak dibiarkan bergaul. Apalagi, dua anak yang lain sudah meninggal dunia karena terkekang. Mereka ditemukan tergeletak di lantai. Meninggal tanpa ada yang tahu.

Ya Allah. Innalillahi wainnalilaihi rojiun.

Anyway, aku merasa sedih mendengar cerita ini. Aku berdoa semoga almarhumah diterima di sisi Allah. Aamiin.

Oh, okey, aku mulai ngomong hal yang lain ya. Maafkan aku ya.

Baiklah, aku kembali akan menceritakan padaku gimana keinginan kita berbuat baik pun perlu syarat. "Kalau mau nolong orang ya liat dulu lah. Supaya tepat sasaran. Dan, jangan sampai kita yang malah kebebes." 

Itu kata teman akrabku. 

Menurutnya, dengan begitu kita akan selalu merasa beruntung dalam semua keadaan. Bukankah bisa menolong orang lain dengan cara terbaik itu pun artinya menolong diri sendiri?

Yups, aku setuju. 

Selanjutnya, isu ini bikin aku sedikit memahami bahwa ikhlas itu pun punya beberapa tingkatan, yaitu dunya (adna, tingkat terendah), wustho (sedang), dan ulya (tertinggi).

Untuk ikhlas level terendah adalah segala tindakan yang mengharapkan imbalan rezeki. Sebagaimana seseorang yang melakukan ibadah dan memohon pada Allah agar dianugrahkan harta kekayaan.

Lalu, untuk wustho adalah ibadah yang mengharapkan surga Allah. 

Dan, level ikhlas tertinggi adalah ibadah yang dilakukan hanya karena Allah. Mengharapkan ridho-Nya. Untuk level ini biasanya diraih oleh para Nabi Allah, keluarga, dan keturunanya yang mulia.

Hikmah Sikap Ikhlas Nabi Ayub

Salah satu Nabi Allah yang memiliki sikap sabar terhadap ujian Allah adalah Nabi Ayub. Ia mengalami penderitaan 18 tahun terserang kusta.

Bahkan istrinya pun lelah merawat Nabi Ayub. Hingga, Allah pun menyembuhkan penyakitnya tersebut.

Bahkan Allah memberinya kesehatan seperti sedia kala sebagai buah ikhlas dan sabarnya. 

Allah selalu berbuat sesuai sangkaan hambanya. Begitu pun Nabi Ayub yang sukses melewati ujian dari Allah dengan sikap ikhlas dan sabar hanya karena Allah.

Semoga kita pun termasuk dalam golongan orang-orang yang beramal soleh dan termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung. Ikhlas aja! Yakinlah kalau pintu rezeki itu luas. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa