Belenggu Kata dalam Perangkapku Sendiri

Tanya padaku yang jawabannya masih tersimpan di antara bintang - bintang
Bintang - bintang yang tak terlihat saat gelap
Gelap yang menutupi ruang pandang mataku yang terbatas
Mataku yang hanya dua
Quote of the day, 19 September 2019


Tulisanku di atas mungkin menggambarkan kegelisahanku atas pertanyaan yang hadir di sekelilingku. Pertanyaan yang jawabnya, mungkin tersebar di hadapanku. Terang dan jelas. Tapi, mataku telah rabun untuk mengerti. Mengenali jawaban. Seperti kemampuan binokular predator yang melemah hingga tak bisa mendeteksi buruannya. Hingga insting untuk bertahan hidupnya pun terbantahkan. Ia pun tak sanggup untuk bertahan hidup. Kecuali ia peroleh jawaban yang lain.

picture courtesy from LovePik, google

Jawaban dari masalah yang timbul dari jawaban yang kemudian melemah adalah beradaptasi dengan kondisi yang ada. Layaknya seorang aku yang berusaha untuk menulis meski dengan kemampuan diksi yang terbatas dan ruang belajar yang terlalu luas. Diksi yang membelengguku dan ruang belajar yang membebaniku. 

Mungkin kau akan tanyakan padaku kenapa diksi sanggup membelengguku dan ruang belajar jadi membebaniku? Dan, aku mungkin akan menjawab dengan jawaban yang mungkin akan kau pertanyakan lagi. Terus tanpa henti. Hingga kau pun merasa tak terpuaskan dalam lingkup diksiku yang tak akan pernah bertambah dalam ruang belajarku yang tak mungkin lebih luas dibandingkan ruang dan massa otakku sendiri.

Dan, aku pun terus terbelenggu dalam diksiku sendiri dan ruang belajar yang kau dan aku tentukan bentuk, luas dan tempatnya. Hingga aku membebaskan diriku. Terbang. Bebas. Mengatakan dalam diksi yang luasnya tak terbatas samudra, melebihi langit dan bumi. Meloncati ruang dan waktu. Abadi. Diksi yang bahkan terikat dalam ruang dan waktu.

Lalu, masihkan kau tanyakan tentang pertanyaan tulisan genre apa yang kuminati? Tulisan yang sampai hari ini pun masih jadi misteri dalam tarian huruf - huruf sampai ia kutuliskan dan kukatakan. Aku yang fakir ilmu ini pun kebingungan dan bertanya padamu maksud pertanyaanmu seperti dokter yang bingung saat ia sendiri menderita sakit.

Dokter itu pun berusaha mencari bantuan, meski ia tahu jawaban dari penyakitnya. Ia tak bisa mengobati dirinya. Seperti aku, si fakir ilmu yang baru mulai belajar membaca dan menulis. Baru berusaha menyadari pentingnya belajar membaca dan menulis setelah hidup lebih dari empat dekade. Rentang waktu yang mungkin lama dalam pandanganmu, tapi pendek dari sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang malaikat muqarrab.

Kenapa kusebut malaikat muqarrab
Karena penciptaan malaikat muqarrab itu setelah penciptaan cahaya dan ruh Muhammad dan ruh para imam maksum as. Penciptaan ruh Muhammad SAW lah yang menjadi sebab asal penciptaan semesta ini. Dan, malaikat adalah hamba setia yang usianya sangat panjang. Hal yang kuharap dari tulisanku. 

Tulisan yang hadir atas kesadaranku akan  diksiku yang makin melemah seiring lemahnya tulang dan kendurnya kulitku. Tulisan yang makin kehilangan makna jika diksiku tak kau pahami dalam ruang dan waktu yang kau punya. 

Dalam tulisanku, aku ingin kau tahu sudut pandangku yang sama seperti diksiku. Terpaku oleh tujuan, misi dan cita - citaku yang masih dangkal. Sedangkal sungai Ciliwung yang tergerus kepentingan serakah segelintir orang. Orang - orang yang terbelenggu oleh kepentingan sesaat materi. Materi yang terikat waktu. Waktu yang juga terbatas dalam putaran siang dan malam. Waktu yang kini pun jadi tua. Hingga aku ingin kau tetap jadi muda. Tetap jadi pagi dan siangku. Terperangkap dalam diksiku hingga kau ada dan hadir dalam tindakan nyata dalam raga dan jiwa. Bukan sekedar diksi atau kata tanpa arti.

Begitu pun kuberharap kau jadi dirimu. Selalu. Meski diksiku membelengguku dan dirimu. Kuharap itu seperti hijab yang membelenggu nafsuku dan dirimu. Nafsu akan keserakahan atas kenikmatan semesta yang terbelenggu waktu ini. Hingga diksiku dan diksimu menyatu bersama menuju yang paling dicintai. Awal dan alasan dari penciptaan semesta ini.

#TantanganMinggu2
#OdopBatch7
#Day10







Komentar

  1. Jadi tulisan kaka termasuk non fiksi ya??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tulisan yang ini sepertinya ya. Makasih udah mampir kk

      Hapus
  2. Balasan
    1. Eh..ntar kucek di puebi kk.. thank you udah mengingatkan^^

      Hapus
  3. Ada baiknya penggunaan kata belenggunya dikurangi kak☺ semangatt🖒💪

    BalasHapus
  4. Waah suka diksi nih, mbak? Semangaattt😉😍 keren

    BalasHapus
  5. Tulisan ini semi puisi bukan mba ? Saya membaca seperti puisi..Overall bagus kok. Semangattt ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sedikit terpengaruh dengan gaya penulisannya Kak. Terima kasih sudah mampir

      Hapus
  6. Judul yang sangat menarik. Woow belajar bikin judul ah ke Kak Yoharisna. Hihi. Selvi nantikan postingan selanjutnya ya kak hihi

    BalasHapus
  7. Cerita non fiksinya menggugah hati.
    Pemilihan kata katanya keren....

    BalasHapus
  8. Wow tulisannya keren lho. Diksinya mantap dan isinya sarat makna. Terus semangat mbak Yoha. Semoga tetap istiqomah di odop. Kelak insyaAllah bisa jadi pemateri juga nih di odop🙂

    BalasHapus
  9. Terima kasih mb Rika sayang. Semangat buat mu juga^^

    BalasHapus
  10. Bagus kak tulisannya ,membuat pembaca menerka
    Semangat terus

    BalasHapus
  11. Kalimatnya keren sekali kak. Mengalur seperti air.
    Keren

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa