Ulasan Cerpen Kendedes "Manjing" karya Luluk Fatimah Azzahra


Ulasan Cerpen | Kendedes "Manjing" karya Luluk Fatimah Azzahra

Manjing atau “anjing” dalam bahasa Bumiayu ini dapat diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai masuk ke dalam ruangan. Istiah yang digunakan penulis untuk menginterpretasikan penyakit skizofrenia Neswari, tokoh sentral dalam cerpen Kendedes “Manjing” yang berlatar sejarah Tumapel yang kelak jadi cikal bakal kerajaan Singosari.
Cerpen yang menyajikan dengan apik tentang bagaimana seorang penderita skizofrenia ini berandai-andai menjadi seorang Ken Dedes, sosok yang dicintai Tunggul Ametung yang disegani di Tumapel. Dalam alam bawah sadarnya, Neswari mendengar bisikan-bisikan yang membuatnya yakin bahwa dirinya “manjing” sebagai Ken Dedes.

"Ken Dedes sudah manjing di ragamu, Nes. Tidak ada yang bisa menyingkirkanmu," sebuah suara, bernada berat menimpali.

Bisikan-bisikan di telinga Neswari ini merupakan ciri khas dari seorang penderita Skizofrenia yang biasa orang sebut sebagai orang gila. Penyakit kejiwaan yang dialami oleh Neswari ini berlangsung lama dan tanpa penanganan, karena ia tidak dirawat di RSJ. Neswari juga hanya tinggal sendiri di rumahnya.

Sepertinya dua petugas keamanan itu tidak perlu lagi mendengarkan ocehan Neswari, perempuan pengidap Skezofrenia yang hidup sebatang kara itu. Yang selalu merasa dirinya adalah titisan Ken Dedes.

Penulis yang juga seorang ibu ini menceritakan dengan baik dalam pengamatannya tentang penderita Skizofrenia dan menggabungkannya dengan sejarah Tumapel. Tentang skandal cinta bagaimana seorang Ken Dedes yang cantik jelita bisa diperebutkan oleh Ken Arok, dan bagaimana Neswari ingin dirinya dikenal, dan dikenang dengan merubah sejarah dalam alam pikirannya.

Matanya yang semula terpejam terbuka sedikit. "Bukankah bisa saja sejarah keliru menerjemahkan kisah?"
"Kau seperti tidak puas dengan perjalanan takdir Ken Dedes, Nes? Ada apa?" suara berat itu menegurnya.
"Bukan tidak puas. Aku hanya ingin meluruskan sejarah yang terlanjur melenceng,"

Dalam alam halusinasinya, Neswari membayangkan dirinya begitu dicintai oleh Adipati Tunggul Ametung, hingga ia diculik dari padepokannya ayahya, Begawan Purwa.

Kekacauan cara berpikir Neswari dan perubahan prilakunya juga tergambar dalam sikapnya yang menyimpang.

"Konspirasi macam apa lagi ini? Bukankah hanya aku yang pantas menjadi sosok Ken Dedes dan duduk anggun di kursi kereta kencana yang akan kalian kirab berkeliling desa?" Neswari mulai meronta-ronta. Mencoba melepaskan diri dari ikatan.
"Astaga! Dia sudah menyiapkan pisau pula!" salah satu dari laki-laki itu merampas sebuah pisau dari balik kutang Neswari.

"Dengar! Soal dua perempuan malang itu---Srinem dan Kartini, aku mengakui. Baru dua orang itu saja yang kulukai. Belum tujuh turunan seperti yang tercatat dalam buku sejarah!"

Penulis dapat menceritakan dengan gaya bahasa yang mudah dipahami bahwa seorang penderita skizofrenia memang memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan yang berbahaya di luar kesadarannya. Selain pengetahuannya mengenai sejarah Tumapel.

Bahasa yang digunakan dalam cerpen ini pun mengalir, membuatku terkesima saat membaca ending ceritanya yang di luar perkiraanku. Pergulatan yang kupahami awalnya, adalah konflik emosi orang yang kesurupan roh. Aku tidak menyangka kalau cerita ini berakhir di RSJ, dan tokoh yang kupikir normal ternyata seorang penderita skizofrenia. Aku mengaggumi cerita dengan latar sejarah yang penulis ramu dengan imajinasi yang mengagumkan.

Meskipun aku tak selalu setuju dengan anggapan bahwa seorang skizofrenia itu harus berakhir di RSJ. Aku banyak membaca penderita skizofrenia yang bisa hidup normal dengan masyarakat, dapat memberi kontribusi pada sekitarnya. Sebut saja nama Vincent van Gogh (pelukis), Camille Claudel (pematung), Syd Barret (rocker), Vaslay Nijinsky (pebalet), Auduard Einsten (ilmuwan), dan masih banyak lagi. Mereka membuktikan bahwa seorang penderita shizofrenia pun bisa hidup bermanfaat dengan kasih sayang keluarga dan perhatian dari masyarakat.

Bandarlampung, 10 Desember 2019

Komentar

  1. Barangkali aku juga seorang yang termaktub di cerita tersebut.

    Semangat menulis KAkaaKkk.... luph u...

    BalasHapus
  2. Shizofrenia kadang membuat penderita terlihat jenius krn sikap diamnya tapi mampu bertindak ektrem.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kupikir semua orang pun jika terlalu diam (memendam rasa) akan jadi berbahaya, mbak.. Saat meledak bisa tak terkontrol (pernah lihat filmnya)..

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa