Tips Mengatasi Siswa SMK yang Dianggap Nakal
3 Tips Mengatasi Siswa SMK yang Dianggap Nakal
peserta lomba Paduan suara SMK BLK Bandar Lampung
Saat dengar kata anak SMK, pasti kamu akan ingat dengan stigma negatif
seperti; nakal, suka berantem, biang onar, tawuran dan lain - lain. Hingga,
beberapa orang tua enggan menyekolahkan anak mereka ke SMK. Menganggap bahwa
SMK adalah sekolah sisa yang diperuntukkan bagi anak - anak yang tidak bisa
diterima di SMA. Anggapan yang sepenuhnya terbantahkan dengan banyaknya
prestasi yang dihasilkan oleh anak - anak SMK yang dianggap nakal. Prestasi
yang dihasilkan berkat berbagai trik dan tips yang dilakukan oleh seluruh
perangkat sekolah SMK, dari kepala sekolah, guru, wali murid, dan masyarakat
yang ada di lingkungan sekolah.
3 Tips yang bisa dilakukan untuk
mengatasi siswa SMK yang dianggap nakal adalah
1. Memberi perhatian atas
masalah siswa
Tak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar siswa SMK merupakan anak - anak
yang berasal dari keluaga menengah ke bawah yang kompleks dengan masalah sosial
dan ekonomi. Masalah yang menyebabkan siswa – siswa tersebut sulit untuk
kosentrasi dengan pelajaran sekolahnya. Bahkan bisa dibilang satu dari sepuluh
siswa berasal dari keluarga broken home. Hal yang membuat siswa tersebut jadi
suka buat masalah di kelas, karena cari perhatian dari guru dan teman –
temannya. Perhatian yang tidak ia dapatkan di rumah.
Sekarang ini pun, seorang siswa didikku, Eli tidak masuk sekolah karena
ia harus pulang ke rumah ibunya di Way Kanan. Padahal ibunya yang seorang TKW,
sekarang sedang ada di Taiwan. Ayah dan
ibunya sudah lama cerai, dan ayahnya sudah menikah lagi. Dan, Eli tak begitu
akur dengan ibu tirinya. Hingga, Eli pulang kampung ke Way Kanan. Aku sekarang
belum tahu gimana cara membantu Eli supaya bisa sekolah lagi. So, aku akan
diskusi dengan teman – teman guru, BK, waka kesiswaan dan kepsek untuk membantu
Eli.
Jujur sih, kasus seperti ini bukan yang pertama selama sepuluh tahun
karirku sebagai seorang guru SMK swasta yang notabene kompleks dengan kasus
anak – anak yang katanya ‘nakal’. Hal yang kuyakini pun sebagai skeptisme
masyarakat karena kompleksnya dinamika pola pengasuhan anak sejak dini. Pola
yang menganggap anak yang dinamis dan berbeda sebagai ‘nakal’ dibanding
kreatif. Masalah yang utama dari pola pengasuhan dan pendidikan ini kupikir
dari cara pandang yang salah dari cara memberi perhatian pada siswa/anak. Anak
yang seharusnya diperhatikan dengan pemenuhan kebutuhannya, bukan keinginannya.
Memberikan perhatian pada siswa dengan adil, sesuai keunikannya. Anak yang
lebih aktif secara motorik akan diberikan tugas atau kegiatan olah
raga/silat/taekwondo dan anak yang lebih
kalem akan diikutkan dibidang Rohis atau OSIS.
So, memberi perhatian pada siswa dengan cara yang tepat dapat membantu
siswa lebih berprestasi di sekolah.
2. Menghukum siswa secara edukatif religious
Riska, siswi SMK pemenang medali taekwondo
Menurutku, anak – anak sebenarnya tidak ada yang bodoh atau nakal. Yang
ada adalah guru atau orang tua yang belum tahu cara mendidik anak – anak tersebut.
Bisa jadi hal tersebut disebabkan guru atau orang tua tersebut merupakan produk
dari pola ‘ignorance’ tersebut. So,
pola edukatif yang lebih religious merupakan jawaban yang paling ampuh bagi
masalah ini. Bukankah semua masalah itu kita kembalikan pada agama ? Bukankah semua jawaban itu dapat
kita peroleh dari pemahaman yang baik tentang agama ?
Baiklah, akan kuceritakan sedikit pengalamanku tentang ini. Pernah
beberapa tahun lalu, aku menangkap basah tiga anak merokok di sekolah. Mereka
kuhukum baca shalawat dan istiqfar 50 kali, dan membersihkan toilet sekolah.
Hasilnya, saat aku lewat kelas mereka, anak – anak itu langsung shalawatan di
kelas. Sungguh menghangatkan mendengar suara anak – anak tersebut. Aku berdoa
kebaikan selalu tercurah pada mereka.
Oya, saat aku bertemu mereka lagi, salah satu dari mereka ada yang jadi
pengusaha sayur, mainan dan bengkel. Alhamdulillah, anak – anak tersebut bisa
hidup mandiri.
3. Mendidik dengan cinta
penyuluhan kesehatan di lapangan yang diikuti siswa/siswi SMK
Rasa cinta merupakan perasaan kuat yang dapat membantu seorang guru
mengajar dengan bahagia. Seperti apa pun keadaan siswa yang diajarkan, selelah
apa pun, cinta dapat membuat guru dapat mengajar dengan senyum. Insyaallah,
siswa dapat memperoleh ilmu demi kehidupan yang lebih baik. Mengamalkannya di
kehidupannya. Berprestasi di bidangnya masing – masing.
September 2, 2019
nice. nanti dicoba sewaktu mengajar di kelas. 🌷
BalasHapus