Rumi's Poetry : Excuse my Wandering, Sebuah Pencarian Diri


Why should I seek more?
Kenapa aku harus mencari lebih? 
I am the same as he.

Wujudku sama dengannya.
His essence speaks through me.
Essensi keberadaannya bicara melalui diriku.

I have been looking for myself.

Aku telah mencari - cari diriku.
(Rumi's book page xxiii

Puisi Rumi yang sarat makna membumikan pertanyaan yang mempertanyakan tentang eksistensi diri. Pencarian yang seirama dengan putaran syahdu tarian sufi. Berputar pada satu sumbu. Pencarian yang seolah jauh, tapi berpusat pada diri sendiri. Rumi sebagai penyair klasik (1207 - 1273) kelahiran Persia ini erat dengan versi cinta yang memabukkan. Cinta yang menjadi essensi diri yang sumbunya adalah cinta itu sendiri. Cinta yang bersemayam di hati. Cinta pada yang hakiki. Allah.

Dalam pemahaman sufi, hati adalah pemahaman realitas kemanusiaan. Pemahaman realitas kemanusiaan adalah ketiadaan, ketidakberadaan, dan kita menghabiskan hampir seluruh hidup kita untuk mendobrak kebebasan diri, mengembalikan asal keberadaan kita. Membebaskan keterikatan atas nafsu  dan keinginan sampai ke akar diri, core self. Kembali murni. Hingga sampai ke keadaan tidur  tanpa mimpi, melepaskan semua keterikatan atas yang tak bermakna.

Jalaludin Rumi's picture, picture source pinterest.com


Pencarian atas diri yang terus menerus membawa manusia pada kebingungan. Seolah yang dilakukann tanpa henti untuk mencari jati diri adalah suatu kesia-siaan. Ketiadaan. Bentuk pemikiran yang membingungkan bagi orang awam, dan menenangkan bagi yang terus mencari. Bukankan seorang pecinta adalah yang terus kebingungan mencari, berjalan terus, bergerak menuju yang paling ia cintai. 

Ketertarikan Rumi akan pencarian, menurutku merupakan wujud essensi pemikiran seorang sufi yang umumnya tenggelam dalam lautan cinta. Mabuk dalam pencarian. Okey, untuk menggali rasa yang terkandung dari puisi Rumi ini, aku akan ulas satu puisi yang menurutku cukup menarik dengan bahasa sederhana, tapi mengandung arti yang dalam

Excuse my wandering

How can one be orderly with this ?
It's like counting leaves in a garden

along with  the song notes of partridges, and crows.
Sometimes organization and computation become absurd.
Rumi, the book of love page 3


Marilah kita pahami secara literal puisi Rumi 'Excuse my Wandering'

Kalau kita pahami secara literal, judul puisi ini 'Excuse my wandering' akan membawa kita pada suatu perjalanan panjang pencarian dan harapannya akan pemahaman sekitarnya atas pencarian ini. Rumi di sini menyadari betapa sulitnya orang awam untuk mengerti dalamnya kata - kata. Arti yang menyelimuti yang hadir dari kegelisahan sang Sufi akan keadaan dirinya sebagai efek kecemasan. Hal yang tak bisa dihindari selama seseorang masih bernapas. Seorang sufi menyadari perputaran rasa cemas, takut, marah dan khawatir yang memutari kehidupan manusia. Kegelisahan atas perputaran tanpa henti dari rasa yang mengikat manusia itu menyebabkan seorang Rumi berhadap dapat menemukan core dirinya. Pencarian yang terus dilakukan tanpa lelah. 

Sedang bait pertama 'How can one be orderly with this? (Bagaimana seseorang dapat secara teratur memahaminya?) Bukankah keteraturan itu wujud ketenangan. Sedang para pecinta adalah wujud kegelisahan. Jiwa yang terus menari dalam kecemasan. Berputar dengan kepanikan akan  pencarian yang tak bertepi. Berharap akan menemui semata yang dicinta. Sementara yang dicinta pun belum kunjung menemui. Kegelisahan atas ketidak tahuan yang menggelayuti. Tanya yang terus merayapi jiwa yang mencari.

Kegelisahan Rumi juga terefleksi pada bait syair line ke 2, It's like counting leaves in a garden. Bagai menghitung daun di taman. Bagaimana seseorang menghitung dedaunan di taman yang penuh dengan rimbunnya pepohonan. Usaha keras yang perlu dilakukan sebagai bentuk pencarian jawaban dari pertanyaan - pertanyaan yang hadir dari kecemasan, khawatir dan ketakutan atas kehilangan diri. 'along with the song notes of partridges and crows'  (bersama nyanyian burung partridge dan gagak) Kehilangan akan nyanyian kebahagiaan atas pengetahuan atas kehidupan yang diwakili oleh partrige (sejenis burung puyuh) dan kematian yang diwakili oleh gagak. Sungguh, kehidupan dan kematian adalah hal yang saling mengikuti. Tak terpisahkan. Sementara pengetahuan atasnya akan membawa ketenangan. Sementara ketidaktahuan akan membawa kecemasan, kekhawatiran dan keputus-asaan. Sayangnya, pengetahuan atas kehidupan dan kematian hanya sebatas permukaan saja. Pengetahuan atasnya masih menimbulkan pertanyaan yang tak akan pernah berhenti. Pengetahuan atas kehidupan dan kematian adalah misteri yang seorang pencari, pecinta, dan pengelana. Tak ada pemuas bagi sang pengelana untuk melangkah kecuali mendapatkan seluruh jawaban atas semua pertanyaan.

Lalu, aku tertumbuk pada bait puisi Rumi yang lain, yang menurutku berkaitan dengan puisi 'Excuse my Wandering'  ini, 

                                                                Why should I seek more?
Kenapa aku harus mencari lebih? 
I am the same as he.

Wujudku sama dengannya.

Bahwa seluruh pencarian itu, jawabnya ada pada diri manusia. Semua orang sebenarnya memiliki semua jawaban atas pertanyaan yang ia miliki. Nah, masalahnya adalah tidak semua orang mampu menemukan jawaban atas pertanyaan yang ia miliki, karena jawaban itu hanya dapat dipahami dan dijelaskan oleh orang yang berusaha untuk belajar. Terus mencari jawaban dengan terus berkutat dengan pencarian. Tidak membiarkan diri dalam kecemasan, ketakutan dan kekhawatiran berlarut - larut. Keyakinan bahwa I am the same as he.(Wujudku sama dengannya) membangunkan harapan manusia atas keberhasilan dari pencarian ini, karena wujud pertanyaan dan jawaban adalah sama. Pemahan ini juga yang kadang membawa seorang pencari kandas dalam pencarian dan tersesat dalam drinya. Menjadi terlalu percaya diri dan menganggap bahwa jawaban yang ia peroleh telah jadi akhir dari pertanyaan yang timbul. Menghambakan diri dengan jawaban yang ia dapatkan. 

Bandar Lampung, 10 September 2019








Komentar

  1. aku mungkin memang seorang pecinta yang gelisah dan kebingungan dalam pencarian. Haruskah aku mencari yang lebih? Sedang kau juga sama seperti yang lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Putaran yg sumbunya diri sendiri. Jd bagaimanakah mencari suluh? Antara kebingungan pencarian ini?

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa