PPG. Sebuah Moment Meniti Asa Guru

PPG. Sebuah Moment Meniti Asa Guru

by Yoharisna


Squad PPGDJ Bahasa Inggris tahap 1 2018. Gambar tengah mam Flo, salah satu dosen favoritku.

Mendengar kata guru, pasti kamu akan inget belajar, sekolah dan buku. Yups, guru emang nggak lepas dari 3 hal itu. Selain kata seragam, upacara  di hari Senin, perangkat pembelajaran dan yang paling penting sertifikasi guru. Gimana nggak, tunjangan sertifikasi guru ini dapat meningkatkan kesejahteraan guru. Tujuannya tentu saja untuk meningkatkan kinerja guru di sekolah.

Okey, sekarang akan ku ceritakan pengalamanku menjalani proses mendapatkan tunjangan sertifikasi yang disebut PPG. Dulu sih, disebut PLPG. Yah, apa pun namanya tujuannya tetap sama, yaitu meningkatkan kualitas guru di sekolah.

Bagi guru honor swasta seperti aku, proses yang panjang sampai lulus PPG ini bagai romantika hidup. Penuh asam garam. Tak akan kulupa. 

Proses awal menempuh PPG 
  1.  Mengikuti UKG dan memenuhi standar nilai lulus UKG
  2. Setelah lulus kita melengkapi proses pemberkasan PPG

Setelah melalui proses pemberkasan, PPG kita akan menjalani
  1.  Daring selama 3 bulan (tahap 1 2018) 
  2. Tatap muka yang disebut workshop selama 5 minggu di Universitas yang ditunjuk. Alhamdulillah, aku dapat di Unila (Universitas Lampung) yang jaraknya dekat rumah. Beberapa teman dapat di luar Lampung, seperti di Unsri, UNJ, USU, dan lain - lain.
  3.  Test UP (ujian Profesional), test yang mengukur standar kemampuan guru.
  4. Test UKin atau Uji Kinerja yang dilakukan di sekolah yang ditunjuk. Ini sama dengan mikro teaching. Ya, kita dinilai bagaimana cara kita mengajar di kelas. 

Aku sendiri dapat di SMAN 1 Metro. Bersama beberapa teman guru lain. So, kami menginap di rumah Mb Tisna, teman sekelas PPG yang tinggal di Metro. Masya Allah, keluarga mb Tisna begitu baik pada kami. Sampai hari ini pun aku masih teringat pada kebaikan mereka.

Oya, kelulusan PPG ini diambil diari nilai UP dan UKin. Nilai daring dan workshop untuk prasyarat saja.

Anyway, rasa selama menjalani PPG ini gado - gado. Bikin aku tertawa sendiri mengingatnya. Hatiku pun kadang bergetar karena kenangan yang mengesankan ini.

Baiklah, agar nggak penasaran dengan rasanya yang mantul, akan kuceritakan sejak awal ya..

Pra PPG

Kamu tahu, bahkan sebelum PPG pun aku punya cerita tak terlupakan. Yups, tepat malam menjelang hari test UKG adalah hari peringatan 3 hari adikku, Yogis yang meninggal karena sakit. Well, aku dan keluargaku masih merasa berduka sampai hari ini. Aku juga sempat nunggu adikku di RS sambil belajar dan minta doanya supaya lulus. Alhamdulillah doanya terkabul.

Lalu, aku dan enam temanku di sekolah yang dinyatakan lulus bersama - sama mengurus berkas. 
  1. Aku masih ingat berkas - berkas yang harus dikumpul 
  2. SK Yayasan berurut sejak awal mengajar
  3. SK mengajar dari sekolah
  4. SKCK dari kepolisian. 
  5. Surat keterangan bebas narkoba.

Nah, untuk surat ini kami ngurus di 3 tempat, yaitu : BNN di teluk Betung dengan biaya Rp. !50.000,00 (Lucky us, our boss' daughter kerja di situ So, we were free ), UPTD Balai Laboratorium Kesehatan dengan biaya Rp 140.000,00 di deket SMAN 9 Bandar Lampung dan RSU Abdoel Moeloek di Bandar Lampung dengan biaya Rp. 50.000,00. Kebayang kan, ribetnya. Ditambah aku yang baru bisa bawa motor. Untungnya, surat - surat tersebut memenuhi syarat. Alhamdulillah.

You know, saat ngurus berkas ini benar - benar gupek hingga aku pun bersiap untuk tahap selanjutnya. Daring selama 3 bulan. Daring PPG tahap 1 2018 ini aku dan Sutrisno yang ikut. Sementara, Lia dan Nur ikut tahap 2 2018. Dan, Supriyadi, Luluk, dan Hermawan di tahap 2 2019.

Daring tahap 1 2018 dimulai saat bulan Ramadhan. Wah, aku hanya bisa geleng - geleng kepala mengingat betapa aku hanya sibuk di depan laptop sementara yang lain sibuk menyiapkan untuk lebaran. Dan, saat lebaran pun aku lebih banyak duduk manis depan laptop. Kalau pun pergi silaturahmi, aku selalu gelisah. Ingin cepat pulang untuk menyelesaikan tugas daring.

Dan, lebaran 2018 itu kan aku mudik ke Bekasi, Cibulan, Kuningan dan balik lagi ke Bekasi. So, aku sering telat kumpul tugas karena kendala sinyal. Maklum, Cibulan kan pegunungan. Dan, aku pun dengan gigih mengerjakan tugas di bis. Aku dan keluargaku menghabiskan waktu hampir 2 minggu di perjalanan. Silaturahmi gitu. Mondar - mandir Bekasi - Kuningan naik bis. Bawa ransel dan perbekalan lain. Mirip backpacker gitu. Bukan begpacker lho.

Selama di Cibulan, aku pun hanya berkutat dengan notebook adikku. Kata adikku, aku hanya pindah tempat saja. Saat itu aku hanya mesem. Sebenarnya sih, nggak enak. Keluargaku udah lebih dari 20 tahun nggak ketemu, tapi aku dateng kok malah sibuk sendiri. Untungnya, keluarga di Cibulan mengerti. Ya, namanya keluarga. Bagaimana pun kita, mereka pasti mengerti. Alhamdulillah.

Jujur sih, awalnya sih aku mau nya nggak ikut ke Cibulan, tapi ibu, adik dan kakak melotot. So, aku ikut. 

Ok, lanjut..

Setelah lulus daring, aku ikut workshop. You know, workshop itu hari Senin, dan Jumat sebelumnya adikku menikah. So, aku datang hari pertama bawa bolu hajatan adikku. Well, kupikir - pikir selalu ada moment pengingat sebelum moment selanjutnya. Lucky me.

Nah, perjalanan workshop selama 5 minggu ini pun begitu berkesan. Aku bertemu dengan banyak teman seperjuangan. Mb Sari yang baik, yang bahkan memberiku uang lima ratus ribu di pertemuan ke dua kami. Mb Maya yang meminjami aku notebook, karena laptopku error. Mb Tisna yang menjamu saat UKin, Melati yang pintar dan membantuku mengerjakan tugas. Dan, semua nya begitu supportive demi kelulusan bersama. Oya, kami sekelas ada 29 orang. Seharusnya 30 orang. Mundur satu karena program hamil.

Selama proses workshop begitu banyak cerita yang mewarnai proses pembelajaran kami. Para instruktur dan dosen yang berasal dari Unila berusaha membimbing kami dengan baik. Sebenarnya yang paling killer saat daring, yaitu Prof. Patuan Raja ikut menjadi salah satu dosen PPG kami. Tapi, beliau sibuk. Jadi tugas diserahkan pada dosen lain. Alhamdulillah.

Selama proses belajar itu, aku mengenal dosen - dosen hebat dan luar biasa. Prof. Bambang, Prof. Ujang , Mr Dedi, dan lain - lain. Mereka mengajarkan bahwa point utama tujuan pembelajaran adalah peserta didik dapat memahami dan mengaplikasikan ilmunya di masyarakat dengan cara yang terbaik dan menyenangkan.

Jujur sih, aku begitu terkesan dengan Prof. Bambang. Perjalanan hidupnya menginspirasiku. 

Pointnya sih, gaes..

PPG merupakan sebuah proses panjang sebuah perjalanan seorang guru untuk terus belajar meningkatkan kualitas diri, baik skill pedagogik, sosial, dan profesionalnya. Tujuannya agar guru dapat jadi role model terbaik bagi peserta didiknya demi menciptakan generasi yang bermartabat.

Bandar Lampung, 7 September 2019




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa