Kesenian Hadroh, Sebuah Proses Mengenal Cinta

Pagi itu sebagaimana hari di musim September yang masih kemarau,  langit terlihat cerah. Tak ada awan. Tanah Sukarame di mana sekolah tempatku mengajar pun terasa kering. Tak basah. Hingga terlihat debu - debu tipis yang tertiup angin. Beberapa siswi terlihat memakai masker untuk melindungi hidungnya dari debu. Anak - anak Osis dan Rohis sibuk mengatur properti acara. Mereka lalu lalang mempersiapkan acara peringatan Muharam 1441. Acara besar keagamaan umat Islam yang diadakan dalam kesederhanaan.

shalawat clip art -Royalty free Gograph, google courtesy

Alunan shalawatan yang lembut terdengar memenuhi gendang telingaku. Aku tersenyum melihat anak - anak hadroh yang asyik latihan di depan mushola. Sejenak aku pun termangu di depan mushola sekolah. Menikmati syair dan seni hadroh yang menyentuh. Kiranya seni yang indah dapat menggerakkan hati semua orang.

Lalu, kuperhatikan sekelilingku dengan baik. Sambil memperhatikan diriku sendiri. Banyak yang berubah sejak awal aku mulai mengajar di sekolah ini. Dulu, awal masuk di tahun 2009, boro - boro ada eskul hadroh. Anak - anak masuk sekolah pun, kami sebagai guru sudah sangat bersyukur. Dulu kelas bisa hanya tersisa tiga siswa dari 32 siswa yang terdata. Mereka absen dengan berbagai alasan. Anehnya, saat ujian mereka bisa hadir secara utuh. Lebih anehnya lagi, mereka bisa naik kelas dan lulus dengan baik. Bahkan sebagian besar dari mereka dapat kerja atau punya usaha sendiri setelah lulus. Berbagai pertanyaan mungkin muncul di benakmu. Kenapa itu terjadi? Kenapa anak - anak tersebut bisa naik kelas dan lulus dengan nilai yang pasti nya belum mencukupi karena absensi yang tinggi. Well, pertanyaan yang jawabannya kompleks. Dan, aku hanya bisa berikan gambaran kenapa itu terjadi.

1. Sekolah swasta masih butuh siswa.
Dengan menjamurnya sekolah swasta menjadikan persaingan menjaring siswa terjadi dengan ketat. Belum lagi sekolah negeri yang menambah kuota peserta didiknya. Hal ini menjadi dilema bagi sekolah swasta seperti sekolah kami dalam terus berusaha eksis. So, sekolah akan berat menindak atau mengembalikan siswa kecuali terjadi pelanggaran berat. Efeknya, anak - anak kurang menganggap penting hadir di kelas setiap hari. Mereka ada yang beralasan malas, kerja atau keperluan lain.

2. Anggapan siswa bahwa kami sekolah kan bayar.
Tren anak - anak sekolah kami saat itu adalah anggapan mereka bayar. So, it's okey untuk melakukan apa pun. Dan sebagai guru biasa, kami tak bisa berbuat apa - apa. Hanya bisa terus menasehati. Kami sadar bahwa siswa adalah 'darah' keberlangsungan sekolah kami. Kami terus berdoa supaya anak-anak sadar tentang pentingnya sekolah. Doa yang kami barengi dengan usaha yang berkelanjutan dan terstruktur. Menelpon wali murid, mengunjungi rumahnya, memanggil wali ke sekolah, mempertemukan wali dan anaknya pada BK, Waka Kesiswaan dan Kepala Sekolah. Pekerjaan rutin dan menguras tenaga, selain beban ngajar kami yang rata - rata di atas 30 jam per minggu. Aku sih rata - rata dapat 36 jam per semester. Baru semester ganjil 2019 ini aki dapet 27 jam. Lucky me.
Sebenarnya masalah kompleks siswa yang kami hadapi tersebut berasal dari masalah keluarga. Sebagian besar anak - anak di sekolah kami adalah keluarga broken home. Ada yang ikut ibu atau ikut ayah. Bahkan ada yang kos sendiri karena ayah dan ibu kerja di luar Lampung. Anak - anak ini di kosan pun sebenarnya sudah dititipkan pada bu kos/pak kos. Tapi ya namanya anak - udah, sudah dibangunin subuh. Trus, tidur lagi. Akibatnya kesiangan dan malas ke sekolah. Takut dihukum.

Melihat fenomana itu saja, membuatku merasa prihatin. Jangankan perhatian rohani/spiritual, perhatian secara jasad pun anak - anak ini kurang. Hingga terciptalah anak - anak yang dicap trouble maker. Nakal. Sebutan yang jadi stereotype mengingat anak - anak ini tidak seburuk yang disangka orang. Mereka hanya haus perhatian. Haus kasih sayang dan cinta.

Masalah utamanya orang tua pun sibuk dengan urusannya masing - masing. Sibuk mencari uang di luar rumah agar anak - anaknya bisa makan dan sekolah dengan layak. Kesibukan orang tua yang akhirnya membuat anak - anak kehilangan figure role model di rumah.

Pembentukan karakter yang idealnya dimulai dari rumah melalui pengenalan akan rasa cinta pada Allah dan Rasul - Nya lewat pendidikan agama memang merupakan kebutuhan mutlak bagi semua keluarga. Kecintaan yang ditumbuhkan dengan memperkenalkan pembelajaran spiritual seperti mengaji, shalawatan, mengkaji kitab dan buku serta berdiskusi tentang masalah sosial spiritual bersama anak sejak dini.

Dan, hatiku bahagia. Sejak tiga tahun ini anak - anak mulai tumbuh minatnya terhadap kesenian hadroh. Kesenian yang timbul dari wujud rasa cinta pada Allah dan Rasul-Nya. Cinta yang tumbuh dalam dada ini dapat mencegah perbuatan yang tidak baik. Membakar dosa.

Hadroh ini juga berisi syair pujian pada Allah dan Rasul yang mengagungkan kebesaran cinta. Syair - syair indah yang menggugah jiwa. Menenangkan hati. Mengendalikan nafsu yang tak terkendali.

Syair yang menggugah hati, seperti syair Qamarun ini dapat membuat hati bahagia.

Qammarun Qamarun Qamarun Sindan Nabi Qamarun
Wajamil Wajamil Wajamil Sidnan Nabi Wajamil

Wkafful Mustafa Kalwardi Nadi

Wa itruhahyabqa Iza Massat ayadi

Wkafful Mustafa Kalwardi Nadi ALlah Allah

Wa Itruhahyabqa Massat ayadi ALlah Allah

Waamma nawaluha Kullal Ibadi

Waamma nawaluha Kullal Ibadi
Waamma nawaluha Kullal Ibadi
Waamma nawaluha Kullal Ibadi

Habibullahiya khoiro Baro aa

Qamarun Qamarun Sindan Nabi Qamarun
Wajamil Wajamil Wajamil Sidnan Nabi Wajamil

Walazillulahu Bal Kananura ALlah Allah
Tanalash Syamsaminhu wal budura ALlah Allah
Walazillulahu Bal Kananura ALlah Allah
Tanalash Syamsaminhu wal budura ALlah Allah

Walam yakunil huda laula zuhura
Walam yakunil huda laula zuhura
wakullulkauni anaruhinuriqoha

Qamarun Qamarun Qamarun Sidnan Nabi Qamarun
Wajamil Wajamil Wajamil Sidnan Nabi Wajamil

Proses mengenal cinta pun bisa dilakukan dengan cara yang paling menyenangkan seperti kesenian hadroh. Dan, anak - anak dapat mengekspresikan dirinya dalam nilai - nilai positif dengan bershalawat. Menyebut nama Allah dan Rasul-Nya. Memohn pertolongan Allah atas segala kesulitan dan merubahnya jadi kelapangan. Semoga proses mengenal cinta melahirkan generasi yang cinta pada agama, negara dan bangsanya. Aamiin.

Coretan menjelang siang
Bandar Lampung, 9 September 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa