Cinta Ini pun Membunuhku

Membuatku tertawa 
Cinta itu pun
Menangis dalam hujan
Membunuh saat asa mati
Noted on the sand by Yoharisna

gambar courtesy from clip a rt panda


Tak ada yang ingin jatuh. Merasakan sakit. Lalu, mati. Sedangkan kesadaran akan kematian sendiri bukankah suatu keniscayaan? Suatu yang pasti. 'Bagai kuda yang berlari kencang' kata Khalil Gibran. 

Lalu, kenapa banyak orang yang memilih untuk jatuh cinta, atau bahagia karena jatuh cinta. Meski fall for love dan out of love pun belum tentu suatu pilihan. Sayangnya, rasa itu datang dan (mungkin) pergi begitu saja.

Okey, aku tahu. Nggak semua orang setuju atau pernah mengalami jatuh cinta. Banyak yang bilang hidup pun bisa terus berjalan tanpa 'cinta' yang menggebu. Yang penting saling menyadari dan memahami. Rasa sayang akan tumbuh bersama waktu. Well, itu yang namanya jatuh cinta by process.   Witing trisno jalaran seko kulino. Cinta yang datang dengan kebersamaan dan saling mengenal.

Cinta itu pun sebuah misteri Illahi. Tak ada yang bisa mengerti. Tak ada yang bisa memahami. Kita hanya berusaha untuk terus belajar menyelami kedalamannya. Sambil berharap tidak tenggelam dalam prosesnya. Tenggelam dalam cinta hingga tak sanggup membedakan yang benar dan salah. Hingga tersebutlah kata cinta buta. Gila cinta. Mabuk cinta. Tergila - gila.

Cinta, konon dapat membuat seseorang mampu melakukan segalanya. Membunuh harga dirinya. Kehilangan jati diri. Meninggalkan nuraninya. Mati.

Pertanyaan yang menghantuiku pun datang. Jika cinta itu menghancurkan eksistensi keberadaan seseorang, untuk apa ia hadir? Bukankah cinta itu seharusnya membahagiakan, mendamaikan dan mencerahkan? Karena cinta itu pun seharusnya sebuah cahaya dalam kegelapan.  Asa dalam keputusasaan. 

Pertanyaan yang membuncah dadaku ini pun membuatku berpikir lagi. Mengkatalogkan jenis, rasa, dan tujuan dari cinta yang kulihat dan kupahami dari sekitarku.

Pemahaman atas cinta sedalam yang bisa kita mampu, harapannya dapat menjadi suluh memilih cinta apa yang bisa kita pilih atau yang kita jalani. Mengenal diri kita lebih baik dengan lebh mengenal cinta.

Okey gaes, inilah jenis - jenis cinta yang kupahami

  1. Jenis cinta ala Romeo and Juliete aka Laila Majenun aka Ismene and Haimon (Antigone) menggambarkan tentang cinta romantis yang terfokus pada personal. Tenggelam dalam gelombang rasa yang berakhir tragis. Kematian. Kehadiran cinta ini kalau dalam versi Antigone, menimbulkan rasa penyesalan yang dalam. Penyesalan yang Creon (ayah Haimon)  rasakan karena kematian istrinya. Istrinya yang mati bunuh diri karena kematian Haimon yang bunuh diri karena kematian Ismene. Ismene yang meninggal bunuh diri di gua pengasingan karena membela kakaknya yang mati, Polyneices.  Polyneices terbunuh oleh kakaknya sendiri, Oteocles. Kematian tragis atas nama cinta, kekuasaan dan keserakahan.
  2. Jenis cinta ala Yuri dalam Dr Zhivago. Cinta yang penuh realita. Meski tragis karena berlatar Perang Dunia I. Latar belakang cinta Yura membawanya pada cerita cinta yang kompleks. Awal pernikahannya dengan Tonya yang rumit membawanya berkelana dengan memasuki dunia militer. Kehidupan yang berat sebagai tentara membawanya pada cinta yang lain. Berusaha menghindar, Yura akhirnya menyerah pada cintanya, Lara. Meski pada akhirnya menemukan cinta yang lain, Marina.
  3. Cinta ala Amara dan Frans Mohede (pasangan beda agama). Cinta yang awet meski beda agama. Mereka masih telihat bahagia hingga hari ini. Kisah ini sih, cerita modern yang dapat diakses medsos. Penuh photo dan narasi.
  4. Cinta ala Kama Radheya (Muntilan) dan Polly Alexandria Robinson (Inggris), pasangan beda  negara. Cinta yang tetap menyatukan.
  5. Cinta abadi terbaik ala Nabi Muhammad dan Siti Khadijah. Cinta yang jadi teladan sepanjang jaman. Cinta yang penuh pengorbanan atas nama Allah. Kisah cinta yang satu ini sih tak ada bandingnya. Role model sepanjang jaman. Kisah cinta ini membunuh segala bentuk keegoisan, cinta diri dan ria. Tak ada unsur paksa dalam cinta ala Rasul. Semua dilakukan ikhlas. Semata karena Allah. So, cerita ini tetap hadir meski telah berlalu 15 abad lamanya.

Rasa cinta 

  1. Instant love. Mudah datang dan pergi. Rasanya panas dan menggebu. Seperti api membara yang membakar kayu.
  2. Eternal love. Rasanya damai. Menenangkan. 
  3. Temporary love. Rasa gado - gado. Seperti orang pacaran. 
Tujuan Cinta
  1. Harta. Keinginan mencintai yang didasari karena keinginan merubah kehidupan agar lebih baik Tak ada yang salah sih. Asalkan tak ada pengulangan kisah 'Siti Nurbaya' modern. 
  2. Kekuasaan. Cinta ini mungkin mirip dengan versi tujuan cinta ala Ken Arok dan Kendedes dalam versi cerita roman sejarah Majapahit.
  3. Hubungan keluarga. Versi cinta yang ini mirip kisah cinta ala Korea dan sinetron roman ala Indonesia.
  4. Allah. Cinta ini digambarkan oleh kisah cinta para Nabi Allah.
Nah, pengetahuan yang kita dapatkan seharusnya dapat membangkitkan kesadaran tentang cinta hingga dapat membunuh rasa negatif yang ada di diri kita. Berpikir positif dan mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Mengambil wujud cinta yang membunuh sifat buruk dalam diri demi perbaikan kualitas diri.

Bandar Lampung, 8 September 2019






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa