Being a Winner: A Process to Improve My Strengths

being-a-winner-process-to-improve-my-strengths


Saat ini teman-teman di sekolah sedang sibuk untuk mengajukan kelengkapan persyaratan untuk mengikuti UKG 2022. Uji Kompetensi Guru ini bertujuan untuk mengukur kompetensi dasar tentang bidang study dan pedagogik sesuai dengan domain subjek guru. 

Baca juga: Review of You are a Badass book

UKG ini merupakan salah satu proses yang harus dilewati sebelum mengikuti PPG. Proses yang harus dilalui seorang guru untuk mengukur kemampuan diri dan meningkatkan kelebihan potensi diri yang dimiliki. Harapannya, seorang guru bukan hanya professional, tapi juga mampu menerapkan skills tersebut di ruang kelas.

being-a-winner-process-to-improve-my-strengths


Selain harus mempersiapkan diri untuk menghadapi proses test UKG, guru juga harus mempersiapkan strengths dirinya yang lain. Ketekunan dan kesabaran. Strengths unik yang saya miliki, hingga saya pun mampu melalui proses UKG dan PPG. Alhamdulillah, saya lulus PPGDJ Unila di akhir tahun 2018. 

Saya pun merasa  bangga being a winner, karena telah melalui a process to improve my strengths. Kenapa saya bangga? Karena, saya bisa lulus tanpa harus mengulang ujian. Saya juga bisa menikmati kebersamaan bersama teman-teman yang hebat dan luar biasa.

Kebersamaan itu menyadarkan saya bahwa saya pun bisa mengembangkan kelebihan yang saya miliki. 

Namun, saya sadar sebelum proses itu, saya harus mengenal my strengths, agar saya dapat menemukan leverage. Menguatkan kemampuan yang sudah saya miliki.

Pengertian Pemenang bagi Diri Sendiri

Tanpa sadar, saya pun sering membandingkan diri dengan orang lain. Aktivitas yang tidak produktif, karena akibat yang ditimbulkan. Insecure. Perasaan nggak nyaman terhadap diri sendiri. Kita lupa bahwa tiap diri itu berbeda. Unik.

Baca juga: Bahagia Setengah Hati

Saya pun menyadari keunikan diri ini. Namun, kemampuan untuk mengetahui lebih dalam tentang my strengths itu ternyata nggak mudah. Apalagi untuk mengasahnya.

Untuk itulah, saya pikir cukup penting bagi saya untuk mencatat standard winner traits yang wajib saya miliki. Tentunya, agar saya bisa jadi a winner.

1. Ingin mencapai tujuan dengan baik. Ah, saya pikir, saya sudah memiliki point pertama ini. Tujuan saya adalah membimbing peserta didik di kelas agar bisa bekerja di dunia usaha. Hidup mandiri.

2. Pendekatan etika, tidak berusaha menang dengan cara apa pun. Tentunya, saya nggak bisa memaksa anak-anak bekerja bagaimana pun caranya. Saya harus mengikuti proses/ prosedur sesuai peraturan yang ada. Misalnya: jika seorang anak ujian, saya nggak akan meluluskan anak karena hadiah yang diberikan. 

Jujur, struggle untuk ini nggak mudah.            Apalagi beberapa teman ada yang dengan mudah meluluskan hanya dengan sebuah buku atau sapu. Ironi memang. Tapi, begitulah kenyataannya. 

Kesadaran itulah yang makin menggelitik saya untuk belajar. Alhamdulillah, seorang teman memperkenalkan saya dengan dunia blogging. 

3. Termotivasi dengan keinginan untuk menjaga kesepakatan sosial. Saya akan menjaga kesepakatan masyarakat di tempat saya tinggal, seperti: cara bicara, bersikap, berpakaian, dan cara hidup di masyarakat.

Ah, ini pun mengingatkan saya dengan seorang temen guru. Beliau sebenarnya pintar. Sayang, ia sering berpakaian nyeleneh. Kemarin saja, beliau berpakaian dengan menggunakan jeans. Hingga, anak-anak pun ikutan bengong. 

Memperhatikan sikap temanku itu, saya pun ikut mengevaluasi diri. Apakah saya sudah melakukan aktivitas sesuai konsensi di mana saya hidup bermasyarakat? Maksud saya, kita melakukan sesuatu disesuaikan dengan aturan di mana kita berada.

Memang sih, semua orang berhak melakukan apa pun yang ia inginkan, karena manusia terlahir merdeka. Namun, jika kita nggak mau hidup sesuai aturan yang berlaku, tatanan kehidupan pasti akan rusak. Lalu, buat apa dibuat aturan? Lha, wong hidup di hutan aja harus taat aturan hutan. Ya, kan?

4. Tidak suka menunda tugas. Tidak sabar dengan siapa pun yang procrastinate. Selalu berusaha melakukan pekerjaan tepat waktu. 

5. Lebih suka bekerja dalam tim. Saya selalu percaya bahwa bekerja dalam tim akan mempermudah dalam penyelesaian tugas. Saya juga akan memperoleh leverage dari teman-teman satu tim.

6. Kompetitif. Saya akan berusaha untuk memotivasi diri agar lebih baik. Selalu berusaha untuk upgrade my skills agar saya dapat menjadi truly professional teacherA winner.

Baca juga: Review Buku The Wonder

Kalau melihat lingkungan tempat saya bekerja, saya pikir seseorang akan sedikit merasa demotivated untuk terus upgrade skills. Toh, nggak ada appresiasi yang sesuai. Seorang teman bahkan mengeluhkan tentang gaji yang nggak berubah setelah lebih sepuluh tahun bekerja. 

Namun, berbeda dengan teman-teman yang lain, saya selalu tekun dan sabar untuk terus belajar. Bagaimana pun caranya. 

Ketekunan dan kesabaran saya inilah yang mengalahkan kekurangan saya. "Mbak Yoha ini tekun dan sabar banget, lho," kata teman-teman. Saya sadar kalau sifat pemalu dan pendiam membatasi keinginan saya untuk tampil seperti orang lain. Lalu, saya pun tersadar kembali. Saya nggak sama. 

Mengapa saya harus memahami kekuatan Diri Sendiri?

Perasaan nggak percaya diri yang saya alami saat harus bicara di depan umum, saya pikir mungkin disebabkan oleh rasa insecure. Membandingkan diri dengan orang lain yang terlihat lebih baik. Lebih bersinar. 

Nah, menurut artikel yang saya baca, berikut ini adalah alasan saya harus belajar menyadari kelebihan yang saya miliki.

1. Membangkitkan rasa percaya diri. 

Sekarang sih, saya merasakan bahwa saya mulai percaya diri. Buktinya, pada pertemuan dengan guru-guru di sekolah yang lalu, saya bisa jadi moderator tanpa ada persiapan. Alhamdulillah, semua lancar. Saya nggak bicara terbata-bata seperti sebelumnya.

2. Meningkatkan produktivitas

Nah, karena merasa percaya diri, saya pun lebih produktif dalam bekerja. Saya rajin mengajar di kelas dan tidak pura-pura sakit agar bisa stay at home

Saya ingat seorang teman yang nggak masuk lebih dari seminggu. Kami pun khawatir dan datang menjenguk. Eh, ternyata beliau tidak sakit hehe. Keesokan harinya, ia pun masuk sekolah. 

3. Menumbuhkan rasa keterikatan dengan sekitar

Selain lebih produktif, saya bisa melihat diri saya sebagai pribadi berbeda. Karena itu juga, saya nggak mengeneralisasi orang-orang yang ada di sekitar saya. Lebih menghargai diri sendiri dan orang lain.

Kemampuan ini membantu saya dalam pekerjaan tim di sekolah, seperti saat saya menjadi koordinator Ujian sekolah. Saya dapat dengan baik membagi tugas di sekolah sesuai skills màsing-masing orang, karena saya mengerti karakter tiap orang di sekolah. 

How can I improve my strengths?

Siapa pun pasti ingin mengubah keadaan dirinya menjadi lebih baik. Lebih bahagia. Lalu, saya pun mendapatkan artikel yang memuat tentang cara meningkatkan kemampuan diri. 

1. Menilai kemampuan diri

Idealnya, kita bisa mengenal diri kita lebih baik dari siapa pun. Seperti melihat diri di cermin. Namun, terkadang, cermin yang kita miliki kualitasnya menurun karena suatu alasan. Sehingga, kita butuh orang lain untuk menilai diri kita.

2. Temukan orang yang dapat menutupi kekuranganmu. Be your leverage.

Nggak ada orang yang sempurna. Semua orang itu unik. Mungkin itulah sebabnya kita butuh orang lain untuk membantu kita dalam menuntaskan suatu pekerjaan. Hingga, skills memilih tim solid itu pun sangat diperlukan. Ya, kan?

3. Ikuti pelatihan tambahan

Kesadaran bahwa dunia itu nggak pasti menyadarkan saya bahwa saya harus terus belajar. Mengikuti pelatihan tambahan yang membantu tugas saya sebagai guru. Apalagi, berbeda dengan zaman dulu, zaman now pembelajaran lebih banyak memanfaatkan teknologi.

Seorang teman yang gagap teknologi, mengakui betapa bingungnya jika harus mengajar anak-anak via daring. Akibatnya, beliau harus meminta bantu teman yang lain untuk mengerjakan tugasnya.

Sebenarnya, saya sudah mengingatkan beliau bahwa belajar teknologi ini penting. Tapi, beliau bilang begini, "Kan, ada kalian yang bisa bantu." Saya pun hanya bisa tersenyum. Maklumlah, beliau sudah berusia di atas 65 tahun.

4. Kenali Kelebihanmu - Tingkatkan kesempatan yang ada.

Saat menyadari kelebihan saya, tugas selanjutnya adalah me-list kelebihan saya yang lain. 

Misalnya, kelebihan saya adalah ketekunan. Artinya, saya akan dengan tekun mengerjakan tugas yang saya lakukan, baik semudah apapun. Seperti pekerjaan memisahkan beras yang terjatuh di tanah. Saya akan gigih mengumpulkan beras itu per butir hingga semuanya terkumpul kembali. 

Saya berusaha untuk tidak meremehkan apa pun. Sekecil atau semurah apa pun. Saya yakin, tiap hal sekecil apa pun itu mempunyai nilai. Memberikan kesempatan bagi kita.

5. Berlatih dengan sungguh-sungguh.

Ibu saya pernah bercerita kalau waktu kecil proses saya untuk berjalan lebih lama dibanding saudara saya yang lain. Ibu sempat khawatir. Ia bilang, "Meskipun kamu lama jalannya, kamu nggak pernah menyerah. Bahkan, keningmu pernah kejatuhan batu timbangan. Kamu terus berusaha, walaupun sambil menangis." 

Perkataan ibu meyakinkan saya bahwa dengan latihan sungguh-sungguh, saya pasti bisa meningkatkan skills. 

6. Berkomunikasi dan Blog

Mengenal orang-orang hebat dan menulis di blog pun mulai saya tekuni. Bergabung di grup-grup kepenulisan pun mulai saya lakukan. Harapannya, saya bisa terus berproses untuk mengasah kemampuan saya.

7. Belajarlah dari orang lain

"Aku mulai bisnisku dengan jualan dimsum secengan," kata Ria. Teman di sekolah yang sekarang sudah sukses memiliki 5 gerai dimsum di Bandarlampung. Omzetnya bisa lebih dari sejutaan per hari. 

Ketekunan Ria menginspirasi saya tentang arti memulai usaha. Katanya sih, mulai aja dulu. Jangan takut gagal! 

Nah, karena itulah, aku pun berani mulai untuk belajar menulis. 

8. Terbukalah pada perubahan

Memang sih, perubahan itu menakutkan. Apalagi keluar dari zona aman. Menanggung risiko dari masa depan yang nggak pasti. Namun, saya pun sadar perubahan itu pasti seperti matahari di pagi hari.

Untuk itulah, kita harus terbuka pada perubahan. Membuka diri dan mau belajar. 

Saya merasa beruntung, karena memiliki banyak teman yang mau membantu saya. 

9. Fokus pada hal yang positif

Memikirkan hal positif akan bikin kita bersemangat. Pekerjaan pun jadi lebih cepat selesai dan terasa mudah. Asyik, kan?

10. Berkorban 80% dari waktumu.

Mengerjakan suatu pekerjaan secara totalitas pasti akan mendapatkan hasil maksimal. Bagaimana pun nggak akan ada hasil sesuai harapan tanpa pengorbanan. Ya kan?

Proses yang mulai saya lakukan untuk mencapai tujuan. Seperti proses belajar yang direncanakan dengan matang. Proses yang membutuhkan pengorbanan waktu yang nggak sedikit. 

Kalau saya menghitung waktu mengajar dari pukul 7.15 pagi hingga pukul 04.00 sore, guru menghabiskan waktu sekitar 15 -30 menit untuk persiapan. Belum lagi pekerjaan untuk mengoreksi hasil kerja tiap pertemuan di kelas. Terbayang kan, waktu yang dibutuhkan guru tiap minggunya?

11. Membaca dengan teratur.

Aktivitas membaca adalah salah satu kegiatan yang saya sukai. Selain refreshing, membaca juga menambah wawasan. Saya juga membaca bahwa orang-orang yang hebat pun suka membaca.

Sebut saja Ray Bradbury, penulis buku Fahrenheit 451 yang juga screenwriter, mentor, dan diangkat sebagai seorang guru besar karena konsistensinya dalam membaca. Padahal ia hanya lulusan SMA. Bradbury menghabiskan malam harinya untuk membaca buku.

Sebagai guru, saya pikir membaca adalah syarat mutlak dalam usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran. 

Kesimpulan

Dalam obrolan dengan Pak Pur, teman guru yang mengajar di bengkel listrik, saya mengetahui bahwa sebagian besar pegawai tetap PLN telah menjadi pegawai outsourcing. 

Kenyataan ini terjadi nggak hanya di satu BUMN saja. Bukan hanya itu, akibat pandemi banyak sekolah-sekolah swasta di Bandar Lampung tutup. Hal yang makin menyadarkan saya bahwa nggak ada hal pasti dalam pekerjaan. Kita harus open minded dan terus belajar. Upgrade skills yang kita miliki bagaimana pun caranya.

Nah, bagaimana dengan kamu? Strengths apa yang ingin kamu tingkatkan hari ini?

Sumber data:
www.startups.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa