Review Buku Madness karya Roald Dahl

sinopsis-buku-madness-roald-dahl


Judul Buku : Madness
Penulis.       : Roald Dahl
Tebal Buku : 243 halaman 
Penerbit.    :  Penguin books
Genre.         : Fiksi

Feel free to express our feeling merupakan hal biasa. Tapi, melepaskan kendali atas diri adalah hal yang menakutkan. Mungkin rasanya seperti seseorang yang harus mempercayakan keselamatan diri pada seutai tali saat melakukan bungee jumping.

Baca juga: Review Buku Matilda karya Roald Dahl 

Bagi sebagian orang, mungkin aktivitas itu dianggap sebagai kegilaan yang menakutkan. Apalagi jika orang tersebut tidak tahu level keamanan dari tali tersebut. Nggak kebayang kalau talinya putus. Lalu, orang tersebut terjun bebas ke bawah. Duh.  

Dalam review buku Madness karya Roald Dahl ini bisa tergambar hal mengerikan yang bisa dilakukan manusia. Seperti kisah tentang seorang anak yang dibesarkan oleh bibinya. Seorang wanita yang terbiasa dengan pemikirannya sendiri. Ia lupa bahwa si anak harus dipersiapkan untuk menghadapi dunia nyata.

Saat sang bibi meninggal, si anak yang bernama Lexington ini harus keluar rumah untuk mengambil warisan bibinya di kota. Ia nggak tahu betapa banyak uang bibinya ini. Uang yang jadi salah satu atribut dunia yang nggak pernah ia jumpai saat bersama almarhumah.

Baca juga: Review Buku My Uncle Oswald 

Di rumah mereka di desa, si bibi mengajarkan cara hidup bersama alam. Harmonis. Lexington pun hanya memahami gaya hidup vegetarian versi sang bibi. Hingga, dalam benak pemuda ini, gaya hidup lain tidaklah menyenangkan. Dan Lexington pun percaya pada bibinya.

Menurutku, cara pikir sepihak ini yang bikin Lexington meragukan bibinya saat ia menemukan bukti bahwa pendapat bibinya keliru.  Seperti saat ia mencicipi daging di rumah makan di kota pertama kalinya.

"Ini apa? Enak sekali." 
"Daging? Daging apa?" Pelayan itu hanya mengangkat bahu. 
"Aku nggak tahu." 

Mungkin inilah yang menjadikan Lexington muda gampang dibohongi. Dari pengacara, pelayan rumah makan, koki, hingga tukang jagal babi berhasil menipunya mentah-mentah.

Baca juga: Review Buku The Twits

Akhirnya, hidup Lexington pun berakhir tragis di tempat pemotongan babi. Duh, aku sedikit merinding saat membaca cerita ini. Nggak sanggup memvisualisasikan saat kakinya dijerat dan mata pisau itu menoreh lehernya. Ia bahkan hanya bisa memandangi darah yang menetes dari tubuhnya tanpa bisa melakukan apa-apa.

Sementara seorang yang melakukan bungee jumping mengetahui apa yang ia hadapi, Lexington ini tidak mengerti tragedi yang akan menimpa dirinya. Aku kasihan sekali dengan pemuda ini. Ah, kalau kamu baca cerita lengkapnya, pasti kamu mengerti perasaanku. 

Sinopsis Buku Madness karya Roald Dahl

Buku Madness ini merupakan kumpulan cerpen yang berisi tentang kisah orang-orang yang melepaskan kontrol diri mereka. Di sini, Roald Dahl mengekplorasi apa saja yang bisa terjadi saat kita mengeluarkan sisi tergelap diri kita.

Dari beberapa kisah di buku ini, seperti Edward the Conqueror, The sound of machine, The African story, the Land lady, pig, The boy who talked with animals dan lain-lain, aku terkesan dengan kisah Pig dan The Land lady.

Bukan. Bukan kesan membahagiakan atau mendebarkan. Tapi, kesan yang bikin bulu kudukku berdiri saat teringat cerita ini. Mungkin itu yang bikin aku sukar mendeskripsikan perasaanku mengenai buku ini.

Meski begitu, aku belajar mengerti bahwa keinginan diri yang tak dibatasi oleh pengetahuan, akal sehat, dan rasa kasih sayang pasti akan berakibat fatal dan menyeramkan.

Nah, aku akan menceritakan padamu beberapa kisah yang ditulis Roald Dahl ini. Eh, aku udah cerita tentang Pig ya? Okey, aku akan mengononkan kisah yang lain ya.

Edward the Conqueror

Cerita dimulai dengan kisah Edward dan Louisa. Sepasang suami istri setengah baya yang hidup berdua saja di rumah mereka. Seperti biasa, Louisa digambarkan sebagai wanita lembut, masih terlihat cantik, pipi yang chubby dengan rambut tertata rapi. Ia juga jago masak.

Tipe istri idaman.

Sementara Edward adalah pria tinggi dan agak kurus. Ia suka bekerja di kebun dan berharap istrinya telah menyiapkan makanan saat ia pulang ke rumah. 

Lalu, seekor kucing tanpa tuan secara tiba-tiba mengikuti mereka. Dan Louisa pun
jatuh hati pada kucing abu-abu yang ia anggap pintar musik tersebut. Bahkan dalam imajinasi wanita ini, kucing  ini adalah reinkarnasi dari musikus terkenal sekelas Beethoven. Karena itu, ia sampai melakukan riset tentang reinkarnasi dari buku-buku di perpustakaan. 

Louisa pun lupa waktu. Ia sibuk mempersembahkan permainan pianonya pada si kucing. Edward yang pulang dalam keadaan lapar, merasa kecewa. Ia pun meminta Louisa untuk mengembalikan kucing tersesat itu pada pemilik aslinya.
Mereka pun berdebat. 

Namun, Louisa yang sudah kadung kesengsem, tidak memedulikan protes sang suami. Louisa hanya memperhatikan kucingnya. Dalam keadaan kesal, Edward pun mengambil tindakan terhadap kucing itu. 

Selanjutnya adalah Katina

Kisah ini adalah sepenggal kisah sang penulis saat bertugas sebagai pilot pesawat tempur di Yunani, RAF. Dalam cerita ini ia dan timnya bertemu dengan seorang anak perempuan yang terluka parah. Ia ditemukan di antara puing-puing rumahnya. Gadis kecil itu berusia sekitar 9 tahun. Ia, Fin, dan Peter pun membawa gadis kecil malang tersebut ke barak mereka untuk diobati. 

Selanjutnya, Katina pun jadi bagian dari squadron mereka. Ke mana pun mereka ditugaskan, Katina selalu ikut. Bahkan Fin pun mulai mengajarkan Katina bicara dalam bahasa Inggris. Hingga suatu hari ada serangan pesawat tempur udara Jerman.

Gadis kecil itu berdiri di tanah terbuka di tengah lautan tembakan dari udara. Katina dengan berani mengacungkan tangan kecilnya dengan penuh kemarahan. Dan, seumur hidupnya ia nggak pernah menyaksikan mata seorang anak kecil yang penuh kebencian dan kemarahan. 

Dalam hitungan detik, tubuh kecil itu ditelan tembakan. Dan mereka pun berhamburan keluar dari persembunyian untuk menyelamatkan gadis cilik itu. Sayang, tubuh kecil yang telah berlumuran darah. Katina tak bisa diselamatkan lagi.

The sound of machine. 

Berbeda dengan kisah Katina yang menggambarkan tentang seorang anak dan perang yang menakutkan, cerita the sound of machine ini menceritakan tentang Klausner, seorang peneliti yang hanyut dengan projeknya.

Klausner terpesona dengan ide temuannya tersebut. Tentang suara yang nggak mampu terdengar oleh telinga manusia. Dan dengan mesin temuannya ia pikir dapat mendengar suara rendah dari rintihan bunga atau  batang pohon yang dipotong. 

Dalam kegirangannya, ia meminta tetangganya untuk berulang kali memotong setangkai bunga. Hingga tetangganya merasa heran dengan keanehan Klausner. 

Lalu Klausner yang penasaran pun menguji kembali teorinya. Sekali lagi ia terkesan dengan temuannya. Hingga saat Dr. Scott datang, ia pun meminta sang dokter untuk mengobati luka pohon yang ia potong. 

Awalnya Dr Scott tidak mengindahkan permintaan Klausner. Namun, saat Klausner mengacungkan benda tajam ke arahnya, Dr Scott pun mengikuti kemauan pasiennya itu.

An African story

Cerita ini tentang seorang pria yang menyukai satwa Afrika. Hingga ia pun mendaftar sebagai pilot. Sayang, ia sering terbang rendah hingga pesawatnya rusak. 

Lalu, kisah berlanjut dengan kisah seorang tua dan orang muda. Pak tua merasa kesal dengan sikap Judson yang suka main kasar saat ia merasa terganggu. Apalagi saat Judson membunuh anjingnya hanya karena anjing tersebut sering menjilat.

Saat Judson yang memerah susu di pagi hari dan menemukan air susunya habis, ia lapor pada Pak tua. Orang tua tersebut pun berjaga semalaman. Malam itu Pak tua itu melihat gerakan di dedaunan dan seekor ular mamba meluncur ke arah puting susu sapi.

Perlahan mulut ular itu menyesap susu si sapi, hingga kantong susu sapi kempis. Setelah kenyang, ular besar itu perlahan melata ke balik dedaunan dan menghilang dari pandangan Pak tua.

Menyaksikan kejadian tersebut, Pak tua tak melakukan apa-apa. Ia hanya meminta Judson berjaga di samping sapi. Untuk mengagetkan dan menangkap maling, katanya.

The Land lady

Kisah ini tentang seorang pemuda. Billy Weaver. Pemuda 17 tahun yang ingin mencari penginapan untuk tinggal. Dalam pencariannya ia melihat tanda Bed and Breakfast. Dan entah kenapa, seolah ada magnet yang menariknya untuk datang ke penginapan itu.

Namun, ia menemukan keganjilan. Pertama, harga penginapan yang murah. Kedua, Land lady yang terlalu ramah. Dan yang ketiga adalah tamu penginapan yang hanya tiga orang saja selama tiga tahun terakhir.

Cerita Billy ini mengingatkanku dengan Lexington dalam cerita Pig. Pertama, mereka berdua berumur 17 tahun dan berwajah menarik. Kedua, keduanya lugu. Ketiga, mereka terjebak dalam perangkap orang licik yang mencelakai mereka.

Kalau cerita Pig bisa menginspirasi seseorang untuk jadi seorang vegetarian, kisah Land lady bikin kita waspada pada orang yang tak kita kenal.

Sementara itu, kisah lainnya adalah The boy who talked with animals. Tentang seorang anak laki-laki yang bernama David yang mengendarai seekor kura-kura besar.  Ia mengarungi lautan luas bersama sahabatnya tersebut. Meninggalkan ayah dan ibunya yang sibuk mencarinya.

Lalu ada juga kisah lelaki yang berjudi dengan maut dalam Dip in the Pool. Pria yang mengira akan beroleh keuntungan dari aksinya terjun ke laut tanpa pengaman. 

Oh ya, jangan lupa dengan kisah Mary and William. Kisah seorang manusia yang ingin abadi. Namun, akhirnya hanya berakhir di dalam baskom.

Okey, penasaran kan? Apalagi hubungan Mary and William Pearl yang suami istri ini sedikit mirip dengan cerita drama keluarga yang sering kulihat di televisi. Diramu apik dengan info tentang informasi science yang sedikit rumit. 

Kegilaan yang menakutkan dalam Madness karya Roald Dahl 

Aku ingin bercerita lagi tentang awal cerita Pig. Tentang orang tua Lexington. Begini ceritanya.

Sepasang suami istri itu berpesta semalaman. Ini hadiah setelah sang istri berhasil melahirkan bayi yang tampan setelah mengandung 9 bulan. Malam itu mereka ingin menikmati hidup dengan puas. Sementara si bayi yang baru lahir itu mereka tinggalkan bersama baby sitter.

Saat pulang, mereka tidak bisa masuk ke rumah karena kunci tertinggal di kamar. Sambil tertawa, kedua orang itu pun membuka jendela.  Mereka nggak tahu kalau patroli keamanan melihat mereka. 

Petugas keamanan yang melihat hal mencurigakan tersebut langsung memberi peringatan. "Berhenti! Atau kami tembak!" Namun, posisi kaki istri sudah ada di dalam, hingga ia sulit bergerak. Polisi pun langsung menembak kedua tersangka tersebut.

Begitulah nasib kedua orang tua Lexington dalam cerita Pig. Aktivitas yang dilakukan keduanya berakhir tragis di tangan petugas. Kegilaan pasangan ini menjadikan bayi yang belum berusia 5 hari itu yatim piatu. Sedihnya, keluarga yang datang ke rumah mereka hanya sibuk berebut harta warisan. 

Lupa bahwa ada bayi kecil yang butuh perhatian orang dewasa tersebut. 

Selanjutnya adalah kisah Katina. Gadis cantik korban perang. Korban kegilaan yang menakutkan orang-orang yang haus akan sesuatu dan tak peduli dengan nyawa orang lain.

Katina yang penuh amarah itu nggak percaya saat ia melihat seorang pilot kecil yang keluar dari pesawat. Kakinya terlihat terluka. Dokter yang melihat kondisinya pun berusaha mengobati pilot tersebut.

Sementara, melihat wajah polos dan ketakutan dari pilot kecil itu, Katina tidak menunjukkan rasa benci dan marah. Ia hanya kembali mengarahkan kemarahannya pada pesawat tempur yang telah menghilangkan nyawa keluarganya.

Oh ya, sebelum aku lupa, Roald Dahl yang punya kamus versinya sendiri dan rutin menulis selama 4 jam per hari ini dikenal sebagai penulis buku anak-anak juga lho. Nggak heran imajinasinya begitu bebas.

Kisahnya yang nggak kalah unik adalah tentang dokter Landy yang melakukan uji coba terhadap otak manusia. Otak sahabatnya sendiri yang dikabarkan akan meninggal. Sikap dokter ini mengingatkanku pada Elon Musk yang pengin uji coba neuralink pada otak manusia.

Aku sih nggak habis pikir, gimana seorang teman (Landy) meminta sahabatnya sendiri untuk jadi kelinci percobaan (William).

 "Bayangkan saat kamu mati nanti, otakmu yang cemerlang itu akan tetap hidup. Tersambung dengan hati buatan yang sudah kami siapkan. Pikirkan itu.." 

Begitulah kira-kira rayuan dokter bedah otak itu pada sahabatnya. Ia juga bercerita bahwa uji coba ini sukses pada anjing.

"Jadi, di manakah otakku berada nanti?"
"Kami akan letakkan di baskom dengan satu mata menatap ke langit-langit."

Kelebihan Buku Madness karya Roald Dahl


Meskipun buku ini bukan konsumsi anak-anak seperti the Dirty Beast, Twits, dan BFG, buku yang berisi sepuluh cerita ini cukup menarik untuk dibaca.

Namun, sebaiknya kita jadikan buku ini sebagai bahan diskusi. Kenapa? Karena aku pikir isu yang diangkat di buku ini dapat menjadi masalah saat menginspirasi seseorang untuk bertindak tidak baik.

Yah, apa pun itu, hikmah dibalik cerita ini adalah pentingnya menjaga rasa kasih sayang pada sesama dan selalu bersikap kritis dan hari-hati terhadap hal baru. Dan yang terpenting adalah selalu belajar dan meng-upgrade pengetahuan agar tidak mudah diperdaya orang lain dan aware dengan keadaan sekitar kita.

Nah, itu sih menurutku. Gimana dengan kamu?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa