Adab Sebelum Ilmu: Etika dalam Proses Belajar

adab-sebelum-ilmu-etika-belajar


"Sebenarnya Ari anaknya biasa-biasa saja. Tapi, Ari begitu santun. Hingga, semua guru suka kepadanya." Saya mengiyakan ucapanmu. 

Dalam ingatan saya tergambar sosok seorang anak yang dengan manis datang ke ruang guru dan mencium tangan semua guru di ruangan itu. Oh ya, Ari ini dulu adalah peserta didik di kelas X TKR 1. Saya adalah wali kelasnya.

Baca juga: Yuk, Bersama Stop Bullying

Perilaku Ari mengingatkan saya tentang nasihat ulama, adab sebelum ilmu. Etika dalam belajar. Perilaku yang saya perhatikan diadopsi banyak negara besar di dunia, seperti Jepang dan Iran.

Pengertian Adab

Adab adalah segala bentuk sikap, perilaku, atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan, kebaikan, budi pekerti atau akhlak. Seseorang yang beradab adalah orang yang selalu mengikuti aturan yang ada.

Adab sebelum Ilmu

Dikisahkan pada suatu hari seorang ulama Ubay bin Ka'ab sedang menunggu kendaraannya. Ibnu Abbas (saudara sepupu nabi) segera mengambil hewan kendaraannya agar Ubay dapat menaikinya. 

"Apa ini,"tanya Ubay bin Ka'ab. "Beginilah kami diperintahkan untuk menghormati ulama kami.

Cerita ini mirip dengan adab sebagian besar orang Jepang yang begitu hormat pada guru. 

Dalam sebuah seminar, sekelompok guru  mengikuti acara tersebut. Saat pembawa acara memperkenalkan mereka, sontak seluruh peserta seminar berdiri dari tempat duduknya untuk menghormati guru-guru tersebut. 

Baca juga: Cara Mendapatkan Obat dan Konsultasi di RSJ Pesawaran

Ah, berbeda dengan peristiwa yang sering dikeluhkan guru-guru di sekitar saya. Anak-anak bahkan sering lupa mengetuk pintu saat ingin masuk ke ruang kelas. Bahkan, saya pernah melihat beberapa anak keluar kelas tanpa izin kepada gurunya yang ada di depan kelas. Mereka hanya tersenyum malu saat saya tegur.

Saya pun bertanya alasan perilaku mereka. "Nggak tahu, Bu," kata mereka sambil menunduk. Jawaban yang menohok dada saya. 

Sebagai guru, saya merasa ikut bertanggung jawab. Saya khawatir jika pendidikan adab tidak dikuatkan, anak-anak akan jadi generasi yang hilang.

Bukankah akan binasa suatu kaum jika generasinya kehilangan adab/ akhlak yang jadi ciri khas seorang manusia?

Masih ingat kan dengan sejarah bangsa-bangsa yang dihancurkan karena kehilangan adab sebagai seorang manusia? Sebut saja bangsa Romawi, Mesopotamia, hingga kaum Sodom.

Baca juga: Review Buku The Picture of Dorian Gray

Untuk itulah, nabi pun diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. 

Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak."

Tujuannya adalah untuk menumbuhkan kecintaan terhadap Pencipta serta sesama manusia. Adab juga mencegah manusia dari perbuatan tercela.

Ah, saya nggak bisa dan nggak mau membayangkan negeri ini, jika generasi mudanya nggak berakhlak. 

Penyebab Tergesernya Adab 

Kesadaran akan pentingnya adab sebelum ilmu memang terasa terpinggirkan. Tingginya tuntutan hidup dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, memacu kita untuk terus mengasah kemampuan diri. Sayangnya, pendidikan akhlak tertinggal jauh di belakang.

Pembelajaran daring yang berlangsung hampir dua tahun ini pun berimbas bagi pendidikan adab anak-anak di kelas saya. Termasuk adab dalam proses belajar. Masalah guru dan murid dalam berkomunikasi lewat media daring makin memperparah keadaan adab siswa. 

Baca juga: Review Buku Wonder

Seorang siswa sambil menatap gawainya pernah bertanya pada saya. "Bu, sekarang kan daring lagi. Nilainya dibantu lagi kan?"

Dengan sabar, saya mengajaknya bicara dan menjelaskan pada si anak itu tentang adab bertanya pada orang tua dan guru. Si anak pun nyeletuk. " Ayah dan ibu saya juga ngomong dengan saya sambil main hape kok, Bu."

Sambil tersenyum saya menjawab. "Untuk itulah, ayah ibumu menitipkan kamu pada bapak/ibu guru. Tujuannya supaya kamu bisa belajar.." 

Penanganan Anak Bermasalah dalam Proses Belajar

Berbeda dengan SMA, kasus etika dalam proses belajar di sebagian besar SMK adalah sopan santun. Budaya kerja yang lebih mengandalkan fisik menjadikan anak-anak SMK cenderung lebih agresif. Hingga, terkesan tidak sopan. Nggak heran, masalah attitude ini jadi concern utama bagi guru.

Adanya guru BK di sekolah nggak serta merta menyelesaikan masalah. Perlu peran aktif seluruh anggota masyarakat sekolah termasuk wali murid dan komite sekolah untuk menguatkan karakter peserta didik.

Beberapa proses penanganan siswa bermasalah dalam attitude di sekolah dilakukan berjenjang dari level guru mapel, wali kelas, wali murid, guru BK, Waka Kesiswaan, hingga kepala sekolah. Jika masalah makin berkembang, pihak berwenang dan Dinas terkait pun dapat dimintai bantuan.

Biasanya sih, sebelum dilakukan penanganan khusus, peserta didik yang bermasalah akan diajak bicara dari hati ke hati. Kalau anak tersebut mengulangi perbuatannya, maka tindakan selanjutnya akan dilakukan secara bertahap. Harapannya, peserta didik akan menyadari kekeliruannya dan memperbaiki kesalahannya.

Pendidikan Karakter sebelum Proses Pembelajaran di kelas

Alhamdulillah, beberapa tahun ini saya menyadari perubahan significant terkait pendidikan Karakter di sekolah. Anak-anak terlihat lebih tenang dan mudah dinasihati. 

Saya amati sih, perilaku mereka berubah sejak diadakannya jadwal PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) rutin yang diadakan setiap pagi bersama wali kelas. Aktivitasnya terjadwal dari reading aloud hingga membaca surat pendek Alquran dengan keras. Wali kelas dan siswa juga bisa saling bertukar cerita inspiratif untuk memotivasi semangat belajar di kelas.

Oya, fyi, Ari yang dulunya murid saya itu, pernah jadi brand ambassador perusahaan tempatnya bekerja, lho. Ia juga sempat jalan-jalan ke Hongkong sebagai hadiah prestasinya. Dan, semua guru bilang gini. "Ya, pantes aja lah. Anaknya santun banget.."

Hal yang kembali mengingatkan saya pada ucapan Ibdul Mubarok, "Ilmu yang bermanfaat adalah yang cahayanya melapangkan dada dan menyingkap tirai kalbu."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa