Sosialisasi UKBI bagi Tenaga Profesional dan Calon Tenaga Profesional Se-Kota Bandarlampung

Pagi itu aku melaksanakan tugas di sekolah seperti biasa, saat pak Riyanto, Kepala Sekolah di tempatku mengajar berkata, "Bu, siap ikut pelatihan hari ini, ya? Surat Tugas sudah disiapkan."  Aku mengangguk dan berkata, "Siap, Pak." Well, kapan lagi bisa ikut pelatihan. Meski aku tidak tahu pelatihan apa yang akan kuikuti, aku yakin pelatihan ini akan membuatku menjadi seorang guru yang lebih baik.

So, setelah mengabsen kelas dan memberi tugas, aku meluncur ke Hotel Kurnia Perdana. Tempat pelatihan akan diadakan. Sesampai di sana, aku diterima dengan ramah oleh petugas hotel, dan diarahkan menuju ke lantai 4. Ruang pelatihan. Alhamdulillah. Aku sampai tepat saat acara akan dimulai. Meski aku dapat di bangku paling akhir. Peserta pelatihan sudah memenuhi ruang dan pembawa acara sedang meminta seorang ustadz untuk mengawali acara dengan doa. Aku pun ikut berdoa sambil mengatur nafasku. Aku kan baru sampai. Jadi agak nervous dan ngos-ngosan.


Pak Ahrul sedang memaparkan materi pelatihan

Setelah berdoa, barulah aku ngeh acara pelatihan apa yang kuikuti. Aku membaca banner di podium yang bunyinya, "Sosialisasi UKBI bagi Tenaga Profesional dan Calon Tenaga Profesional Se-Kota Bandarlampung, 26 - 27 September 2019 di Hotel Kurnia Perdana".
 
Aku juga ingat surat tugas yang kubawa yang menyatakan acara dimulai jam 8. Aku menunduk dan mengecek jam tanganku. Jam 8.45. Well, tepat waktu. Keren, bisikku. Aku yang terlambat. 

Lalu, mataku kembali memperhatikan pembawa acara dan nara sumber yang sudah duduk di podium. Siap memberikan materi pelatihan. Aku pun mengeluarkan notes dan pen yang sudah diberikan panitia acara saat aku masuk tadi. Siap mencatat.

Acara pelatihan hari ini dibagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama isinya memperkenalkan tentang apa dan bagaimana UKBI itu. Sesi pertama ini dibawakan oleh pak Ahrul, senior di UKBI. Lalu, sesi kedua diisi oleh bu Dina yang telah lulus UKBI dan akan mengajar bahasa Indonesia di luar negeri tahun depan. 

Biasanya akan mengajar di Universitas. Menurut beliau salah satu temannya akan di tempatkan di Finland karena ia seorang guru bahasa  Inggris. Dan, yang terakhir adalah bu Dian. Bu Dian yang kocak dan murah senyum ini memberi pelatihan tentang merespon kaidah. 

Sementara bu Dina memberi pelatihan tentang mendengarkan dan membaca. Di awal acara juga diinfokan bahwa di hari ke dua, 27 September 2019 adalah hari test yang berbasis kertas.

Baiklah, akan kuceritakan catatanku selama acara berlangsung yang sangat berguna mengingat sebagai warga Indonesia kita wajib dan berhak melestarikan bahasa Indonesia. Ya, kan?

Sesi Pertama

Saat pak Ahrul mulai bicara, jujur aku merasa terganggu dengan peserta lain yang duduk di belakangku yang asyik ngobrol. Sayangnya, aku tak bisa menegur mereka karena aku nggak kenal dan aku juga gak enak. 

So, aku berusaha mendengarkan dan mencatat point penting yang pak Ahrul sampaikan semampuku. Alhamdulillah,  meski suara beliau termasuk lembut untuk ukuran seorang pembicara, aku dapat beberapa point yang kubutuhkan. Sisanya, aku bisa akses internet untuk melengkapinya, pikirku. Santuy aja.

Dalam penyampaiannya beliau menceritakan tentang sejarah berdirinya UKBI di awal 1980-an sampai akhirnya terbentuk Sistem UKBI berbasis Jaringan di tahun 2007. 

Beliau juga membuka ruang dialog tentang apa sih manfaat UKBI bagi seorang guru atau profesi lain. Juga pertanyaan seputar UKBI yang aku sendiri baru tahu.

Apa itu UKBI?

Kalau dari kepanjangannya, UKBI adalah singkatan dari uji kemahiran bahasa Indonesia. Mungkin bagi yang kuliah bahasa Inggris tes ini bisa disamakan dengan test TOEFL gitu. 

Bedanya ini dalam bahasa Indonesia. Begitu kata pak Ahrul yang juga lulusan bahasa Inggris Unila ini. Rupanya beliau adik kelas pak Mahpul, dosenku waktu ppgdj tahun lalu. Dosen yang digadang - gadang sebagai dosen malaikat di fakultas fkip bahasa Inggris. Eh, jadi ngelantur. Baik, kembali ke UKBI. 

Jadi, menurut beliau UKBI ini penting untuk mengukur kemahiran bahasa Indonesia, bukan test pencapaian (achievement) untuk mengukur hasil belajar.  Bingung? Okey, begini bedanya.

Seperti yang pak Ahrul sebutkan sebelumnya bahwa UKBI ini diperuntukkan bagi siapa pun yang ingin mengukur kemahiran bahasa Indonesia-nya. Bisa seorang pendidik, nonpendidik, tenaga pofesional atau calon tenaga profesional. Pokoknya, siapa saja yang berminat untuk mengukur kemahiran berbahasa Indonesia-nya. 

Bukan seperti seorang pelajar atau tenaga profesional yang mengikuti test ujian yang digunakan untuk mengukur hasil belajar yang telah ditempuh sebelumnya. Okey, sudah paham kan? Okey lanjut, ya?

Pak Ahrul juga menjelaskan materi apa saja yang akan dites jika kita berniat mengambil test UKBI, sumber materi dan target peserta UKBI, serta info lain yang penting terkait dengan UKBI, terutama di Kantor Bahasa Lampung.

Materi Bahasa Lampung

1. Penggunaan bahasa Indonesia dalam ranah komunikasi umum dan  khusus
2. Kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis bahasa Indonesia
3. Penggunaan bahasa Indonesia dalam ranah komunikasi umum dan khusus
4. Kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis dalam bahasa Indonesia
5. Diukur dari keterampilan memahami dengaran, memahami bacaan, menulis, dan berbicara, serta pemahaman penerapan.

Sumber materi 
1. Penggunaan bahasa Indonesia dalam berbagai situasi dan laras bahasa
2. Wacana komunikasi tulis sehari - hari di masyarakat
3. Wacana komunikasi tulis di media massa, buku acuan, tempat umum dan lain lain

Sasaran pengguna UKBI
Penutur bahasa Indonesia
1. Pegawai Pemerintah dan swasta (tenaga profesi dan vokasi)
2. Pejabat negara dan warga negara asing
3. Siswa sekolah menengah dan mahasiswa

Dalam pengembangannya karakter peserta didik diharapkan
1. Memiliki sifat positif terhadap bahasa Indonesia
2. Peduli dengan penggunaan bahasa Indonesia yang taat norma
3. Kritis terhadap norma penggunaan bahasa Indonesia

Pak Ahrul juga menambahkan bahwa kegiatan sosialisasi ini disesuaikan dengan permintaan instansi terkait bekerja sama dengan Kantor Bahasa Lampung.

Berbeda dengan TOEFL yang hanya 4 (Listening, Reading, Writing, and Speaking), test UKBI terdiri 5 uji materi kemahiran, yaitu:
1. Mendengarkan : 40 soal dengan durasi waktu 30 menit
2.   Merespon kaidah : 25 soal dengan durasi waktu 20 menit
3.  Membaca : 40 soal dengan durasi waktu 45 menit
4.  Menulis : 1 soal  dengan durasi waktu 30 menit
5.  Berbicara : 1 soal dengan durasi waktu 15 menit

Untuk mengikuti UKBI di Kantor Bahasa Lampung, peserta dapat melakukan dalam paket atau perorangan dengan menghubungi Kantor Bahasa Lampung dengan rincian biaya:

Biaya UKBI di Kantor Bahasa Lampung
1. Pelajar / mahasiswa :  Rp135.000
2. Masyarakat umum : Rp300.000
3. WNA   : Rp1 juta

Sesi 2

Materi Dengaran disampaikan oleh bu Dina dimulai jam 11- 13.30 siang yang isinya membedah soal UKBI yang terkait jenis - jenis wacana sintas. Jenis - jenis wacana sintas yang dibahas adalah wacana yang memperlihatkan kesadaran berkomunikasi untuk kepentingan personal di tempat umum.

Pada sesi ke dua ini bu Dina menjelaskan  tentang beberapa contoh soal membaca dan dengaran yang sedikit rumit, karena bu Dina menjelaskan melalui slide dengan teks yang panjang di depan podium. 

Sementara para peserta, termasuk aku, tak bisa melihat slide dengan jelas karena tulisan di slide kan kecil. So, ya gitu, aku kesulitan memahami penjelasan bu Dina. Tapi, bagi guru yang biasa dengan teks wacana, mungkin akan terbiasa dengan kesulitan menghadapi teks bahasa Indonesia. 

Alasannya? Ya, itu, kita sudah terbiasa bicara dengan tuturan pergaulan yang terbalik-balik. Kebayang, kan, gimana dengan nasib siswa kita? Kupikir, itu juga yang melatarbelakangi pentingnya UKBI ini. Supaya tenaga pendidik terus berusaha meningkatkan kemahiran berbahasa Indonesianya.

Sesi 3

Materi merespon kaidah (ejaan,  BPK, kalimat) adalah materi terakhir yang disampaikan oleh bu Dian yang kocak. Sangking kocaknya, seorang peserta berharap beliau jadi guru bahasa Indonesianya. Oya, singkatan BPK adalah Bentuk dan Pilihan Kata. 

Okey, lanjut tentang bu Dian. Aku pun mengakui kemampuan bu Dian dalam membawa dan mengajak peserta pelatihan ikut dalam alur penyampaian materi yang ia sampaikan. Hingga, bu Dian pun mengakui bahwa pembawa acara sering harus mengingatkannya bahwa waktu penyampaian materi sudah selesai.  

Kupikir ia begitu mencintai ejaan, eh, maksudku, ia begitu mencintai pekerjaannya sebagai penyuluh bahasa Indonesia. Peserta pun larut dalam diskusi terkait ejaan. Diskusi yang menyenangkan yang akan kuceritakan di sini.

Sebelum membahas apa saja yang disampaikan bu Dian, kita perlu mengenal apa itu ejaan, dan apa saja cakupannya. Kalau mengerti tentang ejaan, harapannya bisa jadi lebih semangat belajar bahasa Indonesia. 

Selain tawaran yang cukup menantang jika kamu bisa lulus tes UKBI untuk jadi pengajar bahasa Indonesia di luar negeri selama 6 bulan, kita juga melestarikan bahasa Indonesia. Bahasa pemersatu kita. Bangsa Indonesia

Apa beda EYD dengan PUEBI?

Perubahan adalah hal yang wajar. Mengingat perubahan juga merupakan hukum dunia. Begitu pun Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) pun harus mengalami perubahan menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). 

Perubahan yang dilakukan sebagai dampak meluasnya ranah pemakaian bahasa asing seiring kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan dan seni.

Ada tiga perubahan yang terjadi pada PUEBI. Perubahan PUEBI tersebut meliputi perubahan huruf diftong, penggunaan huruf tebal, dan penggunaan huruf kapital.

Huruf diftong yang ditambahkan ke PUEBI adalah ei, au, ei, dan oi. Diftong 'ei' (contohnya) ditambahkan karena bahasa Indonesia menyerap kosakata dari bahasa asing, seperti pada kata 'survei'.

Sedangkan penggunaan huruf tebal pada PUEBI digunakan untuk menjelaskan tulisan yang sudah ditulis miring, misal judul buku, subbab dan bab.

Perbedaan yang lain adalah penggunaan huruf kapital yang lebih dijelaskan dalam PUEBI. Oya, menurut yang kubaca di OkeZone, perubahan sistem ejaan bahasa Indonesia ini sudah terjadi beberapa kali. Pada 1947, bahasa Indonesia menggunakan sistem Ejaan Soewandi, kemudian di tahun 1959 sistem Ejaan Melindo, dan tahun 1972 sampai dengan 2015 menggunakan EYD.

Okey, lanjut ya..

Bu Dian menjelaskan tentang cakupan ejaan, yaitu:
1. Penulisan kata
2. Pemakaian huruf
3. Pemakaian tanda baca
4. Penulisan unsur serapan

Contoh pembahasan yang bu Dian sampaikan, yaitu: penggunaan huruf kapital yang aku sendiri sering keliru. Contoh sederhana diberikan oleh bu Dian.

1. Siswa berbicara dalam bahasa jawa di sekolah.
* penulisan kata bahasa jawa dalam kalimat seharusnya
Siswa berbicara dalam bahasa Jawa di sekolah.

2. Gadis cantik itu bergaya kesunda-Sundaan.
* penulisan yang benar adalah
Gadis cantik itu bergaya kesunda-sundaan.

3. Kwitansi yang di tandatangani sebanyak 7 lembar.
*   penulisan yang benar adalah
Kuitansi yang ditandatangani sebanyak 7 lembar

4. Aktifitas Nina sehari - hari adalah belajar.
* penulisan yang benar adalah
Aktivitas Nina sehari - hari adalah belajar.

Itu sebagian contoh kalimat yang biasa kita tulis yang ternyata belum sesuai dengan PUEBI. Kita juga bisa melihat contoh perbandingan di bawah ini:

No
Ejaan yang salah
Ejaan yang benar
1
aktifitas
aktivitas
2
supir
sopir
3
aktiv
aktif
4
obyek
objek
5
analisa
analisis
6
prosentase
persentase
7
milyar
miliar

Beberapa hal yang kucatat terkait ejaan yang disampaikan bu Dian adalah
1. Penulisan rupiah tidak menggunakan titik, yaitu: Rp 2.500,00
2. Beberapa huruf luluh seperti huruf k, s, t, p, contoh : menyayangi dari kata sayang.
    Kecuali jika 2 huruf konsonan bertemu, seperti: mensyukuri dari kata syukur
3. Huruf yang sudah digaris, tidak perlu ditebalkan dan dimiringkan.

Dan, bu Dian yang sekarang sedang hamil besar, tapi tetap bersemangat ini pun terus menjelaskan tentang ejaan hingga pembawa acara mengingatkan bahwa waktu sudah hampir habis. Akhirnya, beliau menyampaikan rasa terima kasihnya pada peserta pelatihan yang tetap bersemangat meski jam sudah menunjukkan jam 4 sore.


Bu Dina sedang memberikan kata penutup acara

Aku menyimpulkan bahwa kemahiran bahasa Indonesia dapat kita pelajari dengan banyak berlatih dan membaca. Belajar terus untuk melestarikan bahasa Indonesia. 

Sumber data
- Pelatihan "Sosialisasi UKBI bagi Tenaga Profesional dan Calon Tenaga Profesional Se-Kota Bandarlampung"




Komentar

  1. Wah info baru bagi saya, ternyata ada juga Uji Kemampuan Bahasa Indonesia. Penting banget menurut saya. Karena ragam Bahasa Indonesia sangat luas, belum lagi yang berasal dari serapan bahasa asing. Bagi blogger juga penting untuk mmahami dasar kepenulisan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Mb Linda. Harus rajin belajar menulis dengan standar PUEBI. Terima kasih sudah berkunjung..

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa