Review Buku The Golden Apples of The Sun and Other Stories

review-buku-the-golden-apples-of-the-sun-karya-ray-bradbury

Judul Buku.    : The Golden Apples of The Sun
Penulis.           : Ray Bradbury
Tebal buku     : 338 halaman
Genre.              : Science fiction

Malam hari adalah saat orang-orang tenggelam dalam kesunyian. Nggak ada cahaya yang menerangi, kecuali cahaya redup dari rumah-rumah yang penghuninya terpaku di depan layar televisi. Perasaan sunyi memenuhi dada Mead yang berjalan seorang diri di jalanan setiap malam. Sekedar berjalan dan menghirup udara segar.

Alasan yang bikin mobil polisi yang patroli malam itu membawanya. Dengan patuh, Mead masuk ke dalam mobil tanpa pengemudi itu. Duduk di sel kecil di dalam mobil yang terlalu bersih. 

Nah, itulah salah satu kisah dalam buku The Golden Apples of The Sun Bradbury ini. Pedestrian. Menarik kan? Hingga aku pun ingin menulis review Buku The Golden Apples of The Sun ini untuk menambah koleksi bacaanku. 

Apalagi buku yang berisi 32 cerita pendek yang semuanya keren ini bercerita tentang kecemasan, kesedihan, harapan, dan cinta yang mungkin bisa jadi prediksi kehidupan masa depan. 

Pastinya, bukan kisah cinta seperti drakor ya? Mungkin seperti rasa cinta yang sulit untuk dimiliki, karena ketidakberdayaan yang sering mengkungkung apa pun yang bernama mahluk. Seperti kisah sedih The April Witch, Cecy dengan cinta tak sampainya pada seorang manusia biasa.

Okey, pengin tahu lebih lanjut? Yuk, kita baca review buku ini bareng.

Sinopsis The Golden Apples of The Sun karya Ray Bradbury

Cerita pertama buku ini adalah The Fog Horn. Kisah tentang dua orang penjaga mercusuar di bulan November. Saat misteri yang terpendam ratusan tahun terkuak. Rahasia yang bikin Johnny ketakutan.

Malam itu, suara melengking dari mesin mercusuar seolah memanggil keanehan. Mc Dunn yang berusaha mengungkapkan rahasia itu pada Johnny tetap merasa gugup. Dicekam rasa gentar akan sosok mahluk menakutkan yang telah ia ketahui. 

Dari tempat persembunyian, mereka dapat melihat sosok besar dengan leher yang panjang seperti reptil dari zaman purba. Panjangnya melebihi bangunan menara mercusuar. Seram sekali.

Menurut Mc Dunn, monster jutaan tahun itu bersembunyi di kedalaman laut terdalam. Menunggu waktunya untuk keluar. 

Saat lolongan pluit mercusuar terdengar, monster itu ikut melolong. Menjawab lengkingan suara yang seolah datang dari kejauhan. Seperti kesepian yang menggigit.

That's life for you," said Mc Dunn. "Someone always waiting for someone who never comes home. Always someone loving something more than that thing loves them. And after awhile you want to destroy that thing. So it can't hurt you no more..

Lalu, Mc Dunn yang ketakutan mematikan suara mercusuar. Ini membuat monster mengerikan itu marah. Ia pun menghancurkan bangunan mercusuar. Untungnya, kedua petugas ini sudah berlindung di ruang bawah tanah. 

Keduanya ditemukan tim penyelamat di bawah runtuhan bangunan mercusuar. Dan, mereka tak pernah mendengar kabar monster itu lagi.

The Pedestrian : Cerita Kedua dalam The Golden Apples of The Sun 

Dengan setting waktu di tahun 2053 AD, Tuan Leonard Mead hidup dalam kesendirian. Tanpa anak dan istri. "Nobody wants me." Nggak ada yang menginginkannya, kata Mead. Ia terbiasa menghabiskan malam harinya berjalan menyusuri jalanan kota yang hening. Sendiri. Sepi. Tak ada satu orang pun di jalanan. 

Dalam kegelapan malam, ia bisa melihat rumah-rumah yang penghuninya duduk diam di hadapan layar televisi. Seperti mesin. Tak ada tawa. Tak ada senda gurau. Bahkan, saat mobil polisi tanpa awak menangkapnya, ia tak melihat siapa pun di jalanan. 

The April Witch, Cerita ketiga dalam The Golden Apples of The Sun

Cecy bukan dari keluarga biasa. Kemampuannya untuk menjelajahi dunia dalam bentuk apa pun adalah salah satu keunikan yang ia miliki. Dan, keluarganya adalah berbeda.

Untuk itu, ayah dan ibunya berpesan agar Cecy tidak jatuh cinta pada orang biasa. Karena cinta seperti itu, dapat menghilangkan kemampuan istimewa yang ia miliki.

Tapi, Cecy ingin merasakan jatuh cinta seperti orang lain. Ia pun memasuki tubuh seorang gadis untuk mewujudkan keinginannya. Kabetulan, seorang pemuda gagah bernama Tom mencintai gadis tersebut.

Sayang, Ann Leory tidak mencintai Tom. Ia tak peduli dengan pemuda itu. Namun,  Cecy bertekad dengan niatnya. Ia pun mempengaruhi Ann agar menerima ajakan dansa malam itu. 

Malam itu, Cecy merasakan cinta yang menyedihkan. Ternyata Tom tak lagi mencintai Ann. Ia teringat kata-kata orang tuanya bahwa cinta ini bisa melemahkannya. Namun, ia berpikir, seandainya ia bisa bersama Tom, ia rela mengorbankan segalanya.

Ah, cerita di atas hanya beberapa kisah petualangan dan pengalaman hidup tokoh-tokoh fiktif yang menakjubkan. Nggak terbayang dalam imajinasiku. Belum lagi kisah-kisah lain yang nggak kalah imajinatifnya. Seperti kisah Janice dan Leonora dalam The Wilderness. Tentang konflik mereka meninggalkan bumi untuk tinggal di Mars demi sang kekasih.

Lalu, aku pun berpikir tentang kota yang sudah dirancang untuk manusia tempati di Mars. Sungguh, kisah fiksi ini adalah lompatan imajinasi masa depan yang mengagumkan.

Belum lagi kisah Kapten dan awak kapal yang menembus angkasa demi ide menyentuh matahari dan mencuri bagian matahari untuk disimpan. Ide yang nggak cuma terdengar mustahil, tapi juga mendebarkan.

Aku sih membayangkan gimana roket Copa de Oro ini bisa meleleh, karena level panas matahari yang amat tinggi. Apalagi, roket yang bergerak mendekati matahari itu bocor, hingga Bretton, salah satu awak pesawat itu pun membeku dan tanpa nyawa.

Ah, kamu pasti makin kepo dengan kisah-kisah di buku ini kan? Seperti gimana cara Janice dan Leonora menyiapkan diri secara fisik dan mental untuk pergi ke Mars. Kamu juga pasti nggak tahu gimana cara Kapten dan awaknya bertahan hidup dari semburan panas matahari.

So, yuk baca buku The Golden Apples of The Sun ini. Kita berpetualang di masa depan bersama.

Kelebihan Buku The Golden Apples of The Sun karya Ray Bradbury

Meski buku The Golden Apples of The Sun karya Ray Bradbury ini terkesan suram, kita diajak berpikir tentang peradaban manusia. Tentang kekhawatiran akan hilangnya kemanusiaan karena keberadaannya telah diganti oleh mesin.

Cerita Mead ini mungkin seperti kekhawatiran para pemikir belakangan ini. Apalagi teknologi AI misalnya, telah hampir memonopoli ruang berpikir yang dulunya adalah ranah manusia.

Apa pun itu, buku ini kupikir bisa jadi salah satu bacaan yang membangkitkan rasa peduli pada sekitar kita. Menumbuhkan rasa kemanusiaan yang mulai tergerus teknologi. Semoga keberadaan teknologi itu tetaplah sebagai alat bantu manusia. Bukan menjadi tuan manusia. 

Komentar

  1. Menarik yaa baca cerita science fiction tuh, karena kita diajak melanglangbuana dengan mesin waktu. Buat seolah-olah semuanya tidak ada yang abadi. Saya juga suka nonton film science fiction walaupun kadang harus mikir keras. Tapi kalau baca buku science fiction belum pernah sih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mbak Ririn. Bradbury emang piawai ngeramu kata. Aku pun bacanya pelan-pelan aja hehe. Bukunya yang terkenal sih Fahrenheit 451..

      Hapus
  2. Asyik banget punya bacaan baru ya Mbk. Tema buku yang aku sukai itu non fiksi keluarga kalau tema ilmiah sedikit bacaanku. Kepo dengan buku ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya mbak hehe. Ini kubaca online lewat archive.org. Bukunya Bradbury sudah difilmkan, karena cukup popular seperti Fahrenheit 451, Dandelion Wine dll.

      Hapus
  3. Yang cukup ngena itu cerita The Pedestrian ya, tapi kalau sekarang orang bukan duduk terpaku di depan TV saja tapi depan gawai iya juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya mbak. Bikin aku berpikir 100 tahun lagi gimana ya?

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa