Kebaikan sebagai Warisan Tak Ternilai

kebaikan-sebagai-warisan-tak-ternilai-tips

Pernah ngobrol tentang kematian? Mungkin pernah. Meskipun kita sering tak mengungkapkannya secara eksplisit atau jelas. Namun, tema  kematian ini adalah hal abadi yang nggak akan pernah mati seperti pergantian siang dan malam atau peredaran bintang-bintang. 

Lalu, bagaimana cara kita untuk menyambut kematian yang pasti datang ini? Seperti kata guruku, cara menyambut kematian adalah dengan senantiasa berbuat kebaikan. 

Kenapa?

Karena kebaikan sebagai warisan tak ternilai akan selalu abadi. Jadi amal jariah. Apalagi kebaikan ini dilakukan atas dasar cinta pada Allah semata.

Sehingga kita nggak akan terlalu memikirkan atau mengharapkan balasan kebaikan kita dari orang lain, kecuali ridho Allah. Inilah yang menurut pandangan Islam sebagai level amal perbuatan tertinggi.

Lalu, mengapa kita harus selalu berbuat baik? Apa hubungannya dengan kematian dan bagaimana caranya agar kita selalu berbuat kebaikan?

Dasar percaya akan kematian 

Ah, mungkin kamu pun mengingat kisah tragis Titanic. Kisah yang mengingatkan kita bahwa nggak ada yang abadi di dunia ini.

Kita juga bisa mengenang bagaimana keluarga kita yang satu persatu menemui Allah lewat kematian. 

Karena, pada prinsipnya, tiap-tiap yang bernyawa pasti akan menemui kematian, seperti yang disampaikan oleh ayat di bawah ini.

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu Barangsiapa dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam durga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan di dunia itu tak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS. Ali Imran:185)

Kesadaran akan arti dari ayat Alquran di atas menjadikan aku berpikir untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Lalu, apa yang bisa kutinggalkan saat aku mati? 

Kebaikan sebagai Warisan tak Ternilai

Ah, mungkin hanya ini saja yang bisa kuwariskan pada orang lain di sekitarku jika aku mati nanti. Kebaikan. 

Kenapa?

Yah, aku nggak punya apa-apa. Kalau orang bilang sih fakir wkwk dan aku sadar itu.

Sebagai guru, blogger, penulis, anak, teman, atau saudara pun, aku biasa saja. Bukan yang hebat, penurut, dermawan, kaya dan baik hati. Sehingga, aku sering merenungi. "Apa sih yang bisa kuwariskan?" 

Lalu, aku pun mengangguk dan tersenyum pada diriku sendiri. Yups, hanya kebaikan aja yang bisa kuberikan. Sesuatu yang bisa kulakukan dengan sepenuh hati karena Allah semata. Itu aja.

Seorang siswaku pernah bilang padaku, "Aku selalu ingat dengan ibu. Kalau bukan karena kebaikan ibu, aku nggak akan seperti ini." Mendengar ucapannya, aku tersenyum dalam hati. Berharap bahwa kenangan kebaikan ini akan menginspirasinya untuk berbuat baik dalam hidupnya. Menjaga kebaikan untuk menjadi alasan perbuatannya di dunia ini.

Aku pun memohon pada Allah, semoga kebaikan ini bisa jadi alasanku mendapatkan syafaat. Aamiin.

Kebaikan karena Allah

Berbuat kebakan karena Allah nggak akan pernah kecewa. Berbeda jika berbuat baik dengan mengharapkan balasan atau alasan kepentingan yang lain. Apa pun itu, amal perbuatan yang bukan karena Allah pada akhirnya akan menghasilkan kecewa. Kalau pun mendapatkan sesuatu, nggak akan melebihi apa yang diusahakannya.

Lalu, bagaimana cara kita berbuat kebaikan karena Allah? Caranya adalah ikhlas. Kata yang terdiri dari enam hurup ini akan membawa kita pada kebahagiaan yang sebenarnya. 

Ini pun mengingatkanku akan kisah seorang wanita yang sedang sakit keras dan membutuhkan seorang perawat. Saat perawat itu datang, ternyata ia adalah seorang ibu yang baru saja melahirkan anaknya. Wanita itu pun mengizinkan ibu itu pulang untuk mengurus bayinya dan kembali lagi padanya setelah setahun. Jika ia masih ingin bekerja padanya, ia bisa menghubunginya. Wanita itu bahkan membayar upah ibu tersebut penuh selama setahun.  Padahal ia baru sehari bekerja pada wanita tersebut.

Setelah setahun berlalu, ibu itu pun kembali bekerja pada wanita tersebut dan terkejut, karena mendapati majikannya sudah bisa berjalan dan beraktivitas seperti biasa. Padahal, setahun sebelumnya saat ia meninggalkannya wanita itu hanya tergeletak lemah di tempat tidur karena penyakitnya. 

"Saat saya mengirim ibu pulang untuk mengurus bayi, hati saya bahagia dan tenang. Lalu, entah bagaimana, saat dokter memeriksa saya, penyakit saya sudah hilang. Alhamdulillah. Saya sudah sehat kembali.."

Begitulah, kebaikan yang dilakukan karena Allah pasti akan dibalas dengan berkali lipat. Aku yakin, kebaikan seperti ini nggak akan pernah dilupakan dan jadi warisan tak ternilai bagi siapa saja yang mau mendengarkan dan belajar. 

Tips berbuat kebaikan sebagai warisan tak ternilai

  1. Lakukan aja. Nggak usah terlalu dipikirkan. Contohnya sih, kalau mau memberi bantuan pada teman yang kesulitan, jangan khawatir dengan banyak sedikitnya bantuanmu. Bukankah nilai kebaikan itu diukur dari niatnya?
  2. Buang prasangka buruk. Dalam berbuat kebaikan, nggak perlu khawatir atau pusing dengan pendapat orang lain. Lakukan aja semampumu, toh, kamu kan melakukannya hanya karena Allah.
  3. Beri bantuan pada yang membutuhkan sesuai kadar kebutuhannya. Kita bisa saja membantu seorang petani di ladang dengan memberinya cangkul, bibit tanaman, atau pupuk. Bukan jaring ikan, karena ia bukanlah seorang nelayan. Kita juga bisa membantu seorang pelajar dengan buku, pena, dan laptop. Bukan pisau atau cangkul, karena ia tidak membutuhkan cangkul untuk pembelajarannya di kelas.
  4. Lakukan kebaikan dengan ikhlas. Tak mengharapkan balasan atau pujian, karena sebaik-baik balasan amal baik adalah ridho Allah.

Kebaikan itu Membahagiakan 

Seperti kisah wanita di atas, kebaikan itu pastilah mendatangkan kebahagiaan. Dan dengan kebahagiaan itu akan datanglah kedamaian hati yang dapat menyehatkan hati, pikiran, dan tubuh. Hal yang menginspirasi kehidupan yang berkualitas. 

Kebahagiaan itu ada di hati manusia yang hatinya dipenuhi dengan kebaikan yang tulus ikhlas karena Allah. Kamu bisa tinggal di gunung, gua, gurun, desa, dan kota, tapi hatimu nggak akan merasa kekurangan. Hati akan selalu kaya karena kebaikan yang menyertai hidup. Ke mana pun kaki melangkah, kita nggak akan khawatir karena percaya bahwa Allah itu Maha baik. 

Nah, kebaikan inilah yang diukur sebagai warisan tak ternilai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa