Belajar dari Masa Lalu Orang Lain: Pelajaran Mahal yang Nggak Ada Duanya

belajar-dari-masa-lalu-orang-lain-pelajaran-mahal-yang-nggak-ada-duanya

Dadaku rasanya sedikit sesak melihat keadaan temanku ini. Dia, yang dulu terlihat ceria kini kusam dan nggak terurus. Matanya pun sayu dan tampak lelah. Telapak tangan yang dulu terawat. Kini kasar dan berwarna gelap.

Kata orang, ia dulu adalah seorang pengusaha mpek-mpek yang sukses. Ia memiliki langganan yang tersebar di Bandar Lampung. Bahkan beberapa konsumen setianya berasal dari Jawa dan Palembang, kota yang terkenal dengan produk camilan yang bisa dikonsumsi dengan cuka ini. 

Sementara, sekarang ia harus berkeliling untuk jualan mpek-mpek dagangannya. Langganan telah meninggalkannya, hingga uang lima puluh ribu rupiah pun belum tentu ia hasilkan dalam sehari. Padahal sebelumnya ia bisa dapat ratusan ribu rupiah tanpa harus bersusah-payah berkeliling dari kampung ke kampung.

Yah, aku nggak akan menceritakan lebih detail tentang keadaannya. Apalagi siapa dia sesungguhnya. Cukuplah kamu tahu bahwa itu terjadi karena kesalahannya di masa lalu. Dan itu harus dibayar lunas. Hingga, aku berpikir belajar dari masa lalu orang lain adalah pelajaran mahal yang nggak ada duanya. 

Lalu, apa sih kesalahannya?

Kesalahan Masa Lalu yang berujung Kemiskinan

Sebenarnya kesalahan temanku itu sederhana. Terlalu serakah. Ingin dapat keuntungan besar secara instan. Sifat alami manusia yang mengakibatkan ia lalai mempertimbangkan keputusannya dalam berbisnis. 

Ah, ini mengingatkanku dengan seorang Indra Kenz yang menurutku, memanfaatkan sifat manusia yang ingin cepat kaya. Tidak puas dengan harta yang sudah dimiliki. Lalu, menginsvestasikan sebagian atau seluruh hartanya tanpa mempelajari dengan seksama risiko yang akan dihadapi jika gagal.

Akibatnya, kesalahan masa lalu dari pengambilan keputusan terkait keuangan itu pun berujung kemiskinan. 

Nah, kalau temanku itu sih tergiur dengan uang segepok yang ditawarkan oleh seorang investor untuk membeli tempat usahanya yang sudah ramai. Mungkin, ia pikir ia bisa pindah ke tempat baru dan melanjutkan usahanya tanpa risiko yang berarti. 

Namun, kenyataan berkata lain, keputusannya itu berujung kemalangan. Setelah rumah dan tempat usahanya tersebut dijual, ia pun membeli rumah besar dan tempat usaha di tempat baru. Sayang, tempat baru itu belum membawa hoki seperti tempat usahanya yang lama.

Keluarganya berantakan, karena penghasilan yang tak menentu. Anaknya pun terpaksa berhenti sekolah.

"Untuk makan aja susah, Mbak," katanya sambil mengusap peluh di dahinya. Tangannya memegang belanjaan sagu dan bumbu untuk membuat mpek-mpek. "Di tempat sekarang sepi. Saya menyesal sudah menjual tempat usaha yang lama itu." Beberapa teman pedagang yang mendengarnya hanya bisa menatapnya dengan kasihan. Tapi, nasi sudah jadi bubur.

Belajar dari kesalahan masa lalu orang lain

Mengetahui kegagalan orang-orang ini, pasti bikin kita berpikir.  Belajar dari kesalahan orang lain itu penting untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Paling nggak, kita tidak mengalami penderitaan akibat hal yang sama.

Kenapa? Karena hanya orang-orang yang nggak berpikir aja yang mau mengulangi kesalahan orang lain dengan penuh kesadaran. Mungkin, itu sebabnya kita perlu membaca buku, ngobrol dengan orang-orang yang ahli di bidangnya, atau bergaul dengan alim ulama agar hidup kita terhindar dari kemalangan.

Untuk itulah, aku pun punya tips belajar dari masa lalu orang lain agar nggak terulang pada kita.

Tips belajar dari Masa Lalu

  • Perbanyak membaca buku. Kalau kata Quraish Shihab sih, membaca buku itu dapat membuat kita lebih baik. Pandangan hidup lebih bijak dan nggak mudah tergiur dengan orang atau sesuatu yang belum tentu kebenarannya. 
  • Luangkan waktu untuk ngobrol dengan orang-orang yang ahli di bidangnya. Kupikir, keuntungan hidup di zaman digital ini adalah mudahnya mengakses apa pun termasuk informasi. Kita juga dapat ngobrol dan dapat informasi berharga dari pakar ilmu pengetahuan yang ingin kita pelajari. Syarat mudah untuk mengetahui bahwa pakar ilmu itu benar atau tidak adalah dengan mengakses data resmi dari pemerintah atau sumber terpercaya.
  • Perbanyak mendengarkan nasihat alim ulama. Emang sih, sebagian orang mendengarkan ceramah adalah untuk pengetahuan semata. Namun, yakin aja, pengetahuan itu lambat laun bisa menjadikan kita pribadi yang lebih baik dan tenang dalam mengambil keputusan.
  • Bergaul dengan orang baik, jujur, dan rendah hati. Hal ini menurutku sih sangat penting, karena pergaulan yang baik akan menghindarkan kita dari hal yang menyulitkan dalam hidup. InsyaAllah hidup kita akan beruntung.
Selanjutnya, apakah kita bisa langsung menyadari bahwa belajar kesalahan masa lalu itu mudah? Mungkin. Tapi, ego dan ambisi dapat mencegah kita dalam meraih kesadaran bahwa belajar dari masa lalu. Akibatnya, sikap itu menghasilkan pelajaran mahal yang nggak ada duanya.

Seperti temanku itu, aku yakin bahwa orang sekitarnya telah mengingatkan tentang risiko keputusannya untuk menjual tempat usahanya. Namun, egonya nggak bisa menerima itu. Ia merasa dirinya yang paling benar. Sedangkan, ambisi untuk untung besar dari penjualan tempat bisnisnya telah menutupi akalnya.

So, gimana caranya agar kita dapat mencapai kesadaran itu? Okey, berikut tips yang aku jalani untuk menyadari bahwa belajar dari masa lalu pelajaran mahal yang nggak ada duanya dalam hidup kita.

Tips Belajar dari Masa Lalu Pelajaran Mahal yang nggak ada duanya

Aku tahu bahwa sebagian orang itu nggak terlalu suka dinasihati. Alasannya adalah ego manusia yang lumrah dimiliki akibat pendidikan yang pernah ia jalani atau pencapaian yang telah mengharumkan namanya. Sayangnya, sebagai manusia biasa, kita punya banya keterbatasan baik dalam pengetahuan maupun kemampuan. Hingga, ego yang berlebihan bisa mencegah kita terhindar dari kesialan hidup.

Ah, kalau mau contoh sih banyak sekali kan? Seperti seorang dosen yang hampir bunuh diri karena tertipu jutaan rupiah atau seorang pengusaha yang harus jadi pengemis karena salah investasi. Keduanya adalah orang-orang hebat di bidangnya. Tapi, kesalahan masa lalunya menghasilkan pelajaran yang mahal bagi dirinya dan keluarganya.

Lalu, bagaimana caranya agar kita mau belajar dari masa lalu? Nih, begini caranya..
  1. Membersihkan diri dari sikap angkuh. Mungkin inilah yang disebut oleh guru-guru kita dengan sebutan kosongkan gelas. Istilah yang lazim digunakan dalam islam sebagai tawadhu atau rendah hati. 
  2. Mendengarkan pendapat orang lain. Sikap ini adalah adab yang baik dalam belajar dan bergaul. aku pikir, kita nggak akan mendapatkan hikmah dalam hidup ini tanpa mendengarkan pendapat orang lain. 
  3. Mempelajari pros dan cons dari setiap keputusan yang akan kita ambil. Pentingnya melakukan riset dalam usaha dan bisnis adalah untuk mengantisipasi risiko buruk yang bisa terjadi dalam pengambilan keputusan kita.
  4. Mendiskusikan keputusan yang akan diambil dengan pakar yang ahli dan terpercaya. 
  5. Tawakal pada Allah setelah mengambil keputusan. Mengambil risiko adalah bagian dalam kehidupan ini. Namun, persiapan yang cukup akan menjadikan kita lebih tawakal pada hasil dari tindakan kita.

Belajar dari masa lalu Orang Lain Pelajaran Mahal yang Nggak ada duanya


Seperti halnya mata uang, belajar dari kesalahan masa lalu pun nggak harus bersifat negatif. Maksudku, pelaku kesalahan di masa lalu juga bisa beroleh kebaikan dari kesalahannya itu. Paling nggak, pelajaran mahal yang nggak ada duanya itu bisa membuatnya tersadar dan bangkit kembali. Ia harus yakin bahwa selalu ada kebaikan dalam setiap keburukan. Dan, nggak ada jalan lain lagi. Kita kan nggak bisa memutar waktu untuk mengulang segalanya?

Lalu, sebagai teman, saudara, atau pun orang lain, kita bisa memberi dukungan lewat doa. Rasa simpati yang dalam bagi orang-orang yang pernah melakukan kesalahan di masa lalu. Hal yang bisa terjadi pada siapa saja. Termasuk kita. 

Untuk itulah, berpikir dengan akal yang kritis sebelum mengambil tindakan bisa mencegah kita dari mengulang kesalahan masa lalu orang lain. Dan bukankah salah satu tanda orang beriman adalah orang yang mau berpikir?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa