Berbagi Kebaikan, Bukti Kasih Sayang pada Sesama

Berbagi-kebaikan-bukti-kasih-sayang-pada-sesama


Pernah tertidur saat dalam perjalanan? Dulu sih, aku sering mengalaminya. Bahkan, teriknya sinar matahari pun nggak menghalangiku untuk tidur. Perjalanan yang panjang dan melelahkan Bandar Lampung – Bandar Jaya mengakibatkan aku sulit menahan kantuk.

Baca juga: 3 Film Iran Paling Mengharukan

Perjalanan yang memakan waktu hampir dua setengah jam ini juga yang mengakibatkan aku menyadari banyak hal. Termasuk tentang berbagi kebaikan, bukti kasih sayang kepada sesama.

Pertemuan dengan Sahabat

Aku ingat, rutinitas perjalanan pulang-pergi ini kulakukan sekitar tahun 2008-2011. Nggak lama. Namun, pengalaman ini nggak akan kulupakan karena aku bertemu banyak orang, dari kondektur bus hingga copet terminal. Cukup mendebarkan mengingat terminal Rajabasa terkenal ‘rawan’.

Baca juga: Yuk, Bertemu dengan Inner Child

Untungnya, dunia itu penuh dengan berbagai macam orang. Aku pun bertemu dengan seorang sahabat. Seseorang yang menemaniku selama perjalanan awalku bekerja di Bandar Jaya, Lampung Tengah.

Nama sahabatku itu Septi. Gadis cantik yang baik hati. Dari dia lah, aku banyak belajar tentang arti berbagi kebaikan. Meskipun kehidupannya sangat sederhana, Septi masih mau berbagi kepadaku.

Siang itu, saat pertama kali kami bertemu dan aku mulai bekerja di tempat baruku, kamu mengajakku menginap di tempat kosmu. Kamu tahu, aku belum memiliki tempat tinggal di Bandar Jaya. Ah, rasanya hatiku serasa hangat dengan kebaikanmu itu.

Nggak hanya itu, kamu pun membagi makananmu denganku. Aku senang sekali.

Mengenal Pekerjaan Baru

Bekerja di IEC Bandar Jaya merupakan titik balik perjuanganku untuk memulai karirku sebagai guru di Bandar Jaya. Selain mempelajari hal baru dalam dunia mengajar, aku juga mengenal anak-anak yang lucu dan menggemaskan.

Mengajar anak-anak yang usianya sekitar 9 – 15 tahun itu seru, lho! Aku bisa merasakan tantangan yang berbeda dengan saat mengajarkan anak-anak yang usianya sekitar 16-17 tahun.

Baca juga: Naqiyyah Syam Founder Tapis Blogger

Pastinya sih, energi yang aku habiskan lebih banyak di IEC Bandar Jaya, dibandingkan saat mengajar di DCC Bandar Jaya dan SMK BLK Bandar Lampung. Aku ingat suaraku pernah serak parah, karena harus ikut menjerit dan menyanyi seharian bareng anak-anak hehe.

Nah, di tempat mengajar itu lah aku bertemu dengan sahabat-sahabat kecil yang menyenangkan. Beberapa masih sering berhubungan denganku, meski hanya lewat media sosial.

Kebaikan yang Tidak akan Terlupakan

Septi merupakan satu dari beberapa sahabat yang kukenal di tempat kerjaku. Kami sering mengobrol sambil menunggu kelasku dimulai. Sebagai petugas front desk, Septi juga bertugas mengatur tugas guru. Kami pun akrab.

Sayang, aku ditugaskan untuk mengajar di GGPC (Great Giant Pineapple Corporation), hingga kita jarang bertemu. Lalu, kamu menikah dan hubungan kita pun terputus.

Namun, aku nggak akan melupakan kebaikan sederhana kamu. Ah, aku jadi merindukan kamu. Aku berdoa pada Allah untuk kesehatan dan kebahagiaanmu. Di mana pun kamu berada.

Hikmah persahabatan

Sebenarnya, telah banyak sahabat yang datang sebelum dan sesudah Septi. Namun, ia lah yang pertama kukenal di kota yang asing itu. Maklum, aku kan homebody. Hampir nggak pernah main ke mana-mana. Hingga, bekerja di kota berbeda memberi kesempatan padaku untuk main.

Aku berpikir, kebaikan Septi itu lah yang membuka pintu keberanianku untuk menjelajah peluang persahabatan. Aku lebih berani untuk mengenal orang lain. Percaya bahwa masih banyak orang baik di dunia ini.

Upayaku Membalas Kebaikan dengan Kebaikan

Kepercayaan diri yang tumbuh untuk membina hubungan persahabatan itu lah yang mempertemukan aku dengan sahabat yang lain. Aminingsih namanya.

Perempuan manis ini sebenarnya adalah teman sekampusku. Lalu, kami pun dipertemukan lagi di IEC. Meski sifat kami sangat berbeda, kami bisa saling memahami. Mungkin itu sebabnya kami berdua akrab, ya?

Sebagai anak tertua, Ami menanggung beban yang cukup berat. Apalagi ibunya yang sakit cukup parah. Breast cancer stadium empat. Saat itu beliau sudah menjalani operasi pengangkatan payudara. Namun, kondisi yang sudah cukup parah, hingga beliau harus dirawat di rumah saja.

Aku nggak bisa membayangkan perasaan Ami. Bapaknya pun otomatis nggak bisa bekerja lagi, karena harus merawat ibu. Akibatnya, beban mencari nafkah tumpah ke pundak Ami. Untungnya, pihak keluarga ayah dan ibu ikut membantu keluarga Ami.

Sebagai teman, aku nggak bisa melakukan apa-apa selain menemani Ami. Aku selalu menyempatkan mengunjungi Ami di rumahnya. Ngobrol atau sekedar menikmati es krim bareng di depan Plaza Bandar Jaya.

Aku menyadari, kehadiran seorang teman  di saat sulit itu bisa mengurangi beratnya beban.

Mungkin itu sebabnya juga, aku merasa beruntung menjadi seorang guru. Sebagai guru, aku dapat lebih dekat dengan orang-orang di sekitarku. Membantu dan menguatkan dengan kata-kata terbaik. Membangkitkan orang yang mungkin berada di ambang keputusasaan.

Seorang siswaku pernah bilang padaku. “Bu, terima kasih atas ucapan ibu waktu itu, ya. Saya jadi menyadari tentang diri saya. Sekarang saya bisa memulai hidup dengan lebih baik.”

Jujur aja, aku lupa dengan ucapan apa yang dimaksud anak tersebut. Lha wong nama si doi aja aku lupa hehe.. Meski si doi nggak traktir aku gorengan, aku sudah merasa senang sekali. Rasanya itu seperti dibelikan mobil baru. Percaya, deh.

Berbagi Kebaikan itu Membahagiakan

Berbagi itu membahagiakan. Apa pun caranya. Nggak perlu menunggu jadi crazy rich dulu untuk memberikan sebagian yang kita miliki. Bukankah sebagian harta kita adalah milik fakir miskin?

Ah, ini pun mengingatkan aku tentang kisah seorang ibu yang sakit parah. Ia pun mempekerjakan seorang perawat. Suatu hari ia mendengar suara tangisan.

Ternyata perawatnya itu adalah seorang ibu yang baru melahirkan seorang bayi. Karena kasihan, si ibu mengijinkan perawat tersebut untuk pulang kampung mengurus si  bayi dan memberi gaji utuh selama setahun sesuai perjanjian.

Saat kembali bekerja, perawat itu kaget melihat si ibu sudah sembuh dan sehat. Si ibu bercerita sejak memulangkan perawat tersebut, si ibu merasa lega dan bahagia telah menolong seorang ibu dan anaknya. Dan, Alhamdulillah, kebahagiaan hati si ibu membuat kondisi tubuhnya membaik.

Perbuatan si ibu baik hati dan perawat tersebut, kupikir adalah salah satu dari mukjizat kebaikan dari sedekah.

‘Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan, jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. (Al Isra ayat: 7)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa