(REVIEW) BUKU MATILDA KARYA ROALD DAHL: PENGARUH PENDIDIKAN KELUARGA DAN SEKOLAH BAGI ANAK

 

Review-buku-matilda-karya-Roald-Dahl

Bagiku, membaca buku Matilda karya Roald Dahl ini adalah pengalaman yang berbeda dibandingkan dengan membaca bukunya yang lain, seperti Danny the Champion of the World atau The Fantastic Mr Fox.

Sementara buku Danny the Champion of the World dan the Fantastic Mr Fox mengisahkan tentang persahabatan orang tua dan anaknya, Matilda mengisahkan tentang anak yang harus berjuang sendiri untuk membuktikan dirinya.

Kisah Matilda ini menggelitikku untuk menulis review buku Matilda. Apalagi cerita Matilda ini mengambil latar belakang keluarga dan sekolah. Tempat yang erat dengan keseharian kita. Buku Matilda ini membahas tentang pengaruh pendidikan keluarga dan sekolah bagi anak.

Kepo kan? Yuk, ikuti sinopsisnya ini.

Review-buku-matilda-karya-roald-dahl
Tampilan buku digital Matilda karya Roald Dahl di archive.org


Sinopsis Buku Matilda Karya Roald Dahl

Terlahir sebagai seorang anak perempuan kedua dari keluarga Wormwood, Matilda nggak mendapatkan perlakuan istimewa. Meski nggak pernah kekurangan makan, Matilda kecil nggak mendapatkan dukungan yang inginkan.

Sebagai anak yang selalu ingin tahu, Matilda menghabiskan waktunya untuk bertanya. Saat orang tuanya bosan menjawab, ia mengajari dirinya sendiri untuk membaca di usia tiga tahun. Matilda menghabiskan bacaan yang ada di rumahnya, hingga ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan desa

Di perpustakaan desa, Matilda kecil bertemu dengan Ibu Phelps. Pustakawan yang awalnya nggak percaya.anak sekecil itu sudah bisa membaca. Namun, setelah beberapa minggu, Ibu Phelps pun menyadari kecerdasan Matilda.

Saat minggu pertama, Ibu Phelps selalu menanyakan pada Matilda tentang ibunya. Dan, ia merasa heran mendengar jawaban Matilda bahwa ibunya sedang bermain bingo saat ini. Nggak pernah mengantar Matilda ke perpustakaan desa atau membantunya menyebrang jalan. Padahal Matilda baru berusia 4 tahun 3 bulan!

Review-buku-matilda-karya-roald-dahl
Gambar tokoh-tokoh dalam Matilda

Setelah membaca semua buku-buku anak, Matilda minta ditunjukkan buku-buku lain yang menarik. Ibu Phelps memberinya buku Great Expectation karya Charles Dicken hanya untuk bercanda. Tapi, Matilda menerima buku itu dan membacanya. Tentu saja, Ibu Phelps tercengang melihatnya.

Matilda menghabiskan buku Great Expectation selama seminggu.

Setelah enam bulan, Matilda telah membaca buku-buku seperti Nichols Nickleby by Charles Dicken, Oliver Twist by Charles Dicken, Jane Eyre by Charlotte Bronte, Pride and Prejudice by Jane Austen, Tess of the D’Urbervilles by Thomas Hardy, dan lain-lain. Buku-buku yang nggak akan dibaca oleh orang tuanya.

Ibu Phelps memperhatikan Matilda dengan rasa takjub. Meski ia khawatir dengan Matilda, ia mengagumi dirinya yang nggak mau ikut campur dengan urusan keluarga orang lain. Ia memberi tahu Matilda bahwa perpustakaan desa dapat meminjamkan dua buku selama seminggu, hingga Matilda nggak harus setiap hari ke perpustakaan untuk membaca buku.

Mendengar hal ini, Matilda merasa senang. Sejak itu, ia meminjam lebih dari satu buku dan hanya pergi ke perpustakaan seminggu sekali. Matilda juga mengubah kamar kecilnya sebagai ruang bacanya selama ibunya pergi main bingo.

Sayangnya, ayah dan ibunya nggak menyukai hobi membaca Matilda. Mereka menganggap bahwa membaca itu nggak berguna selain untuk berdagang. Bahkan, Mr. Wormwood penah menyobek buku yang sedang dibaca Matilda, karena ia nggak ikut menonton TV bareng. Matilda begitu marah. Ia memutuskan untuk memberi pelajaran pada orang tuanya.

Dengan kecerdikannya, Matilda mengerjai ayahnya dengan cat warna rambut. Dan, saat ayahnya nggak jera, ia pun memperdaya ayahnya dengan burung kakaktua. Sayangnya, kedua orang tua Matilda nggak berubah seperti yang ia inginkan. Penyayang, perhatian, terhormat, dan berpendidikan.

Matilda juga kesal dengan kelicikan ayahnya dalam berbisnis mobil. Menipu pembeli dengan menjual mobil jelek dengan trik yang jahat. Matilda berusaha mengingatkan ayahnya. Namun, sekali lagi Matilda nggak dianggap.

Orang tuanya pun nggak memperhatikan pendidikan Matilda, hingga ia terlambat sekolah. matilda baru mulai sekolah di usia 5 tahun 6 bulan. Padahal anak-anak seharusnya sudah mulai sekolah di usia 5 tahun.

Matilda disekolahkan di Crunchen Hall Primary School. Guru Matilda adalah Ibu Jeniffer Honey atau biasa dipanggil Bu Honey. Seorang wanita muda yang lembut berusia sekitar 24 tahun. Tubuhnya langsing dan rapuh seperti porselin China.

Bu Honey mengajar kelas yang berisi 18 anak. Termasuk Matilda yang duduk di barisan kedua. Nah, saat memulai pelajaran inilah, Bu Honey menemukan keistimewaan Matilda. Hingga, Bu Honey pun menemui Ibu Trunchbull, Kepala Sekolah galak yang ditakuti. Sayangnya, keinginan Bu Honey agar Matilda dipindahkan ke kelas yang lebih tinggi diitolak.

Meski tertekan, Bu Honey nggak menyerah. Ia bertekat akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu Matilda dalam belajar. Sebagai guru, Bu Honey merasa terpanggil untuk mendukung kemajuan pendidikan Matilda.

Ibu Honey mengunjungi tempat tinggal Mr. Wormwood. Ia nggak terima hangat. Bahkan ibu Wormwood mengatakan bahwa penampilan lebih penting dibanding buku. Sekali lagi, bu Honey merasa kecewa. Ia pulang dengan perasaan kesal.

Merasa tertantang, Bu Honey mulai mengajar Matilda dengan cara berbeda dibanding anak-anak yang lain. Sementara ia memberikan buku-buku pada Matilda, Bu Honey mengajarkan teman-teman Matilda membaca dan berhitung.

Meski pintar, Matilda adalah anak sopan yang nggak suka menyombongkan diri. Hingga teman-temannya pun menyukainya. Mereka memahami Matilda anak pintar sejak pertemuan pertama. Tapi, mereka tetap main bersama Matilda seperti anak-anak lain. Bahkan, Matilda memiliki teman akrab. Lavender. Anak pemberani yang berjiwa petualang.

Kedekatan Matilda dan Bu Honey terjalin makin erat. Matilda mengetahui rahasia besar tentang Bu Honey dan Bu Trunchbull. Kepala sekolah yang bikin semua anak-anak di sekolah ketakutan. Matilda menyadari bahwa bu Honey butuh pertolongan.

Nah, rahasia apa yang tersembunyi dari Bu Honey dan Bu Trunchbull? Dan, apa yang Matilda bisa lakukan? Penasaran kan? Yuk, baca bareng!

 

Pengaruh Pendidikan Keluarga dan Sekolah Bagi Anak

Sebagai guru SMK yang belum pernah mengajar anak-anak SD, aku nggak bisa membayangkan mengajar anak-anak kecil yang berusia 5 tahun. Pasti menantang ya! Sama seperti saat kamu ingin menaiki gunung untuk pertama kalinya.

Namun, aku sih yakin, kasih sayang dan cinta pada anak-anak pasti dapat mengatasi rasa khawatir mengajar anak-anak.

Meski kenyataannya nggak mudah, guru yang memahami tentang karakter dan kebutuhan belajar anak akan dapat mengatasi sulitnya mengatur siswa-siswi SD yang satu kelas bisa mencapai 42  siswa. Berbeda dengan kelas Bu Honey yang hanya 18 siswa.

Namun, pendidikan yang baik di keluarga akan dapat membantu mental anak dalam menghadapi tantangan di kelas. Orang tua bisa memberi bimbingan belajar khusus di rumah.  Guru di sekolah pun bisa memberi jam tambahan belajar bagi siswa yang masih tertinggal pelajaran.

Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih sayang dan cinta, inshallah anak-anak tersebut akan tumbuh jadi pribadi yang bermental baik dan berakhlak mulia. Sikap yang akan mengakibatkan anak mampu menghadapi perubahan zaman yang cepat ini.

 

Kelebihan Buku Matilda Karya Roald Dahl

Cerita Matilda yang beralur maju ini memberikan gambaran spesifik tentang pengaruh pendidikan keluarga dan sekolah bagi anak. Bagaimana anak-anak seperti Hortensia berpikir untuk membalas perbuatan jahat Ibu Trunchbull. Sikap yang seharusnya nggak dimiliki anak-anak.

Sikap Hortensia menjadi gambaran terbalik dari sekolah yang seharusnya jadi tempat aman dan menyenangkan buat belajar anak. Mengembangkan diri sambil belajar dan bermain.

Cara bercerita Roald Dahl yang asyik bikin aku ketagihan membaca buku ini. Insight tentang pendidikan anak di keluarga dan sekolah serta penerimaan akan keistimewaan anak juga membuatku makin sadar bahwa selalu ada celah bagi kita untuk berbuat baik.

Hingga, menurutku, buku yang menggunakan sudut pandang orang ketiga ini pantas mendapatkan bintang lima dari lima bintang yang tersedia. Buku ini juga aku rekomendasikan untuk dibaca oleh guru, orang tua, atau anak-anak remaja yang ingin mengenal tentang dunia pendidikan anak.

Harapannya, setelah membaca buku Matilda ini, kita akan makin mencintai dan menerima apa pun keadaan anak-anak dan keistimewaannya. Hingga, kita mampu membimbing dan membantu mereka meraih impiannya. 

Komentar

  1. Bukunya sepertinya menarik untuk dibaca, sebagai rileksasi sikap kita terhadap anak. Semoga banyak yang baca.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Kak. Buku ini bisa jadi perenungan buat orang tua dalam mendidik putra-putrinya..

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa