Serunya Virtual Tour ke Korea di Rumah Aja

Serunya-Virtual-Tour-ke-Korea-di-Rumah-Aja


Masih ingat drakor Winter Sonata yang booming di sekitar tahun 2003 ? Kisah cinta antara Joon Sang dan Yu Jin yang bikin hati meleleh. Apalagi ditambah soundtrack filmnya yang begitu menyentuh hati. 

Drakor Winter Sonata ini diaggap menandai dimulainya gelombang Korea di seluruh dunia. Drama yang juga bikin setting tempat pengambilan filmnya, Nami island terkenal. Jadi objek wisata unggulan bagi para penggemar drakor.

Nah, di saat pandemi ini, pasti nggak kebayang bisa jalan-jalan ke Korea, kan? Apalagi merasakan serunya Virtual Tour ke Korea di Rumah Aja. Plus, bisa window shopping ke Myeongdong street yang famous banget dengan  jajanannya itu.

Well, Alhamdulillah, kemajuan teknologi menjawab semua itu. Thanks to Komunitas ISB dan Wisata Kreatif Jakarta yang memfasilitasi keseruan virtual tour ke Korea ini. 

Tour ini dipandu oleh Mas Ardhan dari Komunitas ISB dan Mbak Ira dari Wisata Kreatif Jakarta selama satu setengah jam.

Rute virtual tour ke Korea ini adalah Gyeongbok Palace, Cheongye Stream, Hanok Village, Gangnam, Myeongdong Street, Dongdaemun, Seoul Tower, dan Nami Island. Wuih, seru ya? Bisa mendatangi delapan tempat keren sekaligus. Aku jadi deg-degan.


Perasaanku selama perjalanan


Sebagaimana tour langsung, kami pun merasa seolah ada di tempat tujuan. Korea. Bahkan, Mbak Ira dengan sabar menjawab pertanyaan kami  selama tour Virtual ke Korea ini berlangsung. Pokoknya, persis jalan-jalan beneran. 


Perjalanan dari Jakarta - Seoul yang biasanya butuh tujuh jam, kami tempuh dalam beberapa menit. Kami semua selamat sampai Bandara Incheon. Alhamdulillah.

Bandara Incheon adalah salah satu dari tiga bandara terbaik di dunia. Fasilitasnya lengkap. Kita juga disuguhi aktivitas budaya Korea yang bikin nggak suntuk.


Sekilas Korea


Sama seperti Indonesia, Korea yang merdeka di tahun 1948 ini pun punya masalah macet yang parah. Terutama saat rush hour. Persis Jakarta.

Negeri gingseng yang pernah dijajah Cina dan Jepang ini juga punya hubungan nggak intim dengan negara-negara tersebut. Mirip hubungan dengan Indonesia dan Malaysia gitu deh. Dekat tapi bersaing. 

Wajar aja, ya? Jepang kan menjajahnya dari tahun 1905 - 1945. Aku sih mengerti rasanya. Bangsa Korea ingin membuktikan dirinya di mata dunia bahwa Korea adalah bangsa hebat. 

Ini terlihat banget dari kebanggaan bangsa Korea terhadap negaranya. Korea terus berupaya mempromosikan teknologinya lewat budaya. Usaha yang dilakukan lewat drakor yang diramu sedemikian manis. 

Mengingatkanku dengan kejadian sejarah penting di masa Goryeo. Kisah memilukan dari Deong Jojeon yang terbunuh oleh Yin Bang, pendiri dinasti Joseon.  

Kisah tragis yang menarik simpati penggemar drama di seluruh dunia. Termasuk orang Indonesia yang terkenal suka drama. Di Indonesia, bahkan punya fans yang solid mengikuti perkembangan K-Pop. 

Menurutku, hubungan emosional kedua negara Asia ini bikin fans drakor makin banyak. Kubaca di satu akun K-Pop lovers twitter aja  ada 1.248 followers. Angka fans club yang jadi pasar bagus buat semua hal berbau Korea. Termasuk travelling to Korea.




Menikmati serunya Virtual Tour ke Gyeongbok Palace

di Rumah Aja 


Jujur saja, aku belum pernah pergi ke istana mana pun. Apalagi Gyeongbok Palace yang sering jadi setting tempat drakor. Rasanya bikin overwelmed aku banget.

Aku senang bisa tahu dan melihat secara virtual tentang Gyeongbok Palace. Melongok ke dalam ruang kamar yang sering jadi tempat syuting. Bahkan aku bisa asyik menikmati serunya virtual tour ke Gyeongbok palace di rumah aja sambil makan garlic bread secara virtual juga. Eh, jadi lapar aku hehe...

Gyeongbok Palace merupakan salah satu dari lima istana di Seoul, didirikan di Abad 14 pada era dinasti Joseon. Aku sih masih penasaran kenapa era Joseon sering dijadikan setting waktu drakor. Ditambah Gyeongbok palace yang terdiri dari 5. 400 kamar. Wow, ya!

Istana yang pernah hancur pada masa pendudukan Jepang.di abad 15. Namun direstorasi dua Abad kemudian. Tentu saja dengan tetap menjaga keasliannya. Mungkin mirip dengan Candi Borobudur ya?

Untuk tiket tour ke Gyeongbok Palace ini, kata Mbak Ira, biasanya sekitar Rp. 200 Ribu. Plus sewa pakaian khas Korea, Hanbok untuk selfi. Nggak mahal kan?

Bayanganku sih, aku dan teman-teman tour virtualku yang berjumlah tiga puluh orang ini bisa pakai Hanbok dan photo bareng di depan Gyeongdong Palace. Ada yang sibuk atur gaya, dan ada yang sibuk selfi sendiri. Duh, heboh!

Selanjutnya, tour kami lanjutkan melihat-lihat kompleks raja, permaisuri, dan selir. Kompleks ini berbentuk kamar-kamar. Tapi, kami hanya melihat-lihat sebagian. Kata Mbak Ira, bisa seharian untuk mengelilingi kamar sebanyak itu. 

Oya, atraksi serunya itu saat pergantian pengawal istana di jam 11, jam 1 dan jam 3. Durasinya sih singkat, hanya 15 menit. Tapi, atraksi ini banyak menarik wisatawan asing. 

Waktu berkunjung yang seru ke Korea itu musim semi. Saat musim sakura. Sayangnya, harganya lebih mahal dibanding musim lain. Jadi wisatawan lebih memilih musim gugur karena suhunya  kisaran 20°. Cukup bersahabat bagi yang biasa tinggal di daerah tropis.


Cheongye Stream


Selanjutnya, kami menuju sebuah kali yang dikenal dengan nama Cheongye Stream. Kali ini mengingatkan kita pada Kali Ciliwung. Bedanya, Cheongye Stream ini bersih banget.

Airnya yang bening dan riaknya yang tenang bikin adem. Apalagi banyak pohon yang dibiarkan tumbuh di sekitar Cheongye Stream. Bikin tambah seger.

Cheongye Stream yang dibuat di tahun 2005 ini punya kedekatan sejarah dengan Kali Kota Tua. Tak heran, bentuk kedua kali ini mirip. Meski Kali Kota Tua tidak dibuka untuk Umum.

Di Cheongye Stream ini kita bisa mencuci kaki, atau sekedar duduk-duduk. Kalau malam kali ini cukup ramai didatangi anak-anak muda untuk nongkrong atau sekedar main musik. Cocok untuk kita bersantai.

Setelah nyantai duduk - duduk dan cuci kaki virtual di Cheongye Stream, kami begegas meluncur ke destinasi selanjutnya. Menikmati perjalanan asyik sepanjang jalan yang diatur apik. Ya, kita bisa melihat shrink atau tempat ibadah di depan gedung modern pencakar langit. Paduan harmonis budaya kuno dan modernisme,




Serunya Virtual Tour ke  Hanok Village di Rumah Aja


Tak kalah uniknya, Korea pun punya area di desa yang bangunan kunonya masih tetap dilestarikan. Namanya  Hanok Village. Kawasan turis yang banyak diminati. Mungkin mirip desa Tenganan di Bali, ya?

Kata Mbak Ira, wisatawan asing banyak yang suka menginap di Hanok Village ini. Merasakan hidup bersama penduduk setempat di suasana tempo dulu. Menikmati sensasi berbeda seperti di drakor yang mereka suka.

Aku pun merasa penasaran gimana orang Korea bisa tetap hangat di musim dingin. Ternyata, di bawah rumah traditional Korea ada ondol. Semacam perapian yang diletakkan di bawah rumah.

Oya, rumah-rumah Korea juga dilengkapi oleh dua jendela. Fungsinya adalah mencegah serangga atau debu masuk ke kamar. Jadi, rumah- rumah di Hanok Village terjamin kebersihannya.

Kalau kamu ingin menginap, homestay di Hanok Village dicharge sekitar Rp.600 Ribu per kamar. Harga yang cukup terjangkau. Apalagi lengkap dengan layanan wifi. Bikin betah.





Gangnam Road yang Gemerlap


Masih ingat dengan Psy yang mempopulerkan lagu Gangnam style ? Psy ini juga yang bertanggung jawab atas kepopuleran Gangnam. Kawasan yang dipersembahkan buat K-Pop.

Okey, supaya nggak penasaran, kita lanjutkan perjalanan ke kawasan elite Gangnam road. Area bisnis yang jadi pemukiman bintang K-Pop. Mungkin, ini yang bikin kawasan Gangnam street lebih mahal dibanding yang lain.

Fyi, Gangnam Road ini juga dijadikan tribute buat bintang K-Pop dengan membangun Teddy Bear. Perwujudan Teddy Bear ini dianggap sebagai asal muasal orang Korea.

Wuih, orang Korea modern pun masih memegang erat kepercayaan kunonya, ya. Masih menghargai tradisi lama sebagai warisan sejarah. Tidak lupa dengan masa lalunya. 


Jajan-murah-seru-di-myeongdong-street


Jajan Seru di Myeongdong Street 


Okey, belum capek kan? Lanjut, ya ke Myeongdong street. Tempat yang mengingatkanku dengan Pasar Baru.

Bedanya, di Myeongdong street kita akan temui banyak relawan yang siap membantu turis. Mereka memakai papan bertuliskan, "Can I help you?" Para relawan ini ada yang bisa berbahasa asing, seperti: Inggris, Prancis, dan bahasa asing lain.

Aku membayangkan kalau aku ada di Myeongdong, aku nggak bakal takut tersesat. Bisa jalan-jalan tanpa khawatir. Shopping juga tenang karena aku bisa tanya langsung dengan mereka.

Kawasan ini juga unik, karena aku bisa temui banyak jajanan jalanan yang murah. Es krim Myeongdong yang enak. Hanya Rp.25 Ribu. Yummy.

Sambil menikmati es krim Myeongdong, kita bisa jalan-jalan mengelilingi toko sepanjang jalan. Lumayan, bisa dapat masker gratis yang ditawarkan di depan toko. Irit kantong, kan?

Kita juga nggak perlu khawatir kalau masih lapar, di Myeongdong ini kita bisa jajan murah. Seafood, roti, atau jajanan ala Korea lain. Semuanya bisa dinikmati.

Sayangnya, jajanan jalanan di Myeongdong ini tak ada tanda halalnya. Jadi, aku yang Muslim harus pilih makanan yang sesuai. Tapi, aku nggak khawatir sih. Pilihannya kan banyak.

Oya, selama tour biasanya ada break sekitar  lima jam. Aku bisa jalan-jalan memperhatikan pemuka agama Yehova promosi tentang agamanya. Sedangkan, bagi yang beragama Nasrani, bisa beribadah di gereja Katredal di Myeongdong ini.


Belanja Souvenir Murah di Dongdaimun


Okey, makan sudah. Ibadah juga sudah. Sekarang kita lanjut untuk hunting souvenir murah di Dongdaimun. Surga diskon yang terletak di lantai lima Shopping Center.

Di Dongdaimun ini juga terdapat komplek perbelanjaan elit yang menjual high quality product. Mahal sih. Surga banget bagi yang berkantong tebal. Cocok buat pencinta Korea yang ingin koleksi barang branded ala Korea. 




 Serunya Mengabadikan Cinta di Seoul Tower


Serunya berkunjung ke Seoul Tower yang dulunya adalah menara radio. Mengingatkanku dengan Monas. Menara Namsan ini terletak di bukit yang dapat ditempuh dengan jalan kaki.

Tiket masuk Seoul Tower ini sebesar Rp.150 Ribu. Kupikir harga yang sesuai dengan sensasi gembok cintanya. Tradisi mengabadikan cinta yang banyak diadopsi negara lain. Termasuk Indonesia.




Legenda Winter Sonata di Nami Island


Finally, sampailah kami ke destinasi terakhir. Nami Island. Kawasan wisata legenda ala Winter Soneta.

Nami island dapat ditempuh dua jam dari Seoul. Perjalanan menggunakan kereta, Lalu menyambung dengan bus. Selanjutnya kita akan naik kapal Feri selama 15 menit.

Nah, tampilan Nami island ini mirip Pulau Bidadari. Bedanya, Nami island yang terkenal dengan pohon pinusnya itu ada tribute patung Joon Sang dan Yu Jin. Pemeran Winter Sonata yang bikin Pulau ini terkenal.

Aku berpikir tentang usaha keras pemerintah dalam membangun citra Nami Island ini. Menjadikan Pulau ini dikenal melalui promosi terbaik. Film.


srunya-virtual-tour-ke-korea-di-rumah


Serunya Virtual Tour ke Korea di Rumah Aja


Perjalanan virtual ke Korea ini adalah keseruan pertama bagiku. Seneng rasanya, bisa jalan-jalan ke Korea di rumah aja. Hal yang nggak pernah terbayang sebelumnya.

Virtual tour ke Korea di rumah aja ini juga membuka wawasanku. Aku jadi tahu, ada cara lain menikmati sebuah perjalanan. Amazing, kan?

Pengalaman menakjubkan bersama Komunitas ISB dan wisata Kreatif Jakarta ini juga membuka mataku. Aku jadi mengerti bahwa pandemi ini pun kasih peluang baru buat yang berani berubah. Termasuk dalam berwisata. 

Aku pun tersadar peran besar dari dunia visual seperti film dalam mendukung promosi budaya. Apalagi dengan dukungan kuat pemerintah dan masyarakat. Seperti pemerintah Korea dan masyarakatnya.

Anyway, keseruan tour Virtual ini nggak akan kulupakan. Meski, aku juga ingin sekali bisa mengunjugi Korea secara langsung. Pasti asyik!


Komentar

  1. Virtual tour ini seperti diskusi tentang audiobook. Kita bisa memperoleh banyak ilmu dalam suatu webinar, dan kebetulan webinarnya berisi perjalanan virtual. Menyenangkan.

    BalasHapus
  2. Iya.. mbak.berasa nguatin imaginasi juga ya? Membayangkan suasananya..🤗

    BalasHapus
  3. seru mbak, waktu itu mau ikutan tapi bingung masang foto dan captionnya, kurang update lagi soal drakor hehehe
    virtual tour ini obat kangen juga karena selama pandemi nggak bisa pergi jauh jauh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mbak Ainun. Virtual tour ini alternatif obat kangen buat yg doyan jalan-jalan🤗

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa