Kenangan Bersamamu : Bahagianya Buka Bersama

Kenangan Bersamamu : Bahagianya Buka Bersama



Memang, kebahagiaan itu akan hadir kapan saja. Apalagi di Bulan Suci yang membahagiakan ini. Bulan Ramadan. Termasuk, saat moment sederhana, Buka Bersama. Aku tahu, bahwa tak selalu hidup itu melulu tentang makan. Tapi, bukankah kita mengerti arti saat bersama setelah merasakan berpisah.Meski hanya sesaat. Dan, urusan perut memang diakui dapat menundukkan rasa lain. Jadi, mengendalikannya akan jadi standar bukti cinta pada Allah. Yah, seperti ibadah puasa yang kita lakukan semata -mata karena Allah. Sedangkan moment buka bersama saat Ramadhan dapat mempererat rasa persaudaraa sesama muslim. Jadilah, aku terkadang menikmati moment bahagia ini. Moment setahun sekali. Moment yang dapat menyejukkan hati saat kau dan aku terpisah ruang dan waktu. Membuatku tersenyum selalu.

Aku masih ingat sebuah coretan kecil yang kutulis saat aku merindukanmu. Kutulis dalam kertas kecil yang kutulis sambil menunggu saat buka bersama. Aku ingat, saat itu kamu masih mengobrol dengan teman yang lain. Ah, kamu tak tahu. Meski kau bersamaku, kadang aku merindukan kamu hanya bersamaku. Sementara kamu kadang lebih sibuk dengan temanmu yang ada di layar handphonemu. Jadi aku sering membayangkan dirimu untuk diriku saja. Dalam coretan tanganku.

Ini Puisi ku untukmu tentang Buka Bersama kita saat itu. Moment yang tak terlupa bagiku

Masih kuingat senyummu sambil menunggu waktu tergelincirnya matahari
Menunggu saat membahagiakan bersama
Setelah menahan lapar dan dahaga dalam pelukan siang
Waktu buka bersama

Aku tahu bukan makanan itu yang membuat matamu berbinar
Meski makanan itu pun yang mmbuka matamu tentang arti berbagi
Kulihat kau menunggu waktu dengan sabar
Menyadari arti kesadaran pada sekitar yang pernah dan masih menahan lapar

Kau berbuka dengan syukur tak terbendung
Menikmati tiap butir nasi yang kau telan
Bibirmu berdoa untuk sesama di seluruh dunia
Agar merasakan indahnya buka bersama seperti dirimu
Bersamaku juga

Mei 2018

Buka Bersama Merupakan Trend Kaum Milenia

Sebagai seorang anak yang lahir di tahun 90 an, jujur saja, aku terkadang sering terkesima menyaksikan betapa seorang anak kecil bisa menggunakan gawai canggih dengan mahir. Padahal usianya masih di bawah 5 tahun! Bandingkan dengan aku yang baru megang handphone biasa di usia 20an. Itu pun hp pisang yang bisa untuk ganjel pintu. Kalau nggak salah merk nya Nokia. Yah, saat itu pun aku sudah ngerasa sangat kaya (haha). Bagaimana tidak? Dari 50 orang teman, baru aku yang bisa pegang hp pisang, meski hp itu milik temen akrabku (hehe). Yah, gimana mau beli hp, jajan saja harus kusisihkan supaya bisa beli buku yang kusuka. Eh, kok jadi curhat. Okey, kembali ke masalah gawai yang jaman sekarang sudah banyak dgunakan oleh semua orang, dari nenek - nenek sampe anak umur 3 tahunan. So, kamu mungkin nanya apa hubungannya penggunaan gawai dengan buka bersama? Tentu saja ada. Penggunaan gawai yang tidak terkontrol mengubah cara pandang dan perilaku seseorang. Menjadikan seseorang lebih bersikap hedo dan konsumtif. Yah, contohnya acara buka bersama yang kehilangan moment sakralnya karena penuh dengan ajang pamer. 

Aku masih ingat saat buka bersama tahun lalu. Kebetulan aku tak bawa gawaiku. Lupa. Ketinggalan di rumah. Jadilah aku mati gaya. Sementara temen - temen sibuk cekrek - cekrek, aku hanya senyum aja. Memperhatikan mereka. Bahkan, saat berbuka pun, hampir semua temanku masih sempat update status di medsosnya. Lalu, membalas chat teman - teman medsosnya. Aku, dicuekin. Haha..

Bisa dibayangkan, betapa banyak bertaburan update status terbaru saat buka bersama berlangsung. Lengkap dengan gaya centil yang diambil di setiap sudut cafe. tempat buka bersama diadakan. Bahagia, sih. Tapi, kok aku ngerasa ada yang hilang. Entahlah. Rasanya seperti ada essensi dari buka bersama yang bergeser dari yang seharusnya.

Aku sadar sih, bahwa secara ekonomi, sikap ini sangat menguntungkan para pedagang yang mengais rejeki di saat Ramadhan yang penuh berkah ini. Pertanyaannya, apakah buka puasa itu hanya mengedepankan gaya sesaat yang kayaknya hanya sampul aja? Bukankah kalo hanya untuk bergaya dan pamer photo kan nggak harus saat buka bersama. Emang kalo kenangan tak direkam dalam photo juga nggak asik. Tapi, kalau alay, dan malah asyik sendiri, ya ngapain buka bersama. Sekedar trend dan gaya? Tuntutan pergaulan? Ah, aku pun tak bisa menolak ajakan buka bersama meski lagi tak punya uang, karena kusadar kenangan bersama tak dapat terjadi dua kali. Lalu, aku pun tersenyum sendiri. Menyadari. Apa pun yang kulakukan semua tergantung niatku. Kesadaran untuk perbaikan diri di bulan suci ini adalah sebuah proses perjalanan yang panjang. Pergeseran sosial, gaya hidup yang cenderung hedonisme dan konsumtif pun hanya embel - embel sebuah nama. Hal yang terbaik bagiku sendiri adalah terus introspeksi diri dan terus belajar memperbaiki diri. Menjadi seorang muslimah yang lebih baik. Sederhananya sih, aku akan menggunakan moment buka bersama sebagai wadah rasa syukurku pada Allah bisa bersama menikmati Ramadhan bersama orang - orang terbaik di sekitarku.

#30HariKebaikanBPN
#Day1











Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi

Resensi Novel Kembara Rindu: Dwilogi Pembangun Jiwa